Senin, 23 Juli 2007

muhammad dalam kitab dunia

MUHAMMAD DALAM KATA SINGKATAN
MISTIK DARI KITAB SUCI HINDU. (1/4)


Kaum Hindu, Buddha, Kristen dan Yahudi mempunyai kata singkatan mistik milik mereka masing-masing. Dan 'Om' adalah 'Kata singkatan mistik yang besar' dari kaum Hindu dan Buddha. Mereka mendakwahkan, bahwa suatu pembacaan ulang yang berkali-kali dari kata singkatan ini membimbing mereka di dunia ini menuju perbendaharaan yang paling berharga berupa tujuh macam permata berharga, dan di akhirat akan mendapat rahmat yang unggul, serta persatuan dengan Dzat Ilahi. Begitu pula 'Alpha-Omega' adalah kata singkatan dari kaum Kristiani dan 'Emet' dari kaum Yahudi.

Marilah kita, dalam kesempatan pertama, merenungkan apa yang telah dikatakan oleh wali dan rishi Hindu mengenai hal ini. Kaum Hindu, umumnya, memegang Kitab Weda dengan penuh penghormatan dan keyakinan; dan dari Kitab ini Rig Weda memiliki keunggulan yang paling utama serta berharga. Dalam Rig Weda dikatakan:

"Seluruh mantra(1) dari Rig Weda ada di langit tinggi,
dimana segenap dewa-dewi tinggal. Mereka dimampatkan
dan disembunyikan dalam satu kata singkatan; kebaikan
apa yang akan dilakukan Weda kepada dia yang tak tahu
kata singkatan itu; dan bagi mereka yang tahu akan
berbahagia dan sejahtera di dunia ini"(2).

Apakah rahasia kata singkatan ini yang disebutkan dalam Weda, dimana telah dimampatkan dan disarikan dari nyaris sepuluh ribu mantra dari Rig Weda dan berisi di dalamnya semua mantra yang dipujikan dari Rig Weda? Yakni kita katakan, semua mantra dalam Rig Weda ditekankan kepada kata singkatan mistik itu. Apa yang harus kita katakan tentang Rig Weda bila tak ada jejak untuk menelusuri kata singkatan ini bisa didapatkan dalam seluruh keempat Kitab Weda. Para penafsir dengan mengingat usahanya yang cukup, belum bisa menemukan satu celah ke arah kata singkatan ini. Seorang penafsir kuno menyatakan:

"Adalah jiwa manusia dimana nalarnya seperti dewa, dan tempat tinggalnya adalah tubuh manusia. Orang yang tidak mengenal jiwanya tidak bisa mengambil manfaat dari nalar dan tubuhnya, tetapi mereka yang mempunyai ilmu jiwa menemukan kehidupan bahagia dan penuh rahmat".

Penafsir itu telah menyajikan fikiran yang baik, tetapi bagaimana seluruh mantra dari Rig Weda, seperti yang dinyatakannya, telah disatukan dan dikumpulkan dalam jiwa manusia dari seorang awam, dan bagaimana dewa ada di dalamnya sedangkan dia tinggal di langit tinggi, tidak dijelaskan, sehingga kata singkatan mistik itu tetap tidak jelas seperti sediakala.

Seorang penafsir lain menerangkan:

"Kata singkatan mistik itu adalah matahari, dan sinarnya yang terang adalah dewa-dewi. Jiwa adalah tenaga di dalamnya yang mendorongnya kepada perbuatan; dan kebajikan apa yang bisa dikenal manusia bila tidak berasal dari matahari serta cahayanya yang terang?".

Ide ini juga masuk akal. Tetapi ini memberi pemahaman bahwa matahari dengan sinarnya itu lebih bermanfaat dibanding mantra dalam Rig Weda, dan, setelah mengetahui hal itu, ada tersisa pandangan bahwa tidak perlu orang membaca Rig Weda. Betapa pun, penafsir itu tidak bisa menerangkan kepada kita apakah jiwa surya itu, ilmu dari mana ada satu kunci untuk mengenal semua ilmu dari Rig Weda.

Namun, seorang peninjau ketiga menyatakan:

"Kata singkatan mistik itu yakni 'Om', dimana semua dewa­dewi telah tiba bersama dan bersidang. Mereka yang tak tahu apa-apa tentang 'Om' ini, baginya Rig Weda tak bisa membawa kebaikan suatu pun; tetapi bagi orang yang mempunyai ilmu tentang 'Om' ini, dia akan memperoleh kebahagiaan dan sukses, perdamaian serta kesejahteraan di dunia ini" (Nirukt, 13:10-12).

Jumlah dan substansi dari penelitian ini ialah bahwa tak ada nama maupun sebutan dari kata singkatan ini yang bisa didapat dalam Kitab Weda. Bila tidak maka para penafsir akan dapat langsung menunjukkannya. Kami hargai dan puji peragaan yang disajikan oleh para penafsir, tetapi ide dari kata singkatan mistik itu tidak terdapat dalam Kitab Weda saja. Sesubngguhnya Weda telah meminjamnya dari Kitab Upanishad.

'Om' dalam Kitab Upanishad.

Dalam otentisitas dan otoritas, Kitab Upanishad diletakkan sesudah Weda. Tetapi Upanishad mengklaim dirinya dalam posisi yang jauh lebih unggul daripada Weda, fakta mana juga terbukti dan diakui oleh banyak pemimpin dan pendeta Hindu; misalnya Raja Ram Mohan Roy, pendiri Brahmo Samaj, menganut keyakinannya atas doktrin ini (3), dan filsuf Hindu terkemuka Pandit Raja Krishnan, menulis dalam bukunya yang terkenal, "Philosophy of the Upanishads":

"Kami dapati Upanishad ini suatu kemajuan dibanding Samhita (Weda), begitu banyaknya anjuran kebenaran di dalamnya, begitu bermacam-macamnya penafsiran mereka tentang Tuhan sehingga nyaris setiap orang bisa mencari apa yang diinginkan, dan menemukan apa yang dicari"(4):

"Bahwa 'Om' bukanlah suatu seruan primitif dibuktikan dengan perbandingan munculnya yang terlambat dalam kepustakaan. Ini tidak muncul sama-sekali dalam Rig Weda, dan yang sama didambakan dalam Atharwa. Dalam Taitreya Samhita, ini tidak terdapat dalam bait-bait mantranya, namun secara tidak langsung ada sekaligus sebagai pranave, di mana dalam (3.2.9.6) ini jelas mencatat suara pada akhir ayat yang disajikan yang digumamkan oleh Hotri. Begitu pula dalam Vajasni Samhita (Yajurweda)" (5).

Upanishad sendiri telah menggelar klaim mereka dengan kata-kata berikut: "Shaunak, kuasa rumah yang besar, mendekati Augras dengan penuh hormat dan bertanya: Tuan, apakah itu yang melalui mana, bila diketahui, maka segala sesuatu menjadi diketahui?". Dia berkata kepadanya:

"Dua macam ilmu harus kita ketahui, ini adalah apa yang oleh semua yang mengenal Brahma(Tuhan) katakan kepada kita, yakni ilmu yang lebih tinggi dan yang lebih rendah. Ilmu yang lebih rendahyakni Rig Weda, Yajur Weda, Sama Weda, Atharwa Weda, dan sebagainya, tetapi ilmu yang lebih tinggi yakni di mana Akshara itu difahami" (6).

Dalam bait ini yang ingin dimaksudkan untuk dikatakan oleh Upanishad ialah bahwa pengetahuan tentang akshara ini tak dapat diperoleh dari Rig dan Weda lain-lainnya; dan Rig Weda sendiri menyatakan bahwa bila manusia tidak mengenal akshara ini atau kata singkatan rahasia, maka tidak dapat memperoleh manfaat apa pun dari Rig Weda. Selanjutnya ditunjukkan dari Upanishad bahwa suatu ilmu tentang Akshara ini akan membimbing kepada ilmu yang lebih tinggi, yakni ilmu tentang Dzat Ilahi.

Setelah Mundok Upanishad, Kitab Upanishad yang otentik selanjutnya adalah Kath Upanishad, di mana di sana ditulis:

"Yama berkata: 'Bahwa kata dimana semua Weda abai, yang diumumkan oleh para pertapa, yang diinginkan manusia bila mereka mau hidup sebagai siswa agamis, kata yang kukatakan padamu secara singkat, yakni 'Om'" (Kath Upanishad 1:2.15).

Selanjutnya Upanishad yang lain menyatakan:

"Om' berarti 'Brahman", 'Om' berarti 'semua ini', 'Om' berarti 'ketaatan'..... ketika seorang Brahman berangkat memulai pengajarannya, dia berkata,"'Om' semoga saya mencapai Brahman, dus dia memperoleh Weda" (Tait Upanishad 1:8.1).

Pemikiran semacam ini di dapati dalam beberapa tempat di Upanishad. Banyaknya dan substansi di mana 'Om' sebagai kata singkatan mistik, dan seringnya pengulang-ucapan kata itu dalam memulai pembacaan Weda, atau menyampaikan suatu wacana atau meluncurkan eksekusi jaminan, konstruksi bangunan, dalam melakukan Yaggya atau pengorbanan, dalam ibadah dan semedi, pengucapan dengan sepenuh perhatian dan fikiran pada 'Om' adalah tujuan kebahagiaan bagi setiap sarjana dan pendeta agama.

Jika tidak ada 'Om' maka tak akan ada apa-apa dan tak ada sesuatu; tak ada manfaat yang timbul dari suatu telaah terhadap Weda, atau ada suatu kebajikan dari ibadah dan bertapa. 'Om' adalah ilmu yang lebih tinggi dan luhur, yang membimbing seorang manusia kepada kedekatan Ilahi dan keeratannya. Tanpa 'Om' maka tak ada dharma, tiada perbuatan baik, tiada penyelamatan, tiada pembebasan; dengan 'Om' seseorang dapat memperoleh apa yang diinginkannya; 'Om', sebagai suatu perkara nyata, adalah pemenuhan tertinggi dari segala keinginan dan dambaan, dan Weda benar telah berkata bahwa ilmu serta perolehan atas kata singkatan mistik ini mengandung suatu perbendaharaan terdiri dari tujuh permata yang tak ternilai harganya. Mahatma Buddha bisa berbeda pandangan dan tidak setuju dengan Weda di dalam banyak perkara, namun untuk hal ini beliau satu dengan mereka.


--------------------------------------------------------------------------------



1. Richo akshre parme avyoman yasmin devaadhi vishve nishedo, Yastan naved kim richa krishyati ya it had vidotaime smaste. Rig Weda 1:64.39.

2. Terjemahan ini dari Nirukta, yang dianggap sebagai tafsir yang paling otentik dari Weda Nirukta.13:10.12.

3. Raja Rammohum Roy hanya meletakkan jari-jarinya atas Upanishad saja, sebagai biji yang paling benar dari seluruh Weda. F.Max Muller: Sacred Books of the East jilid I. Introduction to Upanishads hal.xiii.

4. Hon. Radha Krishnan, Philosophy of the Upanishads, halaman 16.

5. Hastings, Encyclopaedia of Religion and Ethics jilid ix halaman 490.

6. Dve vidye vedetarya, iii hasm yat Brahm vido vadanti para cha vai apparach athapara Rigvedo, Yajurvedah Samveda, Atharvaveda...ath atha para yayaad aksharamadhi gamyate, Mandak Upanishads,1:1.3-5.
PENGAKUAN NABI SUCI

"Dan orang-orang kafir berkata: Engkau bukanlah Utusan. Katakanlah: Allah sudah cukup sebagai saksi antara aku dan kamu, dan pula orang yang mempunyai ilmu Kitab"(13:43).

Selama perkembangan sosial suatu bangsa tidak mencapai tingkat yang membutuhkan suatu pemerintahan yang terorganisir untuk memecahkan pertentangan sesamanya, maka tak ada bentuk sistematis yang diberikan demi hukum dan statuta.

Begitu pula, tanda-tanda kebenaran dari pengakuan kenabian itu tergantung kepada perkembangan mental dari bangsa itu.

Pada zaman kuno, orang-orang biasa menunjukkan kebenaran mereka dengan macam-macam cara, misalnya, dengan mengambil janji, menyalakan api di tangannya, atau masuk kedalamnya, dengan selamat menyeberangi arus yang deras, membuang diri dari suatu gunung tanpa terluka, ramalan, sihir magis, berjalan di atas air, melemparkan arwah jahat kepada babi, dan dengan menunjukkan trik-trik sulapan tangan. Karena itu posisi dari si penguji atau pencari kebenaran sedikit lebih susah daripada sebuah mesin dewa. Tak perlu ada pemikiran mendalam yang diperlukan untuk menuliskan keaslian dari pengakuan semacam itu. Dalam agama Hindu, Yahudi, Majusi, bahkan dalam agama Kristen dan kultus kuno prmbenaran atas orang-orang suci diputuskan dengan kriteria semacam itu (1).

Namun. al-Quran tidak menggelar taumaturgi semacam itu dalam menunjang pengakuan Nabi Suci Muhammad s.a.w. Jika kesempurnaan hukumnya itu adalah kriteria dari masyarakat yang beradab, maka standar al-Quran yang diletakkan bagi kebenaran klaim Nabi Suci mengandung suatu pertimbangan yang hati-hati. Dalam ayat yang saya kutip di atas, dua macam kesaksian telah dimajukan untuk mendukung klaim Nabi Suci, dan kesaksian ini telah dipandang cukup untuk menegakkan kebenarannya -kesaksian dari Tuhan sendiri dan kesaksian dari seseorang yang mengenal Kitab itu. "Kitab" itu, tentunya, berarti wahyu -wahyu sebelumnya dari Tuhan.

Dalam hukum sejarah, dua faktor khusus bisa dicatat ­pentingnya saksi dan relevan serta positifnya kesaksian itu. Dalam hal Nabi Suci Muhammad s.a.w. keagungan dari peristiwanya jelas dari kenyataan bahwa Tuhan sendiri yang berdiri sebagai saksi baginya.

Kesaksian dari Tuhan.

Dengan kesaksian Tuhan biasanya diartikan dengan kejadian dari Kitab Alam, tenaga selestial luar-biasa dan tanda-tanda langit yang selalu menjadi ciri kebenaran dari orang-orang yang terilham dari Ilahi. Kita temukan di alam semesta ini segala sesuatu itu diperintah oleh suatu hukum yang khusus. Dari atom yang paling kecil hingga orbit yang sangat luar-biasa besarnya, kiranya tak suatu pun di alam ciptaan ini yang bekerja tanpa suatu prinsip: "Tuhan kami ialah Tuhan Yang memberi segala sesuatu sesuai terciptanya, lalu memberi petunjuk" (Quran Suci 20:50).

Hukum Ilahi yang komprehensif menyeluruh ini adalah suatu kesaksian yang kuat atas kebenaran klaim Nabi Suci; karena beliau adalah yang pertama dari semua nabi yang memajukan alasan ini untuk membuktikan universalitas dari wahyu Ilahi, umpamanya, bahwa setiap lembar daun di buku alam dan setiap partikel dari ciptaan semuanya siap memerlukan kebutuhan akan hukum-hukum yang telah ditanamkan oleh Yang Maha-kuasa di dalamnya. Bila Tuhan Yang Maha-bijaksana, Pemelihara alam semesta, telah mengaruniai suatu hukum bahkan kepada atom yang paling kecil, maka manusia, yang adalah karya tangan Tuhan yang terbaik dari kekuasaan-Nya Yang Maha-perkasa, dengan suatu lapangan yang sangat luas untuk tumbuh-kembang di hadapannya, pasti memerlukan petunjuk dan cahaya langit demi pemeliharaan dan kemajuan perkembangannya. Berfirman Yang Maha-kuasa dalam Quran Suci:

"Mahasucikanlah nama Tuhan dikau, Yang Maha-luhur. Yang menciptakan, lalu menyempurnakan, Dan Yang memberi ukuran, lalu memberi petunjuk (mereka kepada tujuannya)" (87:1-3).

Menentukan bahwa seorang manusia itu terbatas dari wahyu Ilahi dan menetapkannya hanya kepada periode atau kaum tertentu, tidak saja menolak asma Tuhan Yang Maha-pengasih, Penyayang dan Maha-murah, melainkan juga merendahkan kebutuhan utama dan inti-sari dari agama. Dia berhenti sebagai kebutuhan yang tak tergantikan yang sangat perlu ditanamkan pada setiap bangsa, atau bila itu rusak karena melapuknya waktu, maka harus dibangkitkan kembali melalui seorang nabi baru yang membuatnya lagi sebagai daya motivasi kehidupan kemanusiaan. Jika segenap bangsa di dunia, kecuali suatu kaum khusus yang disayangi, bisa mengelola hidupnya tanpa agama, dan dapat menghasilkan, tanpa wahyu serta ilham Ilahi contoh keluhuran budi dan kesalehan yang utama sebagaimana ditampakkan suatu waktu dalam pribadi Zarathustra, Buddha atau Ibrahim, dan kadang-kadang dalam pribadi Musa, Krishna atau Yesus Kristus, sesungguhnya agaknya tak ada keadilan dalam memilah suatu kaum atau tempat tertentu yang mendapat hidayat serta perintah khusus dengan melupakan sisa umat manusia selebihnya. Dan jika itu adalah Tuhan Sendiri, Yang dengan hukum pembalasan-Nya, secara tidak perlu menimbulkan perpecahan di kalangan manusia, dengan menunjukkan Cahaya-Nya hanya kepada sedikit orang yang terpilih, dengan mengabaikan sisanya serta mengutuknya ke neraka seolah mereka itu bukan makhluk-Nya, maka Tuhan semacam itu tidak berharga untuk disembah. Dia tak ada bedanya dengan dongeng seorang raja buta dari suatu kerajaan tanpa cahaya di mana Yang menolaknya lebih baik dari pada menerimanya.

Ini adalah suatu subyek yang sangat luas dan luar biasa ekstensif. Semakin lama seseorang merenung akan hal ini, semakin terasa bahwa jelas kebutuhan akan agama hanya timbul dalam keadaan bahwa Islamlah yang hadir. Islam menjaga bahwa para nabi itu dibangkitkan dari masa ke masa di setiap bangsa di dunia, dan Kemurahan dari Tuhan Yang Maha­penyayang tidak pernah meninggalkan satu pun dari makhluk-Nya dari cahaya dan bimbingan atas Agama Sejati. Juga dia berpegang bahwa agama itu pasti diketemukan di setiap zaman dan iklim sebagai suatu kenyataan yang mapan; pengikutnya harus menganggap penyiarannya sebagai tujuan utama hidupnya. Tak ada suatu pun kekuatan di dunia, betapa pun besarnya; bisa menahan mereka dari cita-cita dakwahnya. Bila tidak maka setiap rahasia dalam penyiaran agama serta bisik rayuan musik di telinganya, kalau diketahui orang lain, bisa mengurangi tujuan utama dari agama.

Hanya keimanan kepada Nabi Suci saja yang bisa menjamin Perdamaian Universal.

"Dan sesungguhnya telah Kami bangkitkan bagi tiap-tiap umat seorang Utusan, sabdanya: Mengabdilah kepada Allah dan jauhkanlah diri kamu dari tuhan-tuhan palsu".(Q.S.16:36).

Nabi Suci Muhammad, dari semua nabi-nabi di dunia, telah dianugerahi gelar yang unik. Satu ciri yang menandai dakwahnya yalah bahwa beliau menjamin kebenaran dari semua nabi yang telah wafat sebelum beliau, dan membuat kewajiban bagi pengikutnya agar mengimani mereka seluruhnya, seperti kepada risalah Ilahinya sendiri juga. Prinsip Islam ini begitu menarik dan agung, sehingga itu tidak saja membentuk dasar utama dari Agama Sejati dan perdamaian universal, melainkan juga sedikit penyimpangan saja dari prinsip itu akan merubuhkan seluruh struktur agama ke tanah. Karena, menurut Islam, agama adalah suatu realitas universal yang bisa diketemukan pada setiap bangsa di dunia. Dalam abad ini, manusia dengan pandangan seperti ini telah melompat keluar dari nyaris semua agama, yang menjadi suatu pertanda jelas akan tak bergemanya lagi kredo ini. Tetapi Muhammad adalah guru terilham pertama yang mengajarkan prinsip yang agung ini ke dunia. Tiada nabi sebelumnya yang menurunkan kebenaran ini, atau pun suatu agama lain yang mempunyai keimanan kepada semua nabi, suatu rukun iman yang penting.

"Tuhan sarwa sekalian alam" - Suatu konsep yang hanya ada dalam Quran.

"Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam" (Q.S.1:1).

Dia adalah Tuhan Timur dan juga Tuhan Barat. Dengan menyisihkan pengakuan atas munculnya para nabi di setiap bangsa, kebanyakan agama-agama itu tidak cukup toleran dan ramah bahkan untuk memberi hak bahwa Tuhan mereka itu adalah Tuhan atau Dewa dari bangsa-bangsa lain juga. Agama Brahma dan Weda memandang hanya bangsa Arya-lah anak­anak Tuhan itu (Nirukta 6:26). Induk sapi Weda hanya menghasilkan susunya bagi kaum Brahma, Ksatria dan Waisya, serta hanya memberi makan dan memelihara mereka saja (2). Yehovah, Tuhan bangsa Israel, tadinya tidak sepenuhnya merupakan Tuhan mereka sendiri. John S.Hayland dalam bukunya "A brief history of civilization" (Suatu sejarah singkat peradaban) halaman 72 menulis:

"Tuhan yang disembah bangsa Yahudi tadinya dipandang sebagai Dewa suku dari bangsa nomad... untuk berabad-abad bangsa Yahudi terus-menerus menganggap Tuhan ketulusan ini sebagaiTuhan mereka saja... Tetapi ide ini yakni bahwa Tuhan kebangsaan mereka sendiri itu adalah juga Tuhan dari orang-orang lain tidak pernah diterima baik dan diangkat oleh massa penduduk Yahudi".

Kesaksian Ilahi dalam bentuk Kemenangan Langit.

"Katakanlah: Allah sudah cukup sebagai saksi antara aku dan kamu. Sesungguhnya, Dia itu Yang Maha-waspada, Yang Maha-melihat kepada hamba-hamba-Nya" (Q.S.17:96).

Dalam ayat ini, kesaksian Tuhan berarti kemenangan Kebenaran dan kepanikan kepalsuan. Kebenaran, meskipun maraknya penentangan, akan bertumbuh dan berkembang; sedangkan kepalsuan, meskipun didukung dengan kekuasaan dan privilese, akan lenyap, karena, Tuhan dengan kekuatanNya Yang Maha­kuasa senantiasa Waspada dan Melihat. Kesaksian kedua dari Tuhan ini ditemukan dalam setiap fase dari kehidupan Nabi dalam bentuk sukses yang mengagumkan. Tanda-tanda langit yang muncul untuk membantu Nuh, Ibrahim, Buddha, Krishna, Musa, Zarathustra dan segenap nabi di dunia, muncul dalam bentuk yang paling nyata dalam mendukung Nabi Muhammad. Kebesaran sukses dan keunggulannya, yang menyingkirkan perlawanan yang kuat, sedikitnya ikhwan dan benyaknya musuh, adalah suatu bukti nyata dari bantuan Ilahi. Bahkan para musuh Islam telah mengakui sukses yang unik dari Nabi ini, dan hal itu, sebagai bukti nyata, bahwa kebesaran yang sesungguhnya itu yakni adalah yang juga diakui oleh lawan-lawannya.Encyclopedia Britannica dalam artikel "Quran" menggambarkan Nabi Suci sebagai:

"Yang paling penuh sukses dari segenap nabi serta tokoh keagamaan"(3)

Nabi Yang Dijanjikan

"Dan tatkala Allah membuat perjanjian melalui para Nabi: Sesungguhnya apa yang Kami berikankepada kamu berupa Kitab dan Kebijaksanaan --lalu Utusan datang kepada kamu, membenarkan apa yang ada pada kamu, seharusnya kamu beriman kepadanya dan membantu dia. Ia berfirman: Apakah kamu membenarkan dan menerima perjanjian-Ku dalam (perkara) ini? Mereka berkata: Kami membenarkan. Ia berfirman: Maka saksikanlah dan Aku pun golongan yang menyaksikan bersama kamu" (Quran Suci 3:80).

Di samping dua kesaksian yang telah disebut di atas, masih ada kesaksian Tuhan yang mengagumkan lainnya yang merujuk kepada ayat ini. Suatu perjanjian telah diminta dari segala bangsa di dunia melalui nabi mereka masing-masing, bahwa pada saat nabi yang akan mengkonfirmasi kebenaran meraka dan mendukung dengan bukti atas Kitab-kitab Suci mereka itu datang, mereka harus menerimanya dengan tangan terbuka, dan memberikan segala bantuan sebisanya. Perjanjian nabi ini dicatat dalam Kitab-kitab Suci mereka berbentuk nubuat. Nabi Muhammad s.a.w. membawakan kebenaran yang unggul ini ke dunia, yang membuktikan mutlak perlunya agama itu dan kemudian menegakkannya di atas kaki-kaki yang teguh. Keadaan dimana kitab-kitab suci dunia ini diketemukan sekarang, sesungguhnya adalah suatu hal yang mengejutkan. Tak diragukan lagi bahwa naskah Kitab-kitab agung ini telah diberikan kepada para nabi jauh di masa lalu. Tak ada satu Kitab Suci pun dari suatu agama yang diketemukan dalam bentuk aslinya serta kesuci-murniannya pada saat datangnya Nabi Suci, bahkan hingga hari ini. Kitab-kitab semacam itu, karenanya, tidak dapat membuktikan kebenaran agama, bahkan, nabi mereka sendiri pun perlu dilacak kebenarannya. Sejumlah prasangka dan kesalahan riwayat telah muncul dari para nabi, Zarathustra, Ibrahim, Krishna dan Isa, sedemikian banyaknya sehingga mereka dipandang hanyalah sebagai tokoh fiktif belaka. Begitu besar perbedaan yang diketemukan menyangkut nama, tempat, dan periode dari nabi-nabi pra-sejarah ini, yang kehadirannya saja terkadang diragukan. Jadi, Nabi Suci telah meletakkan semua nabi-nabi ini beserta tugas berat mereka dengan mendukung kebenarannya. Sesungguhnya beliau telah melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh Kitab atau para pengikutnya sekarang. Dengan cara ini, dengan bukti kolektif dari mereka semuanya, beliau juga menegakkan dan menjelaskan kebenaran dari agama. Dan dalam abad tanpa agama dan materialisme ini, suatu argumen yang lebih baik atas kebenaran agama sungguh sulit di dapatkan --suatu alasan dimana orang-orang bijak dan berfikir jernih dari segenap negeri bisa mufakat. Kami mengundang perhatian dari orang-orang dari segala aliran yang berfikiran adil atas kesaksian yang sangat penting lainnya semacam ini. Seperti halnya Nabi Suci yang menjamin kebenaran dari semua nabi di dunia, dan membuatnya wajib bagi seorang Muslim untuk beriman kepada mereka semuanya; dengan cara yang sama, segenap nabi di dunia ini menjamin kebenaran Nabi Suci, dan meminta para pengikutnya agar mengimani beliau. Tak seorangpun nabi yang sudah berlalu yang tidak memberikan berita gembira atas kedatangan Nabi Besar ini yang akan muncul sebagai yang terakhir dari semuanya. Fakta bahwa Muhammad menjamin kebenaran dari nabi-nabi pendahulunya, membentuk suatu landasan yang kuat bagi perdamaian antar bangsa serta persaudaraan umat manusia. Tetapi mengatakan bahwa semua nabi di dunia mengkonfirmasi kebenaran risalah Muhammad, tetap menjadi argumen yang lebih kuat, yang membuktikan kebenaran dan kesatuan dari segala agama. Masalah, bahwa beberapa nabi yang terakreditasi dari setiap bangsa atau iklim itu meramalkan kedatangan Nabi Suci patut mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari setiap pencari kebenaran. Muhammad adalah pembenar dari segenap nabi, dan doktrin ini, sebagaiamana kita katakan, adalah dasar dari perdamaian dan persahabatan seluruh dunia. Para nabi di dunia adalah pembenar dari Muhammad. Begitulah, ini membentuk sanggar suci dari dunia agama. Dia yang tetap bertahan tanpa wilayah suci ini akan segera jatuh menjadi mangsa hidup tanpa Tuhan dan tanpa agama.




1. Ditulis dalam suatu catatan biografi Zarathustra bahwa Tuhan dari alam semesta ini telah mengirimkan cahaya-Nya pada suatu bukit dimana dianggap itu berbentuk sebatang pohon. Sapi dari ayah Zarathustra memakan memakan dedaunan pohon ini dan dia biasa mengambil susu sapinya itu. Jadi darah yang terbentuk dari nabi Iran itu sangat terisi dengan Cahaya Ilahi. Zarathustra masih dikandungaan ibunya ketika Ahriman mulai membuat rencana jahat untuk menghabisinya. Ketika dia datang ke dunia, ruh jahat mencap dan menganiayanya. Mereka melemparkannya ke api dan mebuangnya ke tengah serigala tetapi setiap kali dia lolos. Pada saat kemunculannya seluruh alam bersuka-ria (Yasht 13:93). Dia tertawa padasaat kelahirannya (Zardusht namah) dan seterusnya. Mukjizat yang sama diktakan juga telah terjadi pada waktu Kristus dan Buddha dilahirkan. Sita, isteri Rama, membuktikan kesuciannya dengan menggenggam bara yang menyala di tangannya (Ramayana).

2. Atharva Veda XIX:71. Ibu Weda adalah pemelihara dari kasta Brahma, Ksatrya dan Waisya.

3. Encyclopaedia Britannica edisi 11 halaman 898

Kesaksian dari Ahli Kitab.

"Katakanlah: Allah sudah cukup sebagai saksi antara aku dan kamu, dan pula orang yang mempunyai ilmu Kitab" (Quran Suci 13:43).

Kitab-kitab Suci yang dipegang oleh agama-agama lain telah turun ribuan tahun, tetapi kaum Muslim, selama tigabelas setengah abad, tidak pernah tertarik untuk mempelajari bahasa mereka dan melakukan studi yang mendalam; meski di samping kesaksian Ilahi yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad ada bukti dari seseorang yang diberi ilmu dari Buku Besar yang telah diwahyukan kepada para nabi dengan macam-macam bahasa di dunia. Pada abad ini, tak ada yang menentang kenyataan, bahwa inilah saatnya bahwa Islam akan menang dan unggul atas seluruh agama yang lain, dan hujjah yang tak terbilang banyaknya yang membuktikan kebenaran Islam akan disajikan. Ini adalah abad digenapinya jani Ilahi:

"Dia ialah Yang mengutus utusan-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, agar Ia memenangkan itu di atas sekalian agama" (Quran Suci 9:33).

Ini juga merupakan abad dimana kumpulan bukti dari para nabi macam-macam agama, yang menguntungkan Nabi Muhammad, mulai dibukakan. Dengan pemeliharaan dan perhatian seberapa para penganut macam-macam agama ini menyembunyikan dan tetap merahasiakan kitab-kitab mereka di masa lalu, adalah suatu riwayat yang teramat amat panjang. Peristiwa di mana seorang sarjana terkemuka Sir William Jones alami akan menggambarkan hal ini. Sir William adalah seorang yang dengan usaha yang tekun membawa bahasa Sanskerta ke dunia Barat, sehingga hari ini Eropa bisa menerbitkan, untuk kepentingan orang-orang Timur, edisi yang langka dan kabur dari Kitab Weda. Sir William tiba di Fort William, Calcutta, sebagai seorang Hakim di Mahkamah Agung pada tahun 1783 AD. Dialah orang yang mendirikan Asiatic Society of Bengal, dan karenanya menjadikan negeri ini banyak berhutang budi kepadanya, yang tak akan pernah bisa dilupakan. Adalah melalui usahanya yang tak kenal lelah dari Society ini maka edisi kuno dari Weda dan kepustakaan Sanskerta yang lain bisa melihat cahaya terang. Ketika Sir William memutuskan untuk belajar bahasa Sanskerta, maka tak seorang pandit pun, meski dengan imbalan yang sangat bagus, dapat diketemukan di seluruh negeri yang mau bertanggung­jawab untuk mengajarinya. Catatan kuno, betapa pun, telah menunjukkan bahwa dua atau tiga pandit secara diam-diam menerima imbalan dan seterusnya, tetapi pandit atasannya mencium gelagat masalah itu dan mereka diputuskan hubungannya, segala perkara dalam hubungan sosial seperti makan bersama, kawin campur dan sebagainya diputus dari mereka. Suatu sikap yang ketat dari Society semacam itu sesungguhnya telah mengguyurkan air dingin terhadap aspirasi para pandit namun kesulitannya tetap tak terpecahkan.

Shiv Chandra, Maharaja dari Krishna nagar, adalah teman dari Sir William. Dia juga telah berusaha sebaik-baiknya, namun tetap tidak dapat mendapatkan orang yang bisa mengajar Sir William 'yang kotor'. Akhirnya seorang dari keluarga yang 'kurang' pandit, Ram Lochana namanya, telah mengebiri dirinya untuk menerima jabatan yang riskan itu. Pandit itu tinggal sendirian, seorang lelaki yang 'memilih hidup sendiri dan pantang menikah'. Pertemanan yang dimilikinya, tak diragukan lagi, tetapi imbalan Rs.100 sebulan dan kereta istana yang membawa dari tempat tinggalnya ke Chaurangi, adalah daya tarik, yang membuat Pandit mengabaikan teman-temannya. Sangat keras persyaratan yang dibebankan oleh Pandit itu kepada muridnya, tetapi Sir William Jones bergeming dari keputusannya yang bulat. Satu kamar di lantai dasar dari bungalo dipisah khusus untuk itu. Kamar itu, atas perintah Pandit, dialas dengan marmer putih. Segala macam daging tidak boleh dibawa bahkan sampai ke pekarangan rumah. Sir William menerima perintah dengan perut kososng; tetapi kadang-kadang, ketika dia dengan rendah hati membujuk Pandit, dia boleh minum secangkir the. Setengah jam sebelum waktu yang ditentukan, seorang serdadu berkendaraan ke rumah Pandit memberi tahu bahwa ini saatnya untuk mengajar. Kemudian Pandit itu berkenan datang. Suatu apartemen yang dekat ke ruang studi sengaja dipishkan untuk Pandit untuk menyingkirkan jubahnya yang suci dan mengambil yang lain dimana dia bisa bertatap-muka dengan 'sohib'-nya. Seorang Hindu ditunjuk agar setiap hari mensucikan kamar studi berikut perabotan di dalamnya dengan air dari Sungai Gangga. Pandit itu seorang dengan temperamen yang menyakitkan. Dia sering memaki-maki Sir William mengatakan bahwa seorang pemakan daging tidak bakalan bisa belajar bahasa Sanskerta, karena itu bukan bahasa bagi orang kotor melainkan bahasa dewa-dewa. Sir William Jones mentolerir semua sarkasme ini dengan ceria, dan akhirnya dia bisa mempelajari bahasa Sanskerta. Kalau ada orang lain dalam posisi seperti Sir William, sudah pasti seleranya akan patah dalam waktu beberapa hari.

Dengan sepatah kata, kita sungguh sangat berhutang budi atas usaha orang-orang yang membawa keluar Kitab-kitab Suci Hindu dan Majusi dari gua yang temaram dan menunjukkannya ke cahaya matahari. Meskipun usaha ini terutama bersifat komersial, tetap kita berhutang budi kepada para sarjana ini atas usahanya yang tak kenal lelah dan semangat dengan mana mereka mempelajari macam-macam bahasa dan menerbitkan kitab-kitab kuno. Di sini pun, kita temukan tanda atas kebenaran Nabi Suci Muhammad. Sesungguhnya, Isa Almasih adalah 'Bintang Pagi' yang membawa berita gembira atas munculnyadi langit dunia ini, Matahari kenabian pada tengah-hari. Begitulah sama juga para peneliti kepustakaan dan ilmiah dari para pengikutnya selalu menunjuk dunia kepada dakwah Nabi dan membuktikan kebenarannya. Perbedaannya yalah sikap kaum Muslim sekarang ini terhadap ilmu pengetahuan, merosotnya peradaban dan kebudayaan mereka, serta tenaga merusak dari antara mereka yang feodal dan suka mengkafirkan, dan bukannya kerja untuk penyiaran atau rencana yang konstruktif, adalah tanda­tanda yang nyata dari frustrasinya orang Islam. Namun Nabi Muhammad tidak saja mendapat salawat dari kaum Muslim saja, juga Tuhan dan Malaikat bersalawat atas namanya (4). Sayangnya, kaum muslim kini, melalui kelakuannya yang tidak benar, membikin buram nama suci Nabi Muhammad s.a.w., tetapi salawat dari Allah dan malaikat-Nya, pada saat yang sama, menyingkirkan semua stigma dan membersihkan sifat Nabi dari semua tuduhan palsu. Semua penelitan kepustakaan dan filosofis dan berjilid-jilid yang sekarang diterbitkan di Eropa kini dalam bidang studi agama-agama kuno, semua penuh dengan argumen semacam itu yang mendukung kebenaran Islam. Jika sebelum kedatangan Nabi Suci para pendeta dan biarawan Kristen dengan penuh harap menunggu munculnya Paraclete (Ahmad), dan dengan doa mereka yang terus-menerus, permohonan mereka yang saleh dan permintaan akan rahmat-Nya, mereka juga memberi kepada dunia berita gembira atas kedatangan Nabi Suci Muhammad. Begitu pun mereka, kini, mengungkapkan kebenarannya melalui penyelidikan kritisnya serta pengejarannya akan kepustakaan. Tidak sedikit jasa Nabi Suci kepada Isa Almasih, ibunya serta anak-keturunannya (5). Dan ini, sesungguhnya, adalah suatu balas jasa yang rendah hati dari hal yang sama, yakni bahwa umat Kristiani sekarang ini telah membelanjakan banyak sekali dana dan mengambil begitu banyak susah-payah dalam melayani (secara tidak langsung) Islam. Tidaklah mengherankan, kalau sebagai akibat dari kerja keras mereka, maka mereka akan bisa melihat cahaya sejati dari Islam.

Tak pelak lagi, akibat tidak mampunya kaum Muslim memberi layanan seperti ini demi agama mereka, telah mengasingkan mereka dari pahala langit, tetapi hal itu, pada saat yang sama, tidak tanpa suatu maksud yang diarahkan sebelumnya. Seandainya kaum Muslim mengambil tanggung-jawab ini dengan menggali Kitab-kitab suci kuno ini dari keterasingannya, maka kesalahan atas kerusakannya juga harus digelar oleh mereka. Jadi, jika pada suatu sisi, para penganut Kitab-kitab ini yang non-Muslim mencoba sebisanya agar bisa merahasiakan isinya, maka sebaliknya, yang mengungkap ajaran mereka sendiri adalah juga non-Muslim yang sering-kali menjadi lawan yang keras dari Islam. Maka sudah direncanakan rupanya bahwa semua nubuatan dalam Kitab-kitab ini tetap tak tersentuh tanpa suatu pun bayangan keraguan bahwa isinya telah rusak.Inilah sebabnya mengapa selama masa perkembangan Islam, Kitab Weda, dasatir dan Kitab-kitab Suci kuno lainnya tetap dalam remang­remang dan perbendaharaan di dalamnya dimaksudkan untuk dianugerahkan kepada kaum Muslim abad ini yang sedang merosot dan sakit, sehingga itu bisa menjadi bukti kenyataan bahwa Islam itu tidak pernah memerlukan suatu kekuasaan lahiriah untuk menegakkan dan mengenal kebenarannya, tetapi juga bahwa agama ini memiliki semacam permata yang tak ternilai, yang memancarkan cahayanya ke seluruh dunia, yang selama berabad-abad yang lalu tetap terpendam sebagai suatu karunia Ilahi yang unik dalam perbendaharaan agama-agama lain.

Suatu bukti kuat atas Akhir Kenabian.

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama" (Quran Suci 5:3).

Keyakinan Islam ini, yakni bahwa para nabi dibangkitkan di segenap bangsa di dunia dan bahwa Muhammad adalah Utusan Yang Dijanjikan bagi seluruh agama-agama, adalah suatu bukti yang sangat kuat atas akhir kenabian dengan datangnya Muhammad s.a.w. Sebelum munculnya Nabi Suci, orang-orang hanya percaya kepada kebenaran nabi mereka sendiri masing­masing dan kepercayaan kepada semua nabi tak bisa dipegang karena masih berlangsungnya terus kenabian. Tetapi ketika kenabian itu tuntas paripurna dan akhir dari para nabi, yakni seorang yang dijanjikan oleh segenap agama itu muncul, adalah perlu bahwa segenap bangsa-bangsa di dunia ini beriman kepadanya dan melalui beliau kepada semua nabi yang terdahulu, dus mempersatukan kemanusiaan yang terpencar dan menyebar ke dalam keseluruhan yang solid, dan membawakan kesempurnaan perkara yang telah ditetapkan bahkan sejak penciptaan alam semesta. Ini juga merupakan bukti fakta bahwa alam semesta ini bukanlah sebuah mesin otomatis dari elemen yang heterogin, tetapi dia itu diperintah oleh Tuhan Yang Maha­bijaksana dan Maha-mengetahui, Yang membimbing setiap obyek, membawanya melalui macam-macam tingkat perkembangannya, ke tujuan kesempurnaan. Jadi bila dalam tahap awal perkembangan dunia itu dirasakan kebutuhan mempersatukan suatu kaum, dengan suatu kumpulan singkat hukum agama, maka tetaplah lebih besar lagi kebutuhan, untuk suatu agama sempurna dan seorang Nabi yang Ideal, untuk merangkai bersama segenap bangsa di dunia ini. Dan rangkaian antar-bangsa, antar agama dan antar nabi ini, bisa dilihat dunia, dalam pribadi Nabi Muhammad.

Seorang nabi baru sesudah Akhir Kenabian menyebabkan perpecahan

"Dan demikianlah Kami menjadikan kamu umat yang unggul agar kamu menjadi saksi bagi manusia dan Utusan menjadi saksi bagi kamu" (Quran Suci 2:143).

Kepercayaan akan datangnya nabi baru setelah penyempurnaan agama dan tuntasnya kenabian sekali lagi meruntuhkan solidaritas dari agama-agama ini dan memalsukan sangat bijaknya Tuhan Yang Maha-bijaksana. Kepercayaan semacam itu sungguh naif dan terbuka untuk berbagai keberatan. Kami mencatat tiga keberatan atas kepercayaan ini.

Cermin pertama adalah terhadap kebijaksanaan Tuhan sendiri. Dia telah memberikan semacam latihan bagi kemanusiaan, melalui suatu rantai panjang kenabian, bahwa mereka bersatu menjadi satu keseluruhan pada suatu waktu yang telah ditetapkan. Setelah tercapainya tujuan yang besar ini, Dia Sendiri mengirim nabi baru untuk merobek-robek badan yang sudah bersatu ini. Setelah tiganelas abad dengan pengorbanan yang besar dan usaha yang gigih suatu masyarakat dari enampuluh kelompok telah bersiap-siap untuk mengangkat bendera perdamaian internasional dan persahabatan serta mengungkapkan kebenaran dari segenap nabi di dunia; dan kemudian tiba-tiba adalah suatu pukulan terhadap Tuhan bila memunculkan seorang nabi baru yang menghancurkan tenaga yang perkasa ini menjadi berkeping-keping. Maka, perumpamaan seorang perempuan yang memintal benang seperti yang dikisahkan dalam al-Quran akan lebih tepat ditujukan kepada Tuhan sendiri:

"Dan janganlah kamu seperti orang yang menguraikan benang setelah itu dipintal dengan kuat, hingga itu cerai-berai" (Quran Suci 16:92).

Keberatan kedua atas doktrin ini ialah bahwa dia menegasikan tujuan utama dari agama. Tujuan sesungguhnya dari agama adalah mempersatukan manusia menjadi suatu umat yang satu. Dan bila seorang nabi bisa muncul setelah tercapainya tujuan ini, maka agama itu tidak saja kehilangan tujuannya yang sejati melainkan juga mengandung hal yang naif. Para Nabi pasti bisa datang, dan telah datang, sebelum munculnya Nabi Yang Dijanjikan; tetapi ketika seorang yang diharapkan itu telah muncul tentang siapa semua nabi terdahulu telah meramalkannya dan menyuruh para pengikutnya agar beriman kepadanya serta membantunya, dan ketika agama telah dibuat sempurna serta dubia ini telah diberi risalah:

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama" (Quran Suci 5:3).

Setiap nabi baru atau agama baru akan membuyarkan seluruh perkara dan akan menyebabkan kekacauan yang besar.

Alasan ketiga mengapa seorang nabi tidak bisa ditolerir setelah akhir kenabian adalah, bahwa ini akan memalsukan dakwah dari Nabi Yang Dijanjikan. Jika kenabian itu berlanjut seperti sebelumnya, maka tak masuk akal kalau hanya memunculkan seorang nabi sebagai pembimbing dari seluruh umat manusia. Nabi-nabi yang berbeda bisa datang untuk membimbing umat mereka masing-masing. Dan munculnya seorang nabi dari para pengikut Nabi Muhammad sendiri, dimana penolakan terhadap beliau membuat seseorang itu keluar dari Islam, adalah suatu pencederaan terhadap kehormatan yang agung dari Nabi Yang Dijanjikan dan bertentangan dengan panutan Islami. Kebesaran Muhammad dan kedigjayaan dakwahnya menuntut bahwa tak ada klaim yang lain yang muncul sesudah beliau yang penolakan terhadapnya bisa meruntuhkan persatuan dari persaudaraan Islam. Inilah apa yang sudah ditetapkan sejak terciptanya alam semesta ini, dan inilah yang semua nabi itu datang untuk menggenapinya. Bangunan kenabian telah lengkap dan tak ada ruang lagi untuk nabi yang baru.

Nubuatan yang akan kta bicarakan dalam buku ini dengan jelas mendukung doktrin akhir kenabian. Tidak hanya Quran Suci dan Sunnah Nabi Muhammad telah melukiskan akhir kenabian, tetapi bukti-bukti yang disepakati oleh semua nabi telah mengandung kenyataan bahwa Muhammad adalah yang terakhir dari para nabi dan setiap pengakuan sesudahnya adalah dusta dan kafir. Dia yang melangkah keluar dari janji suci tentang akhir kenabian sungguh akan jatuh menjadi mangsa ketidak-beragamaan dan penghujatan kepada Tuhan.






4. "Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya menganugerahkan rahmat kepada Nabi. Wahai orang yang beriman, mohonlah rahmat untuk dia, dan berilah hormat kepadanya dengan penghormatan yang layak"(Al-Quran 33:56).

5. Dalam catatan kelahiran Yesus, Matteus (1:1-7) menulis nama-nama perempuan seperti Tamar, Rahab, Ruth dan Bath-sheba. Mereka adalah pelacur dan tuna-susila. Kejadian 38:24; I Chr.2:4; 2 Samuel 11:1-12; 2 Samuel 13:1-22; Ruth 3:4-15; Yoshua 2:1, 6:17-25. Para penyusun Bebel ini, dengan mengarang suatu silsilah palsu dari Isa Almasih, dengan kerasnya mempertanyakan kesucian nenek Kristus baik dari fihak ayah maupun ibunya. Al-Quran sebaliknya menyatakan Siti Maryam sebagai:

"Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu bukanlah orang jahat dan ibumu bukan pula perempuan yang berbuat tidak senonoh"(19:28).

Menurut Quran Suci, Siti Maryam adalah keturunan keluarga Harun, yang sangat terkenal akan kesalehan serta pengabdiannya.


Sepatah kata untuk Saudara-2 penganut agama Hindu, Kristen, Yahudi dan Buddha.

Dalam hukum sejarah yang baru maka adalah suatu fakta yang diakui bahwa "Dokumen itu merupakan kesaksian yang lebih tinggi nilainya dibanding lisan dan tidak bisa dikalahkan oleh saksi atau sumpah". Kini, pertimbangkanlah dengan diterangi oleh hal ini, komposisi Ilahi dan kesaksian tertulis yang merupakan warisan dari para nabi, rishi dan vakshur yang suci. Setiap orang percaya bahwa orang-orang suci ini tidak pernah membuat pernyataan dusta demi tujuan keduniawian atau ambisi. Mereka di atas orang-orang biasa, sedemikian, sehingga banyak dari mereka disembah sebagai dewa atau inkarnasi atau putera Tuhan. Mereka meniupkan kehidupan bagi jutaan orang mati dan para penganutnya tidak lupa menyebut namanya sebelum mensucikan dirinya sendiri. Jiwa-jiwa besar ini telah meramalkan kedatangan seorang nabi yang agung. Maka keimanan kepada nabi ini jadi adalah kepatuhan serta pasrah kepada kemauan dari nabi-nabi dan rishis mereka sendiri. Sungguh suatu kebetulan yang aneh dan harus dipertimbangkan baik-baik oleh para penganut dari semua agama dan bahkan bagi mereka yang tidak mempercayai satu pun dari agama - betapa segenap nabi yang tinggal di tempat yang jauh di pojok dunia dan sangat jauh dari Arabia, ribuan tahun sebelumnya, telah memberikan berita gembira akan datangnya seorang nabi yang agung. Dan itu bukanlah, seperti ramalan tentang Isa Almasih, yang hanya merupakan sepotong berita, tetapi ini mempunyai argumen dan bukti yang terang sebagai pendukungnya. Tangan Tuhan juga terlihat bergerak memihak itu serta kemenangan langit yang luar-biasa, yang adalah di atas kemampuan manusia, yang menyertainya. Hendaklah segenap orang bijak dan para pahlawan di dunia merenungkan hal ini. Seorang lelaki yang buta terhadap huruf serta ilmu pengetahuan duniawi, tidak mengetahui agama-agama lain, membuat suatu deklarasi yang tak seorang pun pernah melakukan sebelumnya, dan hari ini para penafsir agama mengungkap kebenaran ini dan membenarkan apa yang telah diucapkan berabad-abad sebelumnya. Hari ini telah terbukti bahwa para nabi yang muncul satu dengan yang lain adalah seperti mata rantai. Juga bisa dilihat bahwa pelbagai nabi yang muncul di negeri-negeri yang berbeda, yang ditujukan kepada pelbagai bangsa dan berbicara dengan macam-macam dialek telah membuat suatu nubuat, ribuan tahun sebelumnya, aka kedatangan seorang nabi yang merupakan dia yang dijanjikan bagi segala bangsa. Dunia mengetahui bahwa nabi yang diceriterakan itu dengan semua tanda yang menyertainya telah muncul. Dan akhirnya hendaknya juga dipertimbangkan bahwa dia membawa sebuah risalah yang unik dalam menegakkan perdamaian serta rasa senasib buat semua bagian umat manusia dan ini merupakan satu-satunya pemecahan bagi masalah dunia saat ini.

Beberapa karakteristik dari nubuat atas Nabi Suci.

Mukjizat dan nubuatan seperti risalah para nabi, berlangsung hanya untuk suatu masa, dan hanya terbatas kepada masing­masing Kitab Suci dari suatu kaum. Jadi ramalan tentang Isa Almasih dan Ilyas didapati dalam kitab-kitab nabi Israil dan tak terdapat dalam Kitab Suci agama lain. Jika secara kebetulan suatu rujukan tentangnya didapati dalam agama lain, maka itu tidak bernilai, karena, sesuai dengan keyakinan Kristiani maka wahyu Ilahi itu hanya dikaruniakan kepada para nabi Bani Israil. Inilah sebabnya mengapa kita dapati dalam Alkitab, nubuatan tentang Kristus yang hanya dibuat oleh para nabi Israil dan tiada yang lain. Dari semua nabi, hanya Nabi Muhammad sendiri, yang ramalannya dibuat dalam semua Kitab Ilahi oleh segenap nabi.

Ciri lain dari nubuatan yang diadakan tentang Nabi Suci yalah bahwa kita menemukan di dalamnya seringnya disebutkan kekuatan Ilahi, kemenangan langit dan kesaksian dari ilmu serta pendidikan; sedangkan dalam hal nabi-nabi lainnya hanya menyebutkan sedikit fakta menyangkut kehidupan sehari-hari. Namun, dalam hal Muhammad, ini dicatat sehingga bahkan hal-hal yang mustahil pun menjadi mungkin baginya dan dalam banyak peristiwa kedatangannya malah dianggap sebagai kehadiran Tuhan itu Sendiri. Perkara yang mustahil bagi manusia adalah lebih dari mungkin bagi Tuhan, dan karena Nabi Suci itu diberi pertolongan Ilahi di setiap langkahnya dan Tangan Tuhan bekerja di fihaknya, maka kemunculannya secara kiasan disebut sebagai munculnya Tuhan.

Beberapa Konvensi penting tentang Nubuatan.

Siswa dari setiap cabang ilmu dan kesenian harus mengingat konvensi tertentu dan perkara yang disepakati menyangkut disiplin ilmu yang ingin dipelajari atau dicapai. Seorang artis bebas menggambar suatu perjalanan yang panjangnya berkilometer dengan hanya secarik kertas; untuk menggambarkan permukaan yang mulus tidak hanya panjang dan lebarnya melainkan juga tinggi dan dalamnya. Seorang pematung bisa membuat suatu patung tanpa warna atau gerak. Umumnya kita terbiasa dengan konvensi semacam itu sehingga kita tidak berkebaratan atasnya, bila tidak maka nasib kita seperti kisah orang Amerika yang keberatan kenapa fotonya hanya menampilkan satu bagian saja dari wajahnya. Ada juga beberapa konvensi yang kebetulan, seperti halnya seorang pematung dalam menaikkan patungnya, dengan memberi penyangga. Begitu pula, ada konvensi tertentu mengenai nubuat. Kita hitung beberapa di antaranya:

1. Nubuat: istilah yang digunakan dalam teologi adalah dalam pengertian yang ketat. Ini berarti ilmu-masa depan dan ramalan atas peristiwa di masa mendatang meskipun hal itu seringkali diterapkan kepada perkara tersembunyi baik di masa lalu maupun di masa yang akan datang yang tidak dapat diketahui dengan cahaya akal yang alami. Pengetahuan ini haruslah supernatural dan dihembuskan oleh Tuhan. Ini adalah cahaya Ilahi dimana Tuhan mengungkapkan perkara yang di atas daya nalar ciptaan alami. Nubuat ini diberikan terutama untuk kebaikan sesamanya. Tak pelak lagi naskahnya tidak selalu jelas dan eksplisit. Nubuatan yang dijumpai dalam Alkitab, baik itu untuk `Isa atau pribadi yang lain, adalah tanpa rincian. Beberapa darinya penuh dengan ambiguitas dan membutuhkan penafsiran dan komentar. Akibatnya ialah bahwa pengertiannya tetap tersembunyi dari orang awam, dan para cendekiawan pun juga tak dapat memahaminya kecuali dengan konteks khusus atau setelah kenyataan yang sebenarnya muncul dan tafsiran pribadi dari nabi yang dijanjikan, siapa yang sesungguhnya yang dimaksud. Dan sesuai dengan pandangan Kristiani, seringkali bahkan orang yang dimaksudkan oleh ramalan itu tidak dimenegrti oleh mereka. Demikianlah maka Yahya menolak bahwa dia adalah Ilyas, padahal Isa dengan jelas menyatakan bahwa tiada lain Yahya adalah Ilyas yang dijanjikan (Lukas 1:17, Mattesu 11:14, 17:12).

Baik ramchandra maupun Parsurama adalah inkarnasi Tuhan sebagaimana yang dipercayai kaum Hindu tetapi karena tidak dikenal satu sama lain, mereka bertengkar.

2. Nama yang digunakan dalam nubuat itu biasanya bukan namanya yang asli tetapi gelarnya. Ini karena di mata Tuhan, nilai seseorang itu sesuai dengan kualitasnya, jasa pribadinya dan gelarnya serta tidak berkaitan dengan nama dirinya. Tuhan memperbanyak sarana untuk mengalirkan wahyu-wahyu ini, suatu saat Dia menggunakan kata-kata, pada lain tempat dengan lambang, bayangan, persamaan, dan kadang-kadang kata-kata serta lambang bersama-sama. Kita temukan nama asli Kristus adalah Yesus, tetapi tak ada satu nubuat pun dalam Kitab-kitab Suci sebelumnya yang menyebut nama Yesus. Tak diragukan lagi bahwa ada ramalan yang menyebut Almasih dan ini disebabkan Almasih itu adalah nama kualitas dari Yesus, nabi agama Kristen.

3. Bahasa dalam nubuatan itu sering-kali satu hari berarti satu tahun (Yehezkiel 4:6):
"Aku menentukan bagimu satu hari untuk satu tahun".

Dan terkadang seribu tahun dalam perhitungan kita manusia:

"Dan sesungguhnya satu hari menurut Tuhan dikau seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu" (Quran Suci 22:47). Di antara agama Hindu, begitu pula, tahun dari Brahma dan Pitrees adalah berbeda lamanya dibanding perhitungan manusia biasa (Manu 1:66-73). Dan satu tahun serasa hanya sehari dalam Kitab Suci agama Majusi.(Fargard 3:40.2).

4. Suatu nubuat ditafsirkan seperti sebuah mimpi. Dalam istilah Weda itu adalah rahasya atau rahasia. Kata-kata mempunyai arti mereka yang biasa, tetapi mereka juga bisa digunakan sebagai kalam ibarat. Seperti halnya kepala yang arti harfiahnya adalah suatu bagian dari tubuh, namun itu bisa digunakan dalam arti kepala sekolah, angkatan perang, daya aliran air, sehamparan gandum, palu, perkumpulan, dan seterusnya. Seseorang bisa dikatakan sebagai ujung tombak atau langit-langit secara kiasan.(6).

5. Tidak hanya nama perseorangan tetapi juga nama negeri dan tempat yang disebut dalam nubuat juga adalah gelarnya. Misalnya "Yerusalem" bisa berarti Mekkah dan bahkan untuk Islam itu sendiri.

Begitu pula 'Ayodhya' (Yang tak terkalahkan) dalam Kitab Weda berarti Mekkah, dimana perang duharamkan dan bukan berarti 'Ayodhya' India yang selalu berganti-ganti penguasanya. Cabang buah almond yang ditunjukkan kepada Yeremiah tidaklah menunjuk pada buah itu sendiri, melainkan itu khususnya dimaksudkan untuk mewakili namanya yakni 'Shaqed' (penuh kewaspadaan). Kewaspadaan yang penuh dari Ilahi, yang tidak memungkinkan kalimah Ilahi itu tidak tergenapi (Yeremiah 1:11).

Adalah salah bila mengatakan bahwa Isaiah percaya bahwa pada akhir zaman bukit Sion secara fisik akan mengatasi semua bukit di dunia ini (Isaiah 2:2).

6. Bila dalam beberapa kitab yang diwahyukan kita menemukan suatu nubuatan yang dua-wajah mengenai pribadi yang sama kita hendaknya hanya mengambil satu dari dua aspek itu. Karena Kitab-kitab ini ada di tangan non-Muslim, adalah sangat mungkin bahwa mereka telah mencampurinya agar supaya ramalan itu menjadi kurang jelas maknanya. Selanjutnya adalah melawan kebenaran dari buku itu sendiri bila dia memberikan dua fakta yang bertentangan tentang pribadi yang satu dan sama orangnya.

7. Setiap bagian dari nubuat yang bertentangan dengan nalar dan pengetahuan yang nyata tidak layak dipertimbangkan.

8. Bagian-bagian dari nubuatan yang penuh dengan mitos akan diterima hanya sepanjang mereka ditunjang dengan fakta-fakta nyata.

9. Nubuatan atas kedatangan yang kedua kalinya dari seorang nabi akan berarti munculnya pribadi yang lain tetapi dengan semangat dan kekuatan nabi yang bersangkutan. Inilah bagaimana Isa menerangkan kedatangan kedua-kalinya dari Ilyas. (Lukas 1:17).

Seperti itu juga Krishna berkata:

"Kami membuat diri kami sendiri muncul melalui pribadi yang lain sepanjang diperlukan"(Gita 4:7).

10. Dalam nubuat, maka nama, tempat dan tahun kedatangan dari orang itu tentang siapa suatu nubuat diadakan tidaklah secara gamblang dinyatakan, karena, keimanan kepada para nabi itu lebih atau kurangnya bersifat seperti 'beriman kepada yang gaib'. Bila kenabian dari setiap nabi itu begitu jelas dan tergelar, maka tak ada pahalanya bagi mereka yang menerimanya, sebagaimana tak ada ganjaran bagi yang percaya kepada matahari yang setiap mata bisa melihatnya dengan jelas. Kedua, berfikir mendalam dalam keagamaan dan penyelidikan atas rahasia yang tersembunyi, mempertajam kecerdasan manusia, dan inilah tepatnya apa yang diinginkan Tuhan agar dilakukan oleh makhluk yang rasional. Ketiga, selalu ada kiasan, perumpamaan, dan pembicaraan dengan gambaran dalam bahasa-bahasa yang berbeda, dan hal itu telah menambah ambiguitas dari nubuatan. Selanjutnya, tidak ada catatan mengenai keadaan geografis dan historis dari macam-macam negeri, inilah kesulitannya, di samping kerja penelitian, untuk menemukan orang yang dimaksudkan oleh nubuatan itu. Akhirnya, juga terdapat hal lain yang bertanggung-jawab besar atas ambiguitas dari ramalan -- yakni, kebencian dari penganut suatu kitab yang disandangnya terhadap agama dan suku lain. Suatu kaum yang menganggap dirinya bangsa yang terpilih dan anak-anak Tuhan tidak akan pernah mentolerir, di samping begitu jelasnya ramalan dalam kitab mereka, untuk meyakini kebenaran dari nabi yang lain. Dus Bani Israil menolak beriman kepada Nabi Suci Muhammad s.a.w. karena beliau adalah non-Israili. Malahan mereka berusaha sebisa mungkin untuk mencampur-aduk nubuat tentang kedatangan Nabi Suci dan membuatnya menjadi temaram.

Jadi, seperti halnya Alam yang mendekap keindahannya secara tersembunyi hingga dia melepaskan harum dan kemilaunya, dengan cara yang sama, permata nubuatan ini juga tetap tersembunyi dalam cangkang kerang mutiara yang mengamankannya dari melapuknya waktu sama seperti cangkang yang mengamankannya dari gelombang yang bertubi­tubi dari samudera.




6. Psalms 118:22, Ephesians 2:20, Psalms 144:2.

7. Bandingkan Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia 4:25, dengan Hagai 2:9.

MUHAMMAD DALAM KATA SINGKATAN
MISTIK DARI KITAB SUCI HINDU. (2/4)


Pengucapan dan inti-sari dari 'Om'.

Telah dinyatakan bahwa 'Om' adalah sari-pati dan inti dari Weda. Pembacaan Weda dimuali dengan intonasi kata singkatan 'Om', dan ditutup dengan 'Om shanti', yakni Om-damai dan aman tenteram (atau: Islam). Tetapi 'Om' menjadi suatu kata rahasia lagi untuk alasan lain - yakni, pengucapannya yang tepat dan benar. Bagaimana itu bisa digumamkan dengan mulut, ditulis di atas kertas atau dibaca? Dan apakah nalarnya serta pentingnya?

Ada lima cara berbeda dalam menulis serta empat dalam membacanya. 'Om' memiliki banyak arti yang berbeda, dari mana tak satu pun yang bisa dirinci dan didefinisikan. Sebagaimana dinyatakan di atas, 'Om' diucapkan dalam empat macam cara; (1) a-o-ma (2) oma (3) a va ma (karena akarnya adalah av dan bukan o) (4) Ong. Dari titik pandang Literascripta 'Om' juga ditulis dalam lima bentuk yang berbeda. Dari ini, bentuk pertama dan kelima adalah yang paling kuno dan otentik. Bentuk ketiga dimana disispkan bilangan 3 sebelum M, adalah asli penemuan dari Arya Samaj. Dalam bentuk kelima, suatu diagram matahari digambarkan, dan 'Om' seperti dalam (1) dituliskan di dalamnya. Bentuk ini bisa ditelusuri sebagai yang paling tua antik-nya, dan yang paling penting serta otentik.

Dalam menghormati pentingnya dan nasehatnya 'Om' mempunyai banyak arti yang tidak bisa dihubungkan satu sama lain.(7). Akar dari mana 'Om' , dikatakan berasal dari av, yang berarti memberikan keselamatan dan perlindungan. Karenanya, arti 'Om' adalah dia yang melindungi. Tetapi dari penelitian atas Upanishad itu kelihatannya bahwa 'Om' tidak ada kaitannya dengan tata bahasa serta lexicon. Ini adalah suatu gabungan dari tiga huruf yang berbeda, masing-masing mempunyai arti khusus sendiri. Dimanapun Upanishad tidak menerimanya dalam kaitan aturan grammar dan lexicon, tetapi, dengan menggambarkan satu arti fiktif dari setiap huruf , telah menekankan berulang-ulang dalam fikiran artinya ini serta bermeditasi dengannya, atau telah mengatakan bahwa pembacaan tiap huruf berkali-kali membawa rahmat anugerah kebaikan. Tetapi metode semacam ini dalam menafsirkan suatu kata, tidak dapat diterima oleh lexicografer.

Pandit Dayanand, pendiri Arya Samaj, telah menggunakan kedua metode itu dalam memberikan penafsiran kepada kita tentang 'Om'. (1).'Om' adalah pelindung; (2) Bahwa huruf 'O' berarti 'itu' dan arti dari 'Ma' adalah 'ini'. Tetapi ini hanyalah metode yang dimasak sendiri yang mengabaikan akal sehat, karena alasan apapun dari tatanan huruf 'Om' itu, pengertiannya akan sama, tidak berubah. Misalnya, moa, aom, mao, amo, semua bentuk yang berbeda itu mempunyai arti yang sama dengan 'Om', karena setiap huruf yang mempunyai arti sendiri-sendiri, bila semuanya digabung, dengan mengabaikan susunannya, tetap mempunyai arti yang sama.

Metode ketiga dalam menafsir adalah dari Brahman Granthas; tetapi ini tidak mendapatkan cap pembenaran dari sudut lexicon, ataupun dari aturan grammar, ataupun dari Upanishad. Dalam Shatpath Brahmana, arti 'Om' pada beberapa tempat Shatpath I.(4.1.30); x(6.1.4); xi(6.3.6) telah disajikan sebagai; ya atau tidak, atu semoga-demikian-hendaknya (amien), yang menunjukkan bahwa hal itu tak mengandung hal yang penting di sini. Bagaimana pun, dalam Chandogya Upanishad suatu arti keempat dilekatkan pada 'Om' yakni memberi tatanan dan perintah. Bila suatu tatanan diberikan, maka dikatakan 'Om'. Upanishad ini, sejak awal mula, telah memasuki wacana ini.

Untuk memberi contoh dan membuat suatu saran atas semua pengertian ini: Bila seorang mengatakan bahwa huruf B itu menunjukkan Baik, orang lain bisa saja menyatakan bahwa B itu berarti Buruk. Kedua tafsiran ini hanyalah omong-kosong dan tidak bisa diduga arahnya serta tidak ada otoritas yang dapat mendukungnya. Sama juga dalam kasus 'Om'. Jika metode penafsiran, seperti yang disajikan untuk dipertimbangkan oleh Upanishad, dianggap benar, 'Om' akan merupakan suatu kata yang bisa ditafsirkan semaunya, sehingga arti yang ditekankan baginya bisa semu dan fiktif. Betapa pun, kebenaran dari masalah itu ialah, bahwa bahasa rahasia dan mistis itu tidak dapat diikat dengan dibatasi oleh lexicon. Menyebut kata singkatan itu sebagai suatu rahasia dari Weda dan Upanishad, baik dalam keindahan maupun kehangatannya; dan lalu meletakkannya dalam mesin lexicon untuk memecahkan gabungan itu dan memisahkan dalam komponen masing-masing, sama saja menghancurkannya dan merusak keindahan serta daya-tariknya. Karena itu, kita, mengakui dan menerima bahwa 'Om' itu sesungguhnya adalah suatu kata singkatan mistik. Tetapi bahkan suatu rahasia yang terkunci pada suatu hari akan dibukakan kuncinya untuk menyaksikan terangnya hari.

Jika 'Om' itu sungguh nama dari Dzat Ilahi kiranya tidak perlu tetap disembunyikan dan terkunci. Dapat dinyatakan dengan jelas bahwa ini adalah nama suci dari Parmatma, Tuhan yang Maha-tinggi, dan begini atau begitulah asma-Nya. Dalam Weda Dia telah digambarkan sebagai pemilik dari segala sifat yang paling luhur atau Esa, sebagaimana kini hal itu dinyatakan, yang sangat dipuja-puji oleh dewa-dewi. Dengan cara ini, umat setidaknya akan selamat dari jatuh kedalam kesesatan pemikiran bahwa Weda tidak mengajarkan doktrin Keesaan Ilahi, tetapi menekankan suatu kepercayaan kepada banyak tuhan.


7. Satyarth Prakash, bab "Names of God".

MUHAMMAD DALAM KATA SINGKATAN
MISTIK DARI KITAB SUCI HINDU. (3/4)


Kunci pemecahan ada dalam huruf 'M' dari 'Om'.

Ada banyak metode untuk memecah biji kacang, tetapi yang paling mudah dan aman, ialah menaruh buah almon itu dalam pemecah-kacang, sehingga pecah tanpa risiko apapun. Dengan cara yang sama, suatu teka-teki bisa diuraikan dan dipecahkan dengan kecerdasan dalam banyak cara tetapi harus dipilih jalan yang paling efektif. Menurut Upanishad, maka keunggulan dan keluhuran 'Om' terletak pada kenyataan bahwa ini merupakan tiga huruf atau kata; yakni, ini merupakan kombinasi dari a, o dan ma, dan bukan suatu kata benda yang berasal dari akar kata Av.

Dengan memusatkan fikirannya kepada masing-masing tiga huruf itu secara terpisah, maka manusia akan terbebas dari kelahiran dan kematian, sama seperti seekor ular yang berganti kulit lamanya (Prashna Upanishad 5:2-5). Tetapi hal yang harus dengan hati-hati dipertimbangkan ialah bahwa pemusatan fikiran kepada huruf A dan O tidak membawa keselamatan, sehingga jiwa itu tetap mengembara kesana kemari; dan refleksi mendalam serta meditasi terhadap huruf Ma, yang menghasilkan pembebasan yang genap-lengkap.

Sama sepenuhnya, 'Om' adalah suatu rahasia agung yang saya akan coba tafsir dan terangkan. Kaum Hindu dan Muslim tidak perlu merasa terganggu atau marah karenanya. Jika kaum Hindu mempunyai kebaikan dan kebenaran yang disajikan, kaum Muslim harus menerimanya dengan gembira dan membaurkannya, begitu pula sebaliknya. Sungguh suatu cara yang baik untuk membuat hidup kita di dunia ini bahagia dan menyenangkan. Saya sungguh-sungguh menyarankan agar baik kaum Hindu maupun Muslim memegang 'Om' yang suci dengan penuh kehormatan dan keluhuran. Rahasia pertama yang terkandung di dalamnya, yang telah dapat saya kumpulkan dari Upanishad, ialah bahwa 'Om' itu suatu kata dengan tiga huruf, yang pertama huruf 'a'. Dalam artikulasi huruf 'a' ini maka dada, yang menjadi sumber dan tempat duduk bagian vokal dari percakapan manusia, terbuka lebar-lebar. Setelah 'a' menyusul kata 'o', untuk mana artikulasi dari mulut harus tetap terbuka lebar, dan seluruh udara harus digunakan dalam mengucapkannya. Tetapi segera setelah kita mencapai huruf 'Ma', maka bibir, begitu pula percakapan, harus ditutup dan dikunci. Dalam kata-kata dari Chandogya Upanishad :

"Om, kata ini harus disembah dan dipuji. Dalam Om, percakapan dan jiwa bersatu dan bergabung. (Om adalah intisari dari semua percakapan). Tempat pertama lahirnya percakapan dalam mulut, yakni dada, dan yang terakhir yakni bibir. Dari tiga huruf itu, 'a' timbul dari dada dan diucapkan dengan mulut terbuka; 'o' menghabiskan seluruh udara dalam mulut, dan ini digumamkan dengan menekan dada. Tetapi dalam mengucapkan 'ma', bibir harus dikunci rapat-rapat, dan ini yang menguasai seluruh tempat" (Chandogya Upanishad, 1:1; Raja ram Bhashya, Lahore).

Renungkan saja dan fikirkan; "Om" adalah essensi dari semua percakapan; siapakah nabi itu di dunia yang menyajikan klaim semacam itu? Yang ajarannya adalah inti-sari dari seluruh Wahyu Ilahi?

"Utusan dari Allah, yang membacakan halaman-halaman yang suci, Yang di dalamnya berisi kitab-kitab yang benar" (Quran Suci 98:2-3).

Ini adalah esensi dari semua percakapan dan Wahyu Ilahi, dimana pada saat bibir percakapan Ilahi itu tiba saatnya untuk ditutup adalah, sebagai suatu fakta nyata, merupakan inti-sari dari seluruh percakapan.


Pemusatan fikiran pada 'Om' pada saat kematian, mengaruniakan ilmu yang penuh serta pengetahuan akan Tuhan Yang Maha-tinggi. 'A' menganugerahkan kebajikan bagi dunia ini, 'o' adalah langit, dan tempat untuk rembulan diperlukan untuk mencerminkan baik 'a' dan 'o', namun meditasi atas Ma memberikan pembebasan (Prashna Upanishad 5.1.27). Rig Weda menganugerahkan kebaikan untuk dunia ini, Yajur Weda mengenai langit, tetapi "Om" dan Sam mantra (ayat-ayat) dari Sama Weda mengaruniakan persatuan dengan Dzat Ilahi.


'A' berarti bahwa Wahyu Ilahi dimulai dengan awal manusia, Adam; 'O' berlangsung terus selamanya; dan itu sampai pada penutupannya pada 'M'. Seluruh rahasia ini berkaitan dengan huruf M. Dengan 'M' dari 'Om' ini berarti manusia yang namanya dimulai dengan huruf 'M'.

Rahasia kedua yang tersembunyi dalam "Om", yang menjelaskan raahasia pertama, dan memisahkan dengan cara yang sangat indah mutiara dari kerangnya, dan yang mengundang kaum Hindu dan Muslim datang bersama-sama serta bersatu, yakni adalah, sesuai dengan konvensi naskah, "Om" hanya mempunyai dua huruf, 'O' dan 'M'; dan kedua huruf ini, berdasarkan otoritas lexicon Sanskerta, adalah penuh arti. Kamus Sanskrit-Inggris yang paling otentik berkata: "(O) adalah suatu partikel untuk mengarahkan, memanggil, mengingatkan, tentang kasih-sayang.

(M) adalah nama dari pribadi yang dimulai dengan M. Rembulan, nama dari macam-macam dewa-dewi, wewenang, cahaya, ilmu, ikatan, buhul tali, bahagia sejahtera.(8)

Dalam ajaran keagamaan Sanskerta huruf 'ma' digunakan dalam sepuluh arti penting yang berbeda-beda:

1. Pribadi yang namanya dimulai dengan huruf ma.

2. Rembulan.

3. Nama dari beberapa dewa-dewi.

4. Wewenang.

5. Cahaya.

6. Ilmu.

7. Berkumpul bersama.

8. Terikat erat seperti sebuah rantai.

9. Kebahagiaan.

10. Mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan.

Menurut kepercayaan Hindu populer, Trinitas Hindu terdiri dari Brahma, Wisnu dan Syiwa; dan tak ada dari nama-nama ini yang dimulai dengan huruf ma. Setelah mereka menyusul dewa-dewi utama(devtas), yakni Agni, Indra, Surya, Wiswa Dewa; tetapi sekali lagi 'ma' menarik karena ketidak-hadirannya. Selanjutnya, kita punya orang suci besar, Krishna dan Ramchandra; dan sekali lagi, huruf pertama dari nama-nama itu bukanlah ma. Maka sekarang adalah dosa bila kita menyembunyikan dan mengunci kebenaran. Nama ini adalah Muhammad, yang dimulai dengan huruf ma; dan nama suci inilah, dimana percakapan Tuhan atau wahyu kenabian telah tiba saatnya untuk ditutup (sebagaimana telah ditekankan dalam Upanishad).

Rahasia ketiga dari kata singkatan mistik "Om" yakni bahwa seluruh arti yang diberikan olehnya menurut lexicon, menunjuk kepada nama suci Muhammad ini. Misalnya, arti kedua adalah, rembulan. Kini seluruh dunia tahu bahwa bulan dan bintang membentuk lambang keagamaan dari kaum Muslim, yang kalendernya, selanjutnya, adalah qomariah berlawanan dengan penanggalan Kristen dan Hindu. Masi ada argumen ketiga ini yakni bahwa dalam menulis lambang "Om", bulan dan bintang menunjukkannya dan ini sedemikian jelas serta mudah diingat sehingga para cendekia Hindu dan Pundit hendaknya merenungkannya. Sesungguhnya agama Hindu adalah dharma, mendekap ke dadanya bahkan musunya yang paling keras. Mahatma Buddha telah menolak Weda dan Brahmana, tetapi agama Hindu telah menerima dan mengakui dia sebagai Inkarnasi dari Dzat Ilahi.

Muhammad s.a.w. tidak pernah berkata sepatahpun yang menolak atau tidak hormat menyangkut Weda ataupun setiap Rishi dan Muni dari agama Hindu. Sebaliknya, beliau telah mewajibkan para pengikutnya untuk beriman kepada semua nabi serta rishi yang benar dari seluruh dunia. Tanda-tanda ini, yang penyebutannya telah dicantumkan di sini, tidaklah kebetulan atau tiba-tiba, tetapi mereka telah sampai ke tangan kita, melintasi abad-abad, dari waktu yang sangat jauh jaraknya. Para pencinta Kebenaran dan Keimanan harus, demi suatu kebutuhan, mengabdikan perhatiannya yang sebaik-baiknya serta pertimbangan yang penuh kehati-hatian atas fakta besar ini. Dan kebenaran itu, tak usah dikatakan lagi, pasti akan menang dalam jangka panjang. Dengan cara yang begini jelas dan bahasa yang tak salah lagi, arti 'M' telah disajikan, yakni, bahwa 'M' adalah nama seseorang yang dimulai dengan huruf 'M'. Terjemahan ini bukan dari saya, melainkan diberikan oleh seorang guru-besar Inggris yang adalah sarjana yang sangat dalam keahliannya untuk bahasa Sanskerta, dan telah mereproduksi kembali pengertian ini dari buku-buku Sanskerta. Dia pun bukan seorang Muslim. Tetapi pendeta Hindu tidak akan menerima suatu rujukan yang diberikan hanya oleh seorang Inggris. Karena itu, beberapa acuan sekarang kami kutipkan dari buku-buku Sanskerta untuk mendukung pengertian Monier William:

1. Makarah puniah pragpam.

2. Tritiah dyau sah makarah.

3. Makaroh maha vibhuti ti artah.

4. Param ev brahm makaren janiyat.

5. Makaren parman brahm anuichhat.

6. Sarvat avasthan ma pyan chakre.

yakni Pembebasan dicapai melalui M. Renungkan M sebagai langit tinggi ketiga. M adalah kehadiran Yang Agung. Ilmu tentang Dzat Ilahi dicapai melalui M. M adalah semacam pusar pusat di mana semuanya berkumpul bersama dan mengeratkan semua buhul tali. Dapat dengan mudah dimengerti bahwa semua sifat ini bisa dimiliki oleh seorang yang namanya dimulai dengan M, atau M adalah huruf pertama dari namanya. Bukankah hanya dengan sarana mengucapkan M, atau meditasi atasnya, bahwa kedudukan yang luhur serta anugerah yang besar dari ilmu Ilahi itu bisa didapat dan dicapai.

Tafsir ketiga yang disajikan oleh Monier Williams adalah "nama dari pelbagai dewa-dewi", yang berarti bahwa dia akan dikaruniai sifat ketuhanan. Pernyataan Rig Weda yang menyatakan, bahwa 'semua dewa-dewi bersidang di sana', menunjang dan membenarkan pengertian ini; dan demikian pula penafsiran yang diberikan Upanishad. Beliau yang mengukuhkan dan membenarkan semua nabi di dunia, dan segenap nabi membenarkan dan mengukuhkan beliau.

Arti keempat dari M adalah otoritas, yakni argumen dan otoritasnya terhadap kebenaran agama-agama; seorang yang menjadi saksi dan membenarkan seluruh agama yang muncul sebelumnya, baik di Timur maupun di Barat, dan yang mewajibkan untuk beriman kepada mereka.

Arti kelima dari M yakni cahaya. Dengan mengacu hal ini, al-Quran telah berfirman:

"Sesungguhnya telah datang dari Allah kepada kamu, cahaya dan Kitab yang terang"(5:15).

Dalam ayat ini, dua perkara telah dibicarakan sebagai yang datang dari Allah, yakni suatu Cahaya dan satu Kitab yang terang. Cahaya adalah nabi dan kitab adalah al-Quran. Nabi ini adalah cahaya ruhani terbesar yang pernah bersinar di muka bumi ini.

Arti keenam yakni 'ikatan'. Beliau, setelah menyingkirkan semua perbedaan dan perpecahan dari segala agama, mengajak mereka datang bersama ke satu landasan yang sama, serta bersatu, dan melalui hubungan yang sama dengan Tuhan Yang­esa, menegakkan suatu Persaudaraan universal di antara mereka.

Arti ke tujuh dari M yakni 'menguntai', suatu tali atau rantai yang diikat menjadi satu. Nabi Suci Muhammad menguntai pertalian dari semua umat di dunia bersama-sama dengan doktrin Keesaan Ilahi. Sebelum kedatangannya, segala bangsa di dunia ini terpisah dan tidak bersatu. Nabi-nabi dan agama-agama semua berlingkup kebangsaan. Tetapi Nabi telah mengikat mereka bersama dalam rantai kasih-sayang persaudaraan dan keselarasan.
Al-Quran berfirman:
"Dan peganglah erat-erat tali perjanjian Allah semuanya, dan janganlah kamu berpecah-belah"(3:102)

Mengenai seluruh nabi, al-Quran berfirman:
"Sesungguhnya umat kamu ini, umat satu, dan Aku Tuhan kamu, maka mengabdilah kepada-Ku" (21:92).

Semua agama di dunia, sebelum kedatangan Muhammad, berdiri di tepi jurang kehancuran. Nabi menariknya kembali, dan mengikat mereka bersama-sama dengan kekuatan saling simpati dan persatuan.

Arti ke delapan dari M yakni 'ilmu'. Ilmu dan kebijaksanaan Nabi adalah puncak dari ilmu serta kebijaksanaan segenap nabi. Sesungguhnya, beliau adalah pewaris ilmu dan kebijaksanaan baik yang kuno mapun modern. Dan padanya adalah suatu ilmu yang bahkan tak menimbulkan sedikitpun keraguan atau kesalahan.
Firman al-Quran:
"Kepalsuan tak akan datang kepadanya, baik dari depan maupun dari belakangnya, Wahyu dari Tuhan Yang Maha-bijaksana, Yang Maha-terpuji" (41:42).

Arti ke sembilan dari M adalah 'kebahagiaan', yakni penyerahan diri dan ketaatan pada-Nya mendatangkan kedamaian fikiran dan hidup penuh kebahagiaan. Dari M yang penuh ceria serta sifatnya yang indah ini yang menyingkirkan dan membuyarkan semua kesakitan dan kesukaran, meninggalkan di belakang segala perpecahan di antara bangsa-bangsa ataupun suatu ketakutan akan Akhirat. Ini, seperti yang dengan indahnya dinyatakan dalam al-Quran:
"Obat bagi apa yang ada di dalam hati"(10:57).

Yang ke sepuluh dan arti yang terakhir dari M adalah 'kesejahteraan'. Yakni dengan menyatakan bahwa M adalah huruf pertama dari nama seorang yang besar dan mulia itu yang pasti merupakan penjaga dari kesejahteraan serta keselamatan dari ras manusia; dan tak akan ada sesudahnya, kecuali dia, tak ada pelabuhan lain bagi keselamatan dan sukses; karena fikirannya senantiasa gelisah dan berduka tidak hanya demi pembebasan dari satu kaum khusus, tetapi beliau memperbaiki, dalam gelapnya malam jauh dari rumahnya, ke suatu gua terpencil dimana beliau menangis dan mengaduh atas dosa dan kesesatan manusia, sehingga Param Pita, Tuhan sarwa sekalian alam, mendengar tangisan dan aduhannya lalu berfirman:
"Boleh jadi engkau akan membunuh dirimu karena duka-cita, karena mereka tak mau beriman" (26:3).

Dengan bercermin kepada semua arti M atau Ma ini, sebagaimana digelar oleh Kitab-kitab Suci Sanskerta, jelaslah bahwa pengertian itu hanya cocok diterapkan kepada seorang lelaki di dunia ini dan setiap pencinta kebenaran serta ilmu harus menempatkan keimanannya kepadanya. Laki-laki itu adalah Nabi Suci Muhammad s.a.w. Om. Ringkasnya, "M" dalam Om melambangkan:

Seorang yang akan datang dengan nama yang huruf pertamanya M atau Ma.

Simbul agamanya adalah bulan dan bintang.

Penanggalannya adalah sesuai dengan perhitungan rembulan.

Beliau akan diberkahi dengan seluruh sifat ketuhanan dan kekuatan malaikat.

Beliau akan menjadi otoritas dari semua agama; yakni dengan beriman kepadanya, adalah penting untuk juga beriman kepada segenap aagama wahyu.

Beliau sendiri akan menjadi suatu cahaya, dan akan bersinarlah dengan benderang Kitabnya yang akan menyajikan argumen yang terang dan brilyan untuk mendukung kebenarannya itu, dan akan meniup dan menyingkirkan semua kegelapan keragu-raguan serta kekafiran:

"Kitab ini, tak ada keragu-raguan di dalamnya, adalah petunjuk bagi orang yang memenuhi kewajiban dan menjaga diri dari kejahatan"(2:2).


Dia akan, menyatakan seluruh nabi di dunia sebagai satu kaum, tidak peduli apakah mereka itu Rishi agama Hindu, Parsi atau Buddha, para nabi Bani Israil ataukah Guru-guru Mesir kuno, adalah wajib untuk beriman kepada mereka semuanya:

"Dan yang beriman kepada yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau" (2:4).


Kitab itu selanjutnya akan menggelar pengakuannya bahwa dia berisi seluruh Kitab-kitab suci sebelumnya, dan menjaga serta menyajikan ajaran dari seluruh nabi-nabi setelah menyatakan mereka suci dan membersihkan mereka semua dari segala hal yang kurang suci.(Quran Suci 98:2-3).

Di hadapan Kitab ini mustahil menolak dan mengingkari pengakuan setiap Rishi atau nabi yang benar didunia dan hal ini saja sudah bisa menciptakan kebahagiaan serta kenikmatan sejati dalam fikiran manusia.

Beliau gelisah dan berduka, tidak saja demi keselamatan suatu bangsa, Bani Israil, atau Arya, bangsa Semit atau Mongol, melainkan beliau menangis dan mengaduh bagi persamaan dari seluruh umat manusia, dan karena alasan inilah maka beliau dijadikan utusan yang merupakan "Rahmat bagi sekalian bangsa" (Quran Suci 21:107).

Sekali lagi dengarkan apa yang telah dikatakan oleh Upanishad:

"Seorang yang memusatkan fikirannya pada huruf aa akan dilahirkan kembali ke dunia dan yang bermeditasi atas huruf O kembali dari bulan, tetapi seorang yang meletakkan fikirannya pada Ma akan dibebaskan dari neraka kelahiran dan kematian, seperti seekor ular yang segar dan bersih setelah membuang kulit lamanya".

Dengan perkataan lain, seorang yang beriman kepada Muhammad akan meningkat diatas tahap-tahap tumimbal-lahir, segera setelah seseorang itu memeluk Islam atau menjadi seorang pengikut Muhammad, dia membuang jauh-jauh tumimbal-lahirnya dan menjadi bebas dari lahir dan lahir kembali serta keberangkan dia dari dunia ini, langsung menuju ke Brahma Loka, tempat tinggal Ibrahim di Surga. Betapa tajam dan jelasnya tanda-tanda yang telah dinyatakan Upanishad dan Weda dalam penghormayan kepada seorang yang namanya dimulai dengan huruf M atau Ma.


8. Monier Williams, Sanskrit-English Dictionary (New Edition 1899, Oxford).


MUHAMMAD DALAM KATA SINGKATAN
MISTIK DARI KITAB SUCI HINDU. (4/4)


Om -Matahari yang bersinar di bumi.

Ada dua macam cara yang kuno dan otentik dalam menuliskan "Om"; satu adalah lambang bulan dan bintang yang melingkari M, dan yang lainnya, "Om" diletakkan dalam matahari, yang berarti untuk menunjukkan bahwa itu adalah matahari ruhani; dan, jikalau matahari lahiriah itu adalah sejumlah gas yang sangat berbahaya, maka matahari ruhani adalah manifestasi keluhuran dari cahaya spiritual serta rahmat samawi. Karena itu, Upanishad menyebut itu inti-sari dari Sama Weda; karena, dewa dari Sama Weda itu adalah matahari, sebagaimana Agni adalah dewa dari Rig Weda, dan Bayu dari Yajur. Kata singkatan mistik ini juga disebut Hiranya garba, yakni, telur emas atau matahari. Jelaslah bahwa Krishna Chandra dan Ram Chandra itu semua adalah bulan, tetapi M adalah matahari dan matahari semacam itu tidak terbatas baik di Timur maupun di Barat, melainkan menyinari seluruh bumi.

'M' adalah matahari dari dunia agama dan juga memberikan bimbingan bagi kemajuan lahiriah di dunia. Dia tidak menunjukkan keadaan pantang kawin atau brahmacharya, ataupun penolakan dan pengasingan dari dunia. Nabi-nabi sebelumnya tak pelak lagi adalah matahari dan rembulan dari kaumnya masing-masing, tetapi yang satu ini yakni Nabi dari abad pemikiran serta ilmu pengetahuan; dan karena itu, tidak ada gelapnya di segala penjuru. Allah Yang Maha-tinggi telah berfirman mengenai beliau dalam al-Quran:

"Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai Saksi, dan pengemban kabar baik, dan sebagai juru ingat. Dan sebagai orang yang mengajak kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai matahari yang menerangi" (Al-Quran 33:45-46).

Nabi di sini dikatakan pertama sebagai pembawa kesaksian atas kemanusiaan yang hilang, yang telah kehilangan semua ide tentang kesadaran Ilahi, yakni bahwa ada Tuhan Yang-esa. Lebih dari itu beliau adalah pembawa kabar baik bagi manusia bahwa Tuhan masih tetap ingat kepada manusia dan setelah keadaan gelap-gulita Dia telah mengirim Nabi-Nya sebagai matahari ketulusan.

Bintang-beintang berkelip di angkasa memberi kabar gembira ke dunia akan munculnya matahari. Mereka mengumumkan dari jauh bahwa 'O' 'M' adalah Muhammad; serta bulan dan bintang yang tergambar di dalamnya menunjukkan bahwa mata dunia (matahari) adalah 'O' 'M' "Muhammad itu"(9), yang kedatangannya menyingkirkan segala macam kegelapan agama dari dunia.

Terlebih lagi, Upanishad selanjutnya mengatakan bahwa refleksi mendalam atas "OM" mengajarkan pelajaran unggul tentang Keesaan, (ekagrata). Sudah menjadi pengetahuan umum saat ini, bahwa Keesaan Ilahi dan kesatuan kemanusiaan, adalah intisari dan gambaran unik dari agama Muhammad, di mana tak ada superioritas dari Bani Israil, ataupun ada pembedaan antara kasta Brahmana, Ksatrya, Waisya dan Sudra, ataupun antara yang berkulit putih dan hitam, timur atau barat, Arya atau non-Arya; sehingga taka ada masalah kasta, tetapi "semua warga ras umat manusia adalah Bani Adam, dan Adam serta keturunannya semuanya diciptakan dari tanah". Suatu sabda yang terkenal dari Nabi Muhammad: Kulluhum banu Adam wa Adamu min turabin. Semua mereka adalah keturunan Adam dan Adam berasal dari tanah.(10). Keunggulan dan kebesaran tidak terletak pada apakah dia orang Arab atau bukan, tetapi dari perbuatan baik serta mulia dari seseorang (Q.S.49:13), dan tidak karena asal­usul kelahirannya. Dengan ekagrata berarti menjadi Tuhan, yakni bahwa seseorang harus berfikir bahwa dengan meditasi terus­menerus atas "Om" dia menjadi Tuhan, lalu, betapa banyak orang, berkat sarana rumus ini telah menjadi tuhan di bumi, dan telah diselamatkan dari kematian. Tetapi ini hanyalah angan­angan kosong dari seseorang yang kacau dan sakit otaknya. Tulis Prof.Max Muller, pakar Sanskerta modern :

"Meditasi atas kata singkatan "Om" adalah suatu pengulang-ulangan terus-menerus yang lama atas silabus itu dengan suatu pandangan untuk menarik fikiran itu tersingkir dari semua subyek lainnya dan karenanya memusatkannya atas obyek atau pemikiran yang lebih tinggi, yang mana silabus itu dibuat sebagai lambang. Pemusatan fikiran dan perhatian kepada Ekagrata atau satu yang ditunjuk, sebagaimana yang disebut oleh agama Hindu, bagi kita adalah sesuatu yang tak dikenal. Fikiran kita adalah seperti kaleidoskop pemikiran yang bergerak konstan; dan menutup mata atas segala hal lain, dengan hanya memikirkan satu hal saja, bagi kita merupakan hal yang paling mustahil seperti halnya menikmati nada-nada musik tanpa harmoni"(11).

Konsepsi Islam mengenai pengalaman mistik.

Ekagrata (Suatu istilah dalam Kitab Suci Hindu) berarti rekonsiliasi dan harmoni lengkap antara manusia dengan Tuhan, dimana manusia berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan menjadi satu dengan-Nya, serta seluruh anggota badannya, lidah, mata dan telinga, tangan dan kaki serta fikiran bertindak sesuai dengan kehendak serta ridla Tuhan Yang Maha­tinggi dan tidak melakukan perbuatan dosa serta zalim. Suatu model sempurna dari keadaan yang luhur serta mulia ini yalah Nabi Suci Muhammad, yang telah dibenarkan oleh isterinya yang hidup bersamanya siang dan malam. Ketika ditanya bagaimana akhlak dan kebiasaan Nabi itu, dalam satu kalimat pendek, dia menjawab:

"Akhlak dan kebiasaannya itu persis sama dengan apa yang telah difirmankan Allah Ta'ala dalam al-Quran". Dan inilah apa yang dinamakan Ekagrata, yakni, seorang yang bersatu dengan Dzat Ilahi.

Konsep Islam tentang pengalaman mistik ini berdasarkan atas dua keyakinan pokok, yang didapatkan dalam al-Quran. Pertama bahwa Tuhan itu bersemayam di setiap hati manusia sebagai Yang Berwenang dan Pemelihara makhluk-Nya. Bersemayamnya Tuhan didalam dia ini hadir secara bebas dari jangkauan atau keyakinan seseorang atasnya. Tetapi dengan keyakinannya atas pengenalannya terhadap Tuhan sebagai Dzat Yang Maha-kuasa sebagai obyek pujaannya, dan tentang kecintaan serta pengabdiannya, serta tingkat pengenalan dan pengabdian ini yang timbul berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya. Dalam bentuk yang paling intens yakni dalam mistik, hal ini menimbulkan suatu pengetahuan yang intim, pribadi serta langsung dari kesadaran atas persatuan dengan Tuhan. Para mistik tiba pada kontemplasi ini, tidak dengan tindakan penalaran atau pengkhayalan intelektual, melainkan dengan amalan tertinggi dari intuisi, dimana dia mencapai keadaan ruhani yang paling luhur yang bisa dimungkinkan di dunia ini.

Keyakinan kedua adalah bahwa Tuhan itu bukan ciptaan manusia, tetapi tidak saja Dia yang menjadi sebab dan pemelihara dia, melainkan juga tujuan akhirnya, dan ini bukan dalam pengertian negatif sebagai terminal tetapi sebagai pemenuhan dan penyempurnaan dari sifatnya. Pengalaman mistik ini yang terakhir namun tetap tahap yang belum selesai dari pendambaan manusia akan Tuhan bagi dirinya dan bagi persatuan dengan-Nya yang dimulai di dunia ini dan yang akan membentuk suatu kebahagiaan abadi untuk mana dia diciptakan. Hendaknya dicatat bahwa konsepsi ini, jauh dari menerapkan ketiadaan dari pribadi manusia karena diserap total di dalam Tuhan, melainkan menekankan persatuan sempurna dengan Tuhan, yakni dengan menggunakan tulisan para mistik yang mengalaminya bahwa melihat, menyentuh atau mengalami bertemu Tuhan tidaklah menerapkan sesuatu kepada suatu karakter fisik yang bisa dilihat, karena pengalaman tersebut benar-benar murni spiritual. Ini adalah suatu cara, di atas segalanya, yang berujung kepada "Pertemuan antara Kekasih".

'Om' bukanlah nama Tuhan.

Bahkan bila telah disajikan bahwa akar kata darimana "Om" itu berasal, adalah 'av' yang berarti pelindung atau pemelihara, tetaplah tak perlu bahwa ini dikira sebagai nama Tuhan; karena Krishna telah berkata dalam Bhagawad Gita (9:17) : "Aku membuat semuanya bersih, Akulah "Om", Akulah pengetahuan mutlak, Aku juga Weda, Sam, Rig dan Yajush". Jika 'Om' itu adalah nama pribadi Tuhan, pastilah di suatu tempat dia didefinisikan sebagai suatu obyek dengan rincian asma-Nya, tetapi ini tak terdapat di manapun dalam ke empat Weda.

Bukannya menggunakan bentuk tunggal untuk 'Om', penggunaannya di dalam Weda adalah bentuk dua atau jamak (12). Begitulah disebutkan dalam Yajur Weda: "Semua pelindung dalam bahagia yang sangat" Yajur Weda 7:33, 33:80;(Dayananda bhashya, halaman 213). Ye Vishvadevas (semua dewa) yang melindungi"(Rig Weda 1:3:7; Nirukta 12:40). Dari sini kita bisa beralasan bahwa 'Om' berarti pelindung tetapi ini juga jelas bahwa ini adalah kata benda biasa. Pentingnya adalah ketika seorang pelindung yang diharapkan akan muncul, yang akan meyakini semua utusan Tuhan dan membenarkan ajaran mereka serta mengumumkan kesucian dan kesalehan mereka serta kesalahan mereka yang telah dilemparkan oleh para pengikutnya sendiri. Tidaklah cukup menyatakan: Bahwa Akulah 'Om'; atau 'Akulah Omega'. Akal sehat diperlukan untuk membuktikan pengakuan ini. Bangsa-bangsa dan pelbagai agama dipisahkan oleh tembok besar, lautan luas, dan perbukitan yang menakutkan, seluruh penghalang ini dibikin mulus hanya oleh rahmat yang dijanjikan yakni Muhammad -pengawal yang teguh dari keesaan Ilahi, persaudaraan para nabi serta kesatuan umat manusia. Seandainya misalnya seribu orang diseluruh dunia mengaku nabi, dan dari mereka ternyata 999 orang adalah nabi dan peramal palsu, maka dalam hal seorang yang selebihnya, sudah wajar, akan menjadi sangat diragukan. Tetapi bila salah satu dari mereka keluar untuk menegakkan dan membuktikan kebenaran dari seribu orang itu seluruhnya, dia pasti akan disebut pelindung atau penjaga kehormatan dan penghormatannya. Karena itu Nabi Suci Muhammad, Nabi yang besar, yang merupakan Juru-selamat kenabian dan kehormatan seluruh Nabi-nabi. Bebel, Injil, dan Kitab-kitab Suci kaum Hindu menisbahkan dongeng penuh dosa terhadap masing-masing nabinya dan Guru-guru Ketuhanannya sendiri; tetapi hanya Nabi Suci yang menyatakan dan mengajarkan tiada berdosanya semua nabi; dan karena itu beliau adalah Juru­selamat dan Pelindung ('Om') dari kehormatan para nabi seluruhnya. Seorang semacam itu haruslah Nabi yang Terakhir; dan karena alasan inilah maka bibir Wahyu Ilahi ditutuo dan disegel dengan kedatangan yang terpuji, yang dimuliakan M.

Atharwa Weda dan Muhammad.

Dalam "Kuntap Sukt" dari Atharwa Weda, Rishi yang Dijanjikan disebut dalam mantra sebagai 'M' yang besar dan agung. ("Esh rishye mamahe" bagi 'M' rishi yang agung ini". Atharwa Weda, 20:127:1, yang menunjukkan dan membuktikan bahwa M dari 'Om'. Dia disebut seorang Rishi, berarti di sini bahwa dia adalah seorang nabi atau utusan dari Tuhan Yang Maha-tinggi. Kuntap Sukta menyatakan: "Dia akan menjadi seorang yang mengendarai unta," ("Ushtra yasya pravahi"); kendaraannya yang adalah unta membuktikan karenanya bahwa beliau bukan seorang Resi India tetapi seorang pengendara unta dari gurun pasir Arabia; karena di India seorang Rishi, (sesuai dengan Hukum Manu) dilarang mengendarai seekor unta (Manu 5:8.18; 14:201).

Mistik 'Om' dalam agama Buddha.

Dalam semua sekte agama Buddha juga ada suatu kata singkatan mistik yang tertulis seperti dalam agama Hindu, dibikin bulat dan berputar pada suatu roda untuk sembahyang. Kaum Hindu, Kristen, Yahudi dan Muslim, semua mengulang-ulang nama Tuhan dengan tasbih, percaya bahwa hal itu menyingkirkan kesukaran serta mendatangkan berkah kebajikan. Kaum Buddhis memotong proses panjang ini dengan memindahkannya pada roda sembahyang yang membuat seribu putaran dalam satu dorongan, yakni bisa kita katakan, dalam jangka pendek, menghitung ulang seribu biji dari tasbih.Silabus mistik kaum Buddhis yakni Om manipadme hum, dengan sarana mana, mereka percaya, seseorang akan memperoleh segenap rahmat dan kesejahteraan dari dunia ini, atau tujuh perbendaharaan dari permata yang sangat berharga. Rangkaian pada huruf-huruf itu di kalangan kaum Buddhis dianggapnya berarti berlian dan permata, serta harta-kekayaan berupa emas dan perak, dengan mengabaikan fakta bahwa sudah diketahui oleh setiap orang bahwa seluruh perbendaharaan dunia ini akan pergi dan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan harta­kekayaan berupa budi pekerti yang luhur dan kenyamanan spiritual. Jika mereka itu punya nilai, betapa pun, dibandingkan dengan kedamaian spiritual serta mental dan kenyamanan di mata Mahatma Buddha, lantas mengapa beliau menyingkirinya dan lari ke hutan, pada saat perbendaharaan ini telah ada nyata di istana ayahandanya? Tetapi kebenaran masalahnya adalah bahwa tujuh permata ini adalah yang disebut Sapt ratnani dalam Weda, yakni tujuh mutiara ruhani suatu penyebutan yang akan kita rinci nanti. Betapa pun, rumus keyakinan kaum Buddhis adalah "Om mani padme hum" yang berarti, "Semua mengelu­elukan, engkau permata dan bunga teratai yang diberkahi". Dalam penghormatan kita kepada bentuk percakapan kiasan dan perumpamaan, segala sesuatu itu mempunyai cara untuk diekspresikan. Seperti halnya dalam bisnis dan perdagangan, ilmu pengobatan, perhubungan dan olahraga, mereka semua mempunyai istilah teknis dan frasa masing-masing, dengan cara yang sama, bunga, juga mempunyai frasanya sendiri.

Pujian kepada Muhammad dalam bahasa bunga.

Bunga-bungaan, kami katakan, mempunyai cara ekspresi mereka sendiri. Misalnya, bila temanmu memberikan sekuntum mawar yang ada daunnya tanpa duri, ini berarti bahwa pertemananmu diterima. dan engkau dijamin tak perlu khawatir atas hal ini. Dan bila bunga itu tanpa daun maupun duri, ini berarti berdiam diri, tidak jelas ya ataukah tidak. Tetapi bila sekuntum di antara dua putik yang belum mekar disajikan, ini menunjukkan bahwa cinta itu ada, tetapi, setidaknya pada saat ini, tetap tersembunyi dan tertutup. Memebri tanda ciuman pada bunga menunjukkan cintamu diterima, sedangkan dengan mematahkan dan membuang daunnya berarti ditolak. Bahasa dan leksikon dari bunga itu sungguh macam-macam. Di dalamnya, bila dedaunannya bicara tentang kemanisan dan kehangatan cinta, maka durinya menggumamkan bahasa perpisahan dan menyakitkan. Dalam keindahannya, setiap jenis bunga, daun, putik dan kuntumnya mempunyai satu bahasa masing-masing.

Sekarang kita sampai pada arti pentingnya rumus keimanan kaum Buddhis, sebagaimana difahami penulis sekarang dengan mengacu pada leksikon bunga serta bahasa permata. Bunga teratai berarti mensucikan hati, serta memisahkan diri dari dosa. Baik putihnya maupun teratai yang di air menunjukkan penolakannya pada fikiran jahat dan keragu-raguan. Tetapi berlian menunjukkan moral yang tinggi dan permata berharga adalah ketinggian spiritual, yang bersinar semuanya dengan cemerlang di kegelapan kesusahan dan penderitaan.

Arti 'Om' telah kami ceriterakan dalam halaman yang lalu. Setelah itu, bunga teratai menunjukkan kesucian hati dimana kejahatan dan fikiran yang sia-sia tak akan pernah bisa timbul; dan dalam teratai itu ada berlian, yang katanya berjumlah tujuh. Ini adalah tujuh bagian dari Quran Suci atau singkatnya tujuh ayat dari Surat al-Fatihah(Surat Pembukaan), dan ini adalah juga tujuh Sifat Mulia, yang disebut 'Sapt-maryadah' dalam Weda, yakni tujuh perbendaharaan yang mahal dan tujuh jalan emas kehidupan (Rig Weda 10:5.6; 5:1.5; 6:74.2). Dalam Weda dan Kitab Suci Buddha hal ini tidak dikaitkan dan dibicarakan secara rinci. Tetapi Tuhan Yang Mah-tinggi berfirman kepada Nabi-Nya:

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau tujuh (ayat) yang selalu diulang, dan Quran yang agung" (Quran Suci 15:87).

Ini, tak ragu lagi, adalah tujuh berlian dan permata yang dianugerahkan kepada hati suci Nabi oleh Tuhan Yang Maha­tinggi. Ini tidak ditaruh di roda sembahyang, melainkan dijadikan amal perbuatan dan praktek sehingga manusia dapat mencapai rahmat ruhani ini, begitu pula barang-barang yang baik di duinia ini, dan dikarunia persatuan dengan Tuhannya, yakni, dia mendapatkan "Brahma Loka" (Kedudukan spiritual nabi Ibrahim). Dalam silabus mistik kaum Buddhis "'Om' mani padme hum", Nabi Suci, yang huruf pertama dari namanya adalah M, disebut "rahmat" dengan alasan bahwa hatinya itu bersih dan suci, seperti bunga teratai, tidak hanya dari segala macam kerguan dan kekafiran serta fikiran jahat, melainkan juga karena ada tujuh permata spiritual di dalamnya. Setiap orang yang membaca dan melantunkan tujuh ayat dari Surat al-Fatihah, dan beramal sesuai dengan itu, akan menjadi pemilik dari permata yang tak ternilai itu.



9. Sungguh aneh bahwa dengan mengulang-ulang 'O' 'M' sesungguhnya kaum Hindu mengumumkan bahwa "Inilah Muhammad" namun mereka tidak menyadarinya.

10. Suatu sabda nabi Muhammad yang terkenal: Kulluhum banu Adam wa adamu min turabin (Semua mereka adalah keturunan Adam sedangkan Adam itu dari tanah). (H.R. Tirmidhi dan Abu Dawud, Mishkat: Bab 223, al-Quran xlix:13).

11. Sacred Books of the East (Introduction to Upanishads Translation).

12. Rig Weda: pri ghransam omna vam avyo gat. (Setiap hari dengan kedua Om yang membantumu dengan persediaan makanan. 7:69.4.(Nirukat, 6.4). Omasah charshni vishve devas aa gat.( Seluruh dewa-dewimu yang memberikan Oms (perlindungan) Nirukt, 12:40. Yang serupa itu rujukan lainnya adalah: Omanam, 1:34.6; 1:118.7, 6:50.7, 1:3.7, Omvatim, 1:112.20; Omyavantam, 1:112.7.



MUHAMMAD DALAM KATA SINGKATAN MISTIK DARI KITAB SUCI YAHUDI DAN KRISTIANI. (1/2)

Lambang huruf 'M' dalam agama Yahudi dan Kristen.

Ada ratusan dan mungkin ribuan perbedaan antara agama Hindu, Buddha, Yahudi dan Kristen; dan mereka boleh jadi berdiri dengan poros terpisah satu sama lain, tetapi 'M' yang agung, dimana semuanya berkumpul bersama dan sepakat, adalah 'M' dari Muhammad. Dalam kenyataannya, ada tiga 'Ms' dalam Muhammad. Dalam bahasa Arab, tanda perubahan pada 'M' yang kedua, sesungguhnya adalah pengganti dari kedua 'Ms', dan karenanya diungkapkan dalam bahasa Inggris sebagai dobel M. Seperti halnya 'Om' mempunyai kepentingan dan keutamaan yang besar di antara umat Hindu dan Buddhis, dengan cara yang sama, kaum Yahudi dan Kristiani mempunyai silabus mistik mereka, yakni Maranatha, Alpha dan Omega serta Emet. Nubuatan yang diucapkan oleh seluruh nabi di dunia ini menegenai kedatangan Nabi Suci Muhammad adalah sedemikian mencolok dan jelas sehingga menolak dan tidak senang atas hal itu sama juga dengan mengingkari cahaya matahari di siang bolong. Pengharapan atas seorang yang dijanjikan dalam semua agama rupa-rupanya semakin kuat setelah Isa Almasih, sebab saat kedatangan seorang Suci telah semakin dekat. Isa telah meninggalkan para muridnya dalam keadaan yatim. Sang pengantin harus menghadapi salib pada hari perkawinannya; sehingga pesta kawin itu menjadi berantakan dan harus lari ke persembunyian dengan terburu-buru. Tak seorangpun yang memberikan mereka kenyamanan dan penghiburan. Namun kumpulan angin kebencian tak dapat menghapuskan kedip sinar kebenaran. Iman dan Pengharapan timbul di antara mereka, yang cocok dengan ramalan Isa tentang kedatangan Ruh Kebenaran yang lain. Kami akan mewacanakan hal ini dengan terinci ketika berbicara mengenai Nubuatan tentang Paraclete, yang dicatat dalam Alkitab Santo Yohannes. Sekarang, kita hanya akan memecahkan dan mengungkapkan suatu kata singkatan (silabus) mistik setelah Isa Almasih.

Bila dua umat Kristen bertemu satu sama lain, maka mereka, sebagai ganti mengucapkan salaam, maka satu sama lain mengatakan salam 'Maranatha'. Dan penyebutan silabus ini tidak saja dalam bersalam satu sama lain, melainkan juga dalam komuni Suci. Di saat mereka mencicipi anggur dan memecah roti, mereka serukan 'Maranatha' dengan suara keras. Bila mereka berkumpul untuk beribadah di malam gelap pada suatu tempat untuk memperoleh pembebasan dari rasa duka dan penderitaan, malam itu, sebagai pertanda atas pembacaan secara berkesinambungan 'Maranatha', maka mereka menyebutnya 'Malam Maranatha'. Silabus ini dipercaya oleh mereka sebagai kata singkatan yang membawa rahmat besar. Ini menciptakan dalam diri mereka suatu perasaan hangat dari semangat dan gairah hidup, dan di dalamnya mereka memegang cahaya harapan dan sukses. Berangsur-angsur, jika ada sesuatu hal pokok untuk tujuan kehidupannya, yang menjadi harapan terakhir serta terpenuhinya ramalan, maka itu adalah 'Maranatha'. Pagi dan sore mereka biasa mengumandangkan silabus ini di antara mereka. Juga, bila seorang Kristen menemukan dirinya kurang pas dan terabaikan, dia bersiap dengan seruan 'Maranatha', dan kekurang­perhatian dan kurang aktifannya seketika berubah kedalam ayunan semangat serta penuh harapan. Dalam rumah, di jalanan, dalam gereja, di kegelapan malam, dalam pertemuan harian upacara dan ibadah keagamaan, di manapun, udara berdengung dengan seruan dan getaran 'Maranatha'. Bila seorang Kristen menulis kepada saudara Kristennya, dia menutup suratnya dengan 'Maranatha', sebagai ganti upacara salam kita yakni 'Assalamu'alaikum'.

Apakah itu 'Maranatha'?

Dalam Mss, dari Westcott, Tischendorf dan Hortianus, itu merupakan kata tunggal, tetapi dalam manuskrip yang lain itu merupakan dua kata yang ditulis terpisah yakni 'Maran-ath'. Para pakar peneliti dari abad kini lebih cenderung pada pandangan bahwa ini adalah dua kata yang berbeda, tetapi para ahli berbeda pendapat mengenai titik dimana dua kata itu mestinya dipisahkan. Kebanyakan dari mereka menerima pendapat Bickell bahwa itu adalah 'Marana-tha' meskipun Schindt mengaku kata itu adalah 'Maran-atha'. Encyclopaedia Biblica(1) dan Hastings Dictionary of the Bible(2) telah membuat suatu wacana terinci atas perkara itu, tetapi segala sesuatunya cuma dugaan dan pra-anggapan serta tak ada ilmu yang benar diberikan. Perjanjian Baru mempunyai dua Surat yang ditujukan oleh Paulus kepada Korintus. Dalam Surat pertama ditulis (1:Korintus: 16:22):

"Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!"

Maranatha telah ditafsirkan dengan arti 'Tuhan kita datang'. Tetapi buat kaum Yahudi itu adalah suatu silabus dengan hujatan yang paling buruk, kutukan dan dampratan; dan tidak ada kata hujatan yang lebih keras yang dipunyai mereka dibanding kata singkatan ini. Karena itu, para komentator menghadapi kesulitan besar dalam menafsirkan baris-baris Surat Paulus di atas. Namun, suatu jawaban bisa diraba untuk keluar dari dilema ini. Dinyatakan bahwa Paulus ingin mengatakan bahwa orang yang tidak mencintai Isa Almasih akan memperoleh pukulan dengan siksa yang paling keras, dan didoakan semoga Tuhan segera datang guna menghindarkan pembalasannya atasnya.

Betapa pun, fakta permasalahannya adalah bahwa kaum Kristiani oada abad-abad permulaan telah ditindas dengan kejam dan merupakan masyarakat yang kebingungan. Yesus meninggalkan mereka dalam lubang, perlakuan buruk yang menyakitkan, serta penguasaan dari musuh-musuhnya melebihi yang bisa dipikul dengan darah dan air mata. Keimanan dan daya tahan mereka, dalam kondisi tertekan seperti ini, telah digetarkan dan diguncangkan supaya runtuh, namun kata-kata 'Maranatha' telah memberi mereka kekuatan hati dan pengharapan. Nubuatan ini adalah, sebagaimana adanya, suatu penafsiran atas datangnya "Penghibur yang lain", yang dibicarakan dalam Alkitab menurut Santo Yohannes. Hati mereka memetik keberanian dari pengharapan bahwa Tuhan akan datang untuk menghukum dan mencambuk para penentang serta penganiayanya. Kata-kata St.Yohannes (16:8-11) bahwa Penghibur itu, ketika dia datang, akan membalas terhadap dosa orang-orang kafir dan akan menjalankan keadilan sebagai bukti dan pembenaran atas pengharapan ini. Dan karena sebab inilah mengapa di antara kaum Kristen pada abad itu, ada getaran dan kegairahan semacam itu dalam 'Maranatha', yakni 'Tuhan kami datanglah'. Tetapi karena yang datang adalah nasib malang, maka lebih lama ada penundaan atas datangnya Tuhan, semakin kecewalah umat Kristiani yang menjadi kurang sabar. Hati mereka tertekan, kegairahan mereka mendingin dan membeku; dan slogan itu, setelah beberapa waktu, seolah kurang berguna dan tidak penting bagi mereka, dan pelan-pelan itu meninggalkan arena dan hilang. Pengantin ini yang menantikan kedatangan pasangannya dengan obor di tangannya, ketika sebagian besar malam telah lewat, terlanjur jatuh menjadi korban perpecahan dan masa-bodoh. Tetapi janji 'Maranatha', hendaknya difahami dengan jelas, telah terpenuhi dan digenapi. Tuhan telah datang, dan dia telah membalas serta membuktikan kesalahan musush-musuh Isa Almasih, dan duduk di pengadilan terhadap para penentang Kebenaran.

Nubuatan ini tidak saja diucapkan oleh Yesus Kristus, melainkan telah dinyatakan, sejak dunia di gelar, kepada segenap bangsa di dunia melalui mulut dari nabinya masing-masing. Henokh, yang oleh kaum Muslim disebut Idris, adalah seorang nabi besar generasi ke tujuh setelah Adam. Dengan mengacu kepada Kitab pengumumannya, ramalan ini telah dinyatakan kembali dalam Surat Yudas (Perjanjian Baru) sebagai berikut:

"Juga tentang mereka Henokh, keturunan ke tujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan sepuluh ribu orang kudusnya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadapnya". (Surat Yudas 14-16).

Nabi Henokh, atau Idris, mengumumkan dengan jelas bahwa Tuhan yang akan datang, akan datang dengan sepuluh ribu orang-orang kudusnya, dan adalah suatu peristiwa yang tak terbantah dalam sejarah, bahwa pada peristiwa futuh Mekkah, Nabi Suci ditemani oleh sepuluh ribu sahabatnya yang kudus. Selanjutnya, fakta akan kemenangan Mekkah ini membuktikan dengan nyata bahwa para penyembah berhala, terlepas dari usaha mati-matian mereka, telah ditaklukkan dan dimakzulkan, serta peradilan sepenuhnya dilangsungkan kepada para musuhnya itu atas kekafirannya.

Setelah Idris, nubuatan ini diulangi dan dinyatakan lagi oleh Musa dengan kata-kata berikut ini:

"Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu kepada orang Israel sebelum ia mati. Berkatalah ia: "Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dengan sepuluh ribu orang yang kudus" (Ulangan 33:1-2).

Untuk suatu wacana yang lebih lengkap dari masalah ini, acuan bisa dilakukan atas nubuatan dari Musa ini. Kenyataan bahwa Musa menyebutkan ramalan ini segera setelah beliau mau wafat, menunjukkan dan memperlihatkan penting dan keunggulannya yang besar. Setelah Musa, nubuatan ini diulang lagi dalam Maleakhi (3:1), akhir dari seluruh kitab Nabi-nabi Bani Israil, dari Perjanjian Lama, yang mengulangi lagi datangnya Utusan yang adalah Utusan dari Perjanjian dengan Ibrahim, mengenai berkhitan, yakni, bahwa dia adalah Utusan yang berkhitan. Yesus, sebelum keberangkatannya dari tanah itu juga mengungkapkan berita gembira akan kedatangannya (Yohannes 16:7-16). Nubuatan dari Henokh, atau Idris, juga diulang lagi dalam satu kitab terakhir dari Perjanjian Baru, yakni Surat Yudas (14-15), dan dalam bagian penutup dari Wahyu kepada Yohanes, janji yang sama atas kedatangan Tuhan juga disebut dan diulang lagi (Wahyu kepada Yohanes, 1:7, 22:12). Sekarang benar-benar jelaslah bahwa Nabi Suci Muhammad adalah Alpha dan Omega, karena kisah itu bermula dari nubuatan oleh Henokh, atau Idris, dan dengan pengulangan serta pernyataan kembali dalam Alkitab setelah mendekati akhir, dengan perkataan, yakinlah bahwa Aku segera datang, yakni untuk menyatakan, bahwa itu telah diwahyukan kepada Santo Yohanes bahwa Tuhan akan segera tiba.

Arti penting yang sesungguhnya dari 'Maranatha'.

Sekarang kita ingin mengatakan sesuatu mengenai pengertian para pakar Yahudi dan Kristen tentang 'Maranatha'. Bahwa ini merupakan kata gabungan yang berasal dari, ada yang mengatakan dua patah, yang lain menyatakan tiga patah kata, bagaimanapun telah diterima oleh segala kalangan. Tetapi mereka tetap berbeda dan tidak mufakat atas komponen yang menjadi bagiannya. Ditulis dalam leksikon bahasa-bahasa kuno (3), bahwa komponen bagiannya adalah 'Maran-a-tha', dan terjemahan yang diberikan adalah:

"Tuhan kita datang yakni untuk mengadili".

Penafsiran ini selanjutnya disokong dan dibenarkan oleh Peshitta version of the Bible.

Leksikon yang lain menyatakan:

"Ini agaknya muncul untuk ditambahkan 'sebagai suatu kata pelindung yang berat' untuk menekankan bagi para murid pentingnya kebenaran bahwa Tuhan itu sudah dekat; maka mereka harus bersiap menyambutnya".(4)

'Maranatha' ditafsirkan dengan tiga jalan yang berbeda:

Tuhan telah datang.

Tuhan kita sedang datang (Philo., 4.5.)

Tuhan kita datang (Maranatha) (5).

Bagaimanapun, para pakar sepakat bahwa 'Maranatha' itu tidak berasal dari Aramaic, Ibrani, ataupun Yunani, melainkan ini adalah suatu istilah Syria, dan tertulis dalam naskah Syria.

Seluruh pencarian atas arti penting 'Maranatha' ini bisa disimpulkan dan diringkas seperti di bawah ini.Dalam awal abad Kekristenan istilah ini merupakan kata yang sudah umum. Di kota dan di jalanan, di rumah dan di gereja, dalam pertemuan di malam hari, perkumpulan di siang hari, di mana saja, ada pekikan 'Maranatha' yang mengisi udara dengan suara, dan dipercaya bahwa Tuhan akan segera datang untuk menjatuhkan pembalasannya atas musuh-musuh Yesus dan kaum Kristen, serta melakukan pengadilan atas para penindas dan yang tertindas, dan bahwa dia tidak akan tanpadaya, taanpa teman, serta lemah seperti sebelumnya, melainkan akan dikaruniai kekuatan dari langit, dan datang dengan pasukan malaikat yang menerapkan hukuman yang setimpal bagi musuh-musuhnya.

Tetapi sebaliknya kaum Yahudi mengira, bahwa 'Maranatha' adalah suatu istilah kutukan. Bangsa Mesir, Iran, Babylonian, semua telah menzalimi dan memperlakukan buruk atas bani Israil, yang adalah umat pilihan Tuhan, dengan penindasan yang paling keras; karena itu kedatangan Tuhan bukanlah hari penuh berkah dan kasih sayang; Tuhan kita, kata mereka, adalah Tuhan yang suka melaknat dan murka, dan kedatangannya akan menjatuhkan pembalasannya terhadap musuh-musuh yahudi. Tetapi setelah beberapa lama pekik harapan dan kemenangan ini tersapu habis dari kalangan mereka, sehingga orang-orang mulai tertekan dan kecewa menyangkut kedatangan Tuhannya ini. Bagaimanapun, sebagai fakta, Tuhan telah datang, dan muncul pada saat yang telah ditentukan. Tetapi para perawan (yakni para pakar) yang menunggu pengantin ini jatuh dalam kekurang-perhatian dan kelambanan, mengantuk dan jatuh tertidur nyenyak, dan karenanya tidak dapat masuk ke rumah bersama sang pengantin.

Dalam hubungan ini, satu argumen yang menentukan dari kebenaran pengakuan Nabi Suci ialah bahwa, sebagaimana kaum Hindu dan Rishi Weda memiliki dalam 'Mamaha' nubuatan tentang M yang agung, dan dalam penarikan nafas panjang mereka mengulang-ulangi 'OM', maka kontemplasi terhadap M yang sama, dianjurkan (hal mana telah didiskusikan panjang lebar dalam halaman yang telah lalu), dengan cara yang sama, jika ada, dengan kaum Yahudi dan Kristen; Sulaiman mencintai Muhammad (6), dan di samping itu, pekik 'Maranatha' di antara kaum Kristiani. Tetapi rahasia tentang ini tidak bisa diungkap baik oleh pakar Yahudi maupun Kristiani. Karena itu, tinggallah bagi seorang pengikut yang berbakti dalam cahaya Muhammad untuk menyingkap dan membuka penutupnya.

Struktur yang sejati dan benar dari 'Maranatha' adalah Ma-ara-natha yang berarti 'Yang Agung, yang dijanjikan 'M' akan segera datang'. Karena itu, adalah tanpa guna dan sia-sia sekarang ini untuk menyerukan slogan itu. Bergeraklah di sekeliling dan tunjukkan keimananmu kepada Muhammad, Dia yang Dijanjikan, dari semua agama di dunia ini, dan lihatlah betapa dia mengutuk dan menghinakan yang menyerang Isa Almasih, dan juga menghukum serta membalas para penindas kaum Yahudi dengan hukuman yang setimpal, dan, dengan memasukkan orang-orang lain ke dalam iman Islam, telah membuat mereka mendatangkan kedamaian serta rahmat bagi para nabi Bani Israil. Berkelilinglah di jalan-jalan di Mesir dan Iran, Syria dan Babylonia, serta pasanglah telingamu ke dinding masjid dan dengarkanlah:

"Ya Allah, jadikanlah Muhammad serta para pengikut Muhammad penuh sukses, sebagaimana telah kaujadikan Ibrahim dan para pengikut Ibrahim penuh sukses".

Siapakah orang-orang ini yang bersama-sama Nabi Suci Muhammad s.a.w. memohonkan rahmat bagi Ibrahim serta anak-anaknya, Ishak dan Ya'kub, Musa dan Isa, tidak hanya sekali setahun, atau sekali pada saat bulan purnama di suatu hari khusus, melainkan lima kali sehari terus-menerus? Mereka bermohon semoga Tuhan Yang Maha-tinggi mengaruniai kedamaian dan rahmat kepada segenap nabi suci dari seluruh dunia. Inilah umat yang tadinya merupakan musuh yang keras bagi umat Yahudi dan agamanya, tetapi yang menunjukkan keimanan kepadanya yang namanya dimulai dengan M yang agung. Dan tiada orang lain kecuali Muhammad, dimana dia juga ada dalam tiga M dari Brahma, Ibrahim serta Gautama Buddha, yang dijanjikan oleh para nabi dan rishi. Berkahilah dia yang mencintai dan 'M' Besar yang telah diramalkan oleh mereka, serta yang memperoleh keselamatan dan pembebasan!


1. Cheney, Encyclopaedia Biblica, "Maranatha".

2. Hastings: Dictionary of the Bible, art. "Maranatha".

3. Boxterf: Lexicon of Chaldian, Co.1248.

4. Alfred's Greek Testament adloe. Cyclopaedia Biblical Literature, vo.v, h.730-731,1894, New York.

5. George bautri: The Interpreter's Bible, New York.

6. Lihat nubuat Sulaiman di bawah judul 'Solomon Muhammadin' Song of Solomon, 5:16.


MUHAMMAD DALAM KATA SINGKATAN MISTIK DARI KITAB SUCI YAHUDI DAN KRISTIANI. (2/2)

Alpha dan Omega dalam agama Kristen.

Seperti halnya 'Om' yang dipegang dengan penghormatan yang sangat tinggi oleh kaum Hindu dan Buddhis, dan 'Maranatha' yang seringkali memperoleh posisi yang sama di kalangan Kristiani. Dengan jalan yang sama, Alpha dan Omega adalah rahasia kaum Kristiani yang lain, dimana perbedaannya hanyalah bahwa bila menurut Upanishad, 'Om' itu berasal dari tiga huruh, a-o-m, dan dada terbuka dalam mengucapkan a, beserta suara yang dikeluarkan, lalu o diucapkan dengan angin penuh dari bagian tengah mulutnya yang dibiarkan terbuka, namun bibir ditutup ketika mengucapkan M, dan percakapan pun berakhir. Dalam hal Alpha dan Omega, Alpha adalah huruf pertama dari alfabet Yunani, dimana naskah itu mulai, dan Omega adalah huruf yang terakhir, yang menaruh segel dan menyelesaikannya. Karena itu, dua huruf ini adalah yang pertama dan terakhir, dan permulaan serta pengakhiran suatu karya disebut Alpha dan Omega-nya. Dalam teknik Yahudi yang awal dan yang akhir adalah asma Tuhan, tetapi umat Kristiani, berdasarkan Wahyu Yohanes (22:13), menyebut Yesus Alpha dan Omega. Tetapi dalam Kitab yang sama (1:8, 21:6), dinyatakan di sana sebagai asma Tuhan Yang Maha-tinggi. Selanjutnya, dalam seluruh Injil yang empat itu tidak disebutkan mengenai Alpha dan Omega ini, yang berarti bahwa, sepanjang Yesus tinggal di bumi ini, dia tidak pernah menyatakan dirinya sebagai Alpha dan Omega atau yang awal dan yang akhir; dan bagaimana dia bisa berkata demikian , ketika lidah yang dipakainya berbicara, bukan bahasa Yunani. Wahyu Yohanes ditulis seratus tahun setelah Yesus; yakni, bisa kita katakan, Yesus, sepanjang hidupnya, telah lupa menyisipkan hal sepenting itu, dan ketika dia ingat seratus tahun kemudian, dia mengkomunikasikannya kepada dunia melalui Wahyu Yohanes. Namun kebenaran dari perkara itu terdapat di mana-mana. Pakar peneliti, yang telah mempelajari Perjanjian Baru dari Alkitab dengan pandangan yang kritis, telah terpaksa mengakui bahwa kitab Wahyu ini tidak ditulis oleh Yohanes yang adalah seorang murid Yesus; karena dia telah dibunuh orang-orang Yahudi pada tahun tujuhpuluh dari kalender Kristiani; dan Wahyu ini hanyalah reproduksi dari suatu Kitab suci Yahudi, sebagaimana diumumkan oleh Catholic Cyclopedia:

"Satu kitab yang sekarang nyaris dikenal secara universal oleh pakar Perjanjian Baru dari aliran yang kritis menganggap itu berasal aslinya dari karya Yahudi. Suatu penyelidikan yang hati-hati dari baris (yang berisi Alpha dan Omega), betapapun, menjadikan itu sangat mungkin bahwa keseluruhannya ditulis aslinya dalam bahasa Ibrani dengan merujuk kepada ayat dalam Daniel: Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran (Daniel 10:21).

Dalam terjemahan dari Ibrani ke Yunani, ayat 5 kehilangan hubungan seluruhnya dengan ayat 6. Dalam Ibrani di sana ada, sebagai ganti Alpha dan Omega, adalah huruf aslinya yakni, alim, mim, tau, dimana alif adalah yang awal, tau yang akhir, dan mim atau mu adalah huruf tengah dari alfabet Ibrani; dengan demikian maka silabus alif, mim, tau, dengan jalan itu, adalah yang menguasai dan mengatasi seluruh alfabet Ibrani, sebagaimana kita katakan dalam bahasa Urdu bahwa hal semacam dan semacam itu benar dan tepat dari alif sampai ya, atau dari a sampai z dalam bahasa Inggris. Orang Yahudi memanggilnya 'Emet'. Tetapi dari titik pandang lain, 'Emet' bukanlah istilah tanpa makna, ini berarti Kebenaran; dan atas alasan inilah bahwa kaum Yahudi memandang dan mempertimbangkannya sebagai suatu kata singkatan(silabus) pembawa rahmat dan permohonan anugerah. Untuk menyamakan kehadiran Tuhan dari keabadian seluruhnya ke seluruh keabadian seperti huruf pertama dan terakhir dari alfabet adalah sungguh suatu ide yang baik dan adil, yang juga dihargai dan dirasakan oleh kaum Kristiani. Tetapi mereka tidak dapat mengusung silabus ini dengan segala ketepatan serta kecocokannya dari tabernakel Yahudi ke Gereja Kristen, maka kebaikan dan keindahan yang ada dalam bentuk Ibraninya, hilang bersamaan dengan proses transisi dari Ibrani ke Yunani; dan mereka tidak dapat memelihara benang merah antara Alpha dan Omega dengan 'Emet', serta rahasia suci dari 'Emet' yang adalah yang awal serta yang akhir serta kebenaran yang tersembunyi dalam dirinya, telah di potong habis oleh penerjemah Kristen dengan mencoret yang di tengah Alpha dan Omega. Tetapi kaum Yahudi juga tidak terlepas atau bebas dari tanggung-jawab kesalahan. Mengumpamakan Tuhan Yang Maha-tinggi dengan yang awal dan akhir dari alfabet mendorong kepada pencari kebenaran bahwa Tuhan itu mempunyai awal dan akhir. Para pentafsir Kristen juga menghadapi perkara yang rumit dan kompleks ini dengan menyebut Yesus itu Alpha dan Omega; karena, jika Yesus itu Tuhan, maka itu tidak konsisten dengan keabadiannya kalau menyebut dia yang awal dan yang akhir; karena, dalam kasusnya ini terdapat baik yang awal dan yang akhir. Telah ditulis dalam Quran Suci:

"Sesungguhnya persamaan 'Isa itu, menurut Allah, seperti persamaan Adam. Ia menciptakan dia dari tanah, lalu Ia berfirman: Jadi, maka jadilah ia" (3:58).

Ada perkara kelahirannya, dan hal lain yakni hadir, dan kemudian beliau wafat, juga ada. Bila dia diciptakan dari debu, bahkan melalui rahim Maryam yang suci, maka kematian itu tak bisa dihindarkan olehnya: karena dia dilahirkan, maka harus merasakan kematian.

Alpha dan Omega dalam bahasa Yunani.

Sebelum mengungkap rahasia huruf Ibrani alif, mim, tau, (Emet) agaknya perlu diceriterakan kisah Alpha dan Omega. Alpha dan Omega adalah huruf awal dan akhir dari alfabet Yunani. Sesungguhnya, Omega adalah dobel 'o' atau suara panjang 'o' dalam bahasa Inggris. Kedua huruf ini memiliki arti yang penting dalam abad-abad awal Kekristenan, sama pentingnya seperti 'OM' dalam agama Hindu; dan ini dipercaya mengandung rahasia tersembunyi yang besar. Dalam penggalian arkeologis sejumlah besar benda-benda telah diketemukan dimana kata singkatan(silabus) ini telah ditulis -misalnya, di batu nisan, relik kuno, benda-benda untuk dekorasi, batu-bata dinding, vas kembang, mangkuk serta pecah-belah lainnya, cincin serta benda-benda lain dari emas dan perak. Alpha dan Omega juga telah diukir pada koin dari pelbagai negeri dengan bermacam bahasa. Tetapi, setelah beberapa waktu, praktik penulisan Alpha dan Omega sebagai benda kenangan ini pelan-pelan redup dan menjadi tidak digunakan lagi, dan tempatnya digantikan oleh tanda salib. Tetapi mengapa itu bisa terjadi bahwa pentingnya Alpha dan Omega itu sekarang tak terlihat dimana-mana kecuali dalam tiga baris biasa dalam Wahyu Yohanes? Bagaimana kegairahan ini mewujud, dan kemudian bagaimana itu mati? Jawaban atas pertanyaan ini tidak didapati dalam versi bahasa Inggris Kitab Wahyu, melainkan dalam judul bahasa Yunani Apocalypse.

Apocalypse adalah semacam kitab khusus yang ditulis dengan tujuan spesial dalam pandangannya, yakni, ketika suatu negara itu ditimpa ketidak-berdayaan dan penindasan, buku semacam itu ditulis dengan maksud menyuntikkan keberanian dan semangat kepada mereka, menyatakan bahwa hari-hari penuh kejahatan akan segera berlalu, dan hari kedatangan Tuhan sudah dekat di mata, pada saat mana para musuh akan mendapatkan hukuman yang setimpal, dan kaum beriman akan menguasai. Seluruh kisah ini, telah dinyatakan oleh Quran Suci dalam satu ayat yang penuh semangat:

"Tatkala allah berfirman: Wahai 'Isa, Aku akan mematikan engkau dan meninggikan engkau di hadapan-Ku dan membersihkan engkau dari orang-orang kafir dan membuat orang-orang yang mengikuti engkau di atas orang-orang kafir sampai hari Kiamat"(3:54).

Kitab semacam itu, yakni Apocalypse, dan janji yang memeberi harapan serta semangat kepada hati yang kecewa. Tidak jelas benar apakah adat-kebiasaan Alpha dan Omega yang muncul pada awal Kekristenan ini, yang mengilhami umat dengan keyakinan bahwa Tuhan sendiri akan segera datang; dan harapan ini dijaga tetap segar dalam ingatan mereka, dan untuk menggembirakan hati mereka yang sedih mereka bahkan mengukir Alpha dan Omega di cincin mereka serta benda-benda lainnya.

Menyingkap tabir 'Emet' dalam agama Yahudi serta 'Alpha dan Omega' dalam agama Kristen.

Dalam tulisan Yahudi dikatakan bahwa 'Emet' itu disebut 'Segel Tuhan', atau menurut Nabi Daniel, 'Kitab­suci Kebenaran' (Daniel 10:21). Dalam hubungan ini kami reproduksikan suatu tradisi kaum Yahudi, yang menyatakan bahwa beberapa orang tulus dari Kanisah telah berdoa sungguh-sungguh agar Tuhan Yang Maha-tinggi untuk melarang Setan, karena dialah akar penyebab dari segala dosa dan penderitaan, dikarungi dan dikirim keluar dari dunia. Menjawab hal ini, diturunkanlah dari langit suatu kitab berselubung dimana tertulis di situ 'Kebenaran'. Sesudahnya, seekor singa-api keluar dari kanisah dan melarikan diri. Inilah penyembahan berhala serta politeisme, yang meninggalkan bumi ini (Yoma 69). Charles Hermann menulis dalam hubungan ini bahwa sangat jelas dari rukyah ini bahwa 'Segel Tuhan' itu sesungguhnya adalah 'Segel dari Kebenaran dan Ketulusan'(7). 'Kitab Suci Kebenaran' ini adalah Quran Suci, dalam beberapa ayat ini disebut 'Kebenaran'. Misalnya, "Dan katakanlah: Kebenaran telah datang dan kepalsuan lenyap.

Sesungguhnya kepalsuan itu pasti lenyap".(Q.S.17:81).

Dan hal ini datang tepat ketika Nabi Suci setelah penaklukan Mekkah, masuk ke dalam Kakbah, beliau memukul setiap berhala dengan tongkatnya, sambil membaca ayat ini:"Dan katakanlah: Kebenaran telah datang dan kepalsuan lenyap.

Sesungguhnya kepalsuan itu pasti akan lenyap. Berhala-berhala itu pecah bekeping dan Setan, meninggalkan tempat duduknya, angkat kaki dari sana. Al-Quran adalah 'Kitab Suci Kebenaran' yang dianugerahkan ke dunia, dan dengan itu maka janji Ilahi yang diberikan kepada Nabi Daniel (Daniel 10:21) juga telah digenapi, dan berhala-berhala itu kabur melarikan diri. Peristiwa ini tidak ada bandingannya dalam sejarah dunia bahwa berhala-berhala itu bisa dihancurkan selamanya dan sepenuhnya dari suatu tempat seperti Kakbah di Mekkah, tidak, bahkan di seluruh jazirah Arab, dari mana mereka lenyap sampai masa mendatang. Seperti halnya umat Kristen yang menunggu kedatangan Tuhan, begitu pula umat Yahudi menunggu datangnya kembali Musa (Bilangan 18:15-18). Dan kaum Yahudi, juga, telah untuk masa yang lama, menjadi umat yang teraniaya dan tertindas. Setelah Sulaiman, mereka menjadi tawanan yang diperlakukan dengan kejam oleh bangsa-bangsa lain; dan karena itu, penghiburan mereka juga terletak dalam pengharapan bahwa suatu hari kedatangan Tuhan itu akan segera tiba, pada saat mana mereka aakan diberi kekuasaan serta memerintah di tanah itu, dan akan bisa membalaskan dendamnya terhadap musuh-musuhnya. Kaum Kristiani mencangkok ide Alpha dan Omega dari kaum Yahudi, dan Wahyu Yohanes dalam Perjanjian Baru hanyalah nama lain dari kitab Yahudi. Silabus Ibrani 'Emet' atau tiga huruf Alif, mim, tau, sesungguhnya adalah suatu rahasia, di mana menurut alif, pertolongan diberikan pada awal­mulanya melalui Musa, dan mereka dibebaskan dari perbudakan serta pelayanannya pada Fir'aun, dan akhirnya disebutkan akan datangnya yang seperti Musa atau Tuhan bersama sepuluh ribu orang kudus dari Bukit Paran, serta pembebasan dari kaum Yahudi. Akhir alfabet Ibrani yakni tau menunjukkan bahwa kaum Yahudi akan memperoleh keunggulan dan kemenangan dalam ajngka panjang. Karena itulah maka tau dipandang dan dihormati sebagai suatu kata singkatan yang suci oleh kaum Yahudi, dan mim yang terselip ditengahnya dianggap tidak penting dan berlebihan.

Masuknya secara eksplisit 'M' dalam Kitab-kitab Suci Keagamaan.

Telah dibicarakan dengan agak panjang pada halaman yang telah lalu yakni bahwa Kitab-kitab Suci Hindu yang paling otentik telah menyebut Mamaha Rishi, dan menekankan bahwa rahasia keselamatan terletak dalam 'M' sdari 'OM'. Rahasia ini telah dibukakan sekarang untuk pertama kalinya dalam sejarah agama dunia. Tak seorang pakar atau ahli pun yang telah merenungkan dan berfikir mengapa suara ma dinamakan mim; kenapa im dilekatkan ke ma dan ma dinamai mim. Mim adalah suatu huruf dalam bahasa Semit, dan im menurut tata-bahasa Ibrani adalah tanda jamak; yakni untuk mengatakan, bahwa huruf mim itu dalam dirinya merupakan kumulasi dari tiga ma, dan hanya Muhammad saja dari semua pribadi suci di dunia ini yang mempunyai tiga ma yang berakumulasi dalam dirinya. Tetapi dalam bahasa-bahasa Timur, Jamak itu ada dua macam, satu menunjukkan bilangan, dan yang lain, kehormatan serta keagungan, yang disebut dalam bahasa Inggris, jamak dari kewibawaan, sehingga ketika itu penyebutan itu dilakukan untuk orang besar, maka bukannya tunggal, melainkan jumlah jamak-lah yang diterapkan baginya. Suatu penggunaan semacam itu yakni bilangan jamak lazim dalam bahasa Urdu, Persi, Arab serta bahasa lain di Timur. Seorang Raja, meskipun seorang diri, lazim menyebut dirinya Kami, telah umum dikenal sebagai Raja 'Kami'. Menghapus dan menyisihkan mim dari A.M.T. atau 'Emet' adalah mengabaikan mim yang agung, yang jelas merupakan blunder besar. Dalam arti penting A.M.T. dan bukannya A.T. serta M yang dikira mim yang menyelip di antara alif dan tau sesungguhnya adalah mim yang kuat-perkasa, sehingga, tanpa itu, silabus rahasia itu tidak bisa menghasilkan arti 'Kebenaran'. Umat Kristiani bertindak salah dengan menyadur 'Emet' menjadi sekedar Alpha dan Omega; dan kesalahan yang sama juga dilakukan oleh kaum Yahudi yang menyingkirkan dan menghapus mim yang vital dan hanya menampilkan alif dan tau saja. Kebenaran yang sejati, dengan jalan ini, telah ditampilkan dan tampak dengan jelas. Betapa menariknya Tuhan Yang Maha-tinggi telah menyatakan dalam Quran Suci, yang ditujukan kepada kaum Yahudi:

"Dan berimanlah kepada apa yang Aku wahyukan (kepada Muhammad), yang membenarkan apa yang ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya dan janganlah kamu mengambil harga yang rendah sebagai pengganti ayat-ayat-Ku; dan bertaqwalah kepada-Ku, kepada-Ku saja. Dan janganlah membaurkan kebenaran dengan kepalsuan, dan jangan pula menyembunyikan kebenaran, padahal kamu tahu" (Quran Suci: 2:41-42).

Memotong dan menghilangkan 'Emet' menjadi 'Et' atau 'At' itu seperti melempar debu dan menutup-nutupi kebenaran. Perbedaan di antara keduanya yakni bahwa 'Emet' berarti kebenaran dan ketulusan, sedangkan 'Et' atau 'At' tidak menunjukkan kebenaran.

Konfirmasi terakhir

Mim atau ma dari 'Emet' adalah begitu agung dan besar sehingga Seorang yang di balik nama itu dan mewakilinya telah mengumpulkan dan menggabungkan semua agama di dunia, dimana semua agama juga telah menaruh cap konfirmasi mereka atas kebenarannya. Mim yang perkasa dan agung ini telah mengumpulkan bersama-sama dua sistim agama besar, yakni agama Arya dan Semit.

Diajarkan dalam Upanishad bahwa percapakan itu dimulai dengan a, dilanjutkan dengan o, dan tiba untuk ditutup dengan mim atau M.

Dinyatakan dalam Alkitab bahwa alif berarti dan menunjukkan yang awal, dan tau, yang akhir atau penutup. Tetapi dengan meletakkan mim di antara keduanya, telah dijelaskan bahwa ma adalah, sesungguhnya, titik yang terakhir, mim dari kebenaran dan ketulusan.

Dalam Atharwa Weda dan Rig Weda, yang adalah Kitab-kitab Suci agama Hindu, Rishi Yang Dijanjikan itu disebut Mamah (Atharwa, Kand 20, Kuntap Sukt 127:3; Reigveda, mandal 5, Sukt 27. Mantra 1) yang berarti 'Ma' yang agung.

Dalam kedua rujukan yang dikutip di atas disebutkan adanya sepuluh ribu sahabat dari 'Ma' yang Agung.

Dalam Alkitab Ibrani, juga, beliau disebut sebagai Ma yang Agung, dan disebutkan seorang Ma yang Dijanjikan yakni, yang namanya dimulai dengan ma, juga didapati dalam 'Emet'.

Nubuatan yang terkenal dari Nabi Henokh (Idris), yang adalah yang pertama dari para nabi Semit dan hanya tujuh generasi setelah Adam, menyebut kedatangan Seorang yang Dijanjikan beserta sepuluh ribu orang kudus.

Fakta kedatangannya bersama sepuluh ribu orang suci selanjutnya diperkuat dan dibenarkan oleh ayat 14 dari Surat Yudas, yang merupakan argumen otoritatif untuk meyakinkan umat Kristiani.

Dalam Sanskrit Dictionary, Maonier Williams telah menyatakan, berdasarkan Kitab-kitab Suci Hindu yang berwenang, bahwa Ma berarti orang besar itu, yang namanya dimulai dengan huruf Ma.

Pengukiran Alpha dan Omega, serta 'Emet' pada cincin dalam kenyataannya mewakili hiasan dan disain dalam hati umat beragama pada waktu itu guna menghormati Dia Yang Dijanjikan.

'Emet' telah disebut sebagai 'Segel Tuhan' yang dalam realitasnya sinonim dengan Khatam al-nabiyyin yakni, Segel dari para Nabi; karena Tuhan telah mengaruniai pada setiap nabi, sejak awal dunia ini, suatu segel untuk pengakuan atas Nabi Suci Muhammad; begitu pula beliau adalah suatu segel untuk konfirmasi terhadap semua nabi di dunia ini, dengan cara yang sama semua nabi menyaksikan dan mengakui kebenaran dari Muhammad; dan pengakuannya ini sesuai dengan Wahyu Ilahi, dan karenanya, beliau adalah 'Segel dari Tuhan'. Dan inilah sebabnya Upanishad berkata bahwa Wahyu Ulahi akan ditutup dengan Ma.

Setelah dikusi yang rinci atas susunan dan pengaturan huruf 'Emet', dan setelah menunjukkan bahwa arti istilah ini adalah kebenaran dan ketulusan, telah dibuktikan sebagai kesimpulan bahwa, bila ma itu dihapus darinya, maka kata yang tersisa yakni Et atau At tidak pernah akan bisa berarti kebenaran dan ketulusan; dan begitu pula, seperti para ahli Kristen, telah memotong 'Emet' ketika menghapusnya menjadi Alpha dan Omega; mereka telah menyingkirkan dari tangannya Ma dari ketulusan, dengan cara yang sama, kaum Yahudi setelah hanya mengambil Et atau At saja dari bentuk 'Emet', telah mencabut darinya semangat kebenaran dan ketulusan.

12. Dan ini adalah Ruh Kebenaran, yang kedatangannya telah diramalkan oleh Yesus, sebagaimana telah dicatat dalam Alkitab menurut Yohanes (Yoh.14:17). Bangsa-bangsa Eropa yang beradab yang mengaku mempunyai prinsip moral yang tinggi, namun para ahli agamanya telah menterjemahkannya sebagai Ruhul Kudus atau Holy Ghost sebagai ganti Ruh Kebenaran, dengan mengabaikan fakta bahwa 'Logos' adalah istilah Yunani untuk Holy Ghost, sedangkan di sini kata yang digunakan adalah 'Pneuma' yang berarti Ruh Kebenaran.

Teks yang telah dikutip dari Kitab Daniel menyangkut 'Emet', menunjukkan dalam istilah yang jelas Kitab mana yang dimaksud oleh teks suci berikut ini: "Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran"(Dan.10:21).
Dan apakah yang dicatat dalam Kitab Kebenaran? "Apa yang akan menimpa kaummu di belakang hari". Yakni untuk mengatakan, bahwa dalam Kitab Kebenaran itu diputuskan nasib atau neraka yang akan dan menimpa Bani Israil di kemudian hari. Kitab Kebenaran itu yakni Quran Suci yang mengatakan bahwa menyangkut kaum Yahudi maka sampai mereka menunjukkan keimanannya kepada Nabi Suci Muhammad, mereka akan tetap demikian dan menderita akibat penolakannya atas 'Emet' yakni kebenaran dan ketulusan; karena, Nabi Suci Muhammad itu seperti Musa, dan Musa telah menyatakan kedatangan nabi yang mirip seperti dia. Jadi bukanlah suatu kejutan bahwa kaum Hindu serta yogi, dengan memanjangkan o dari OM mengatakan, sebagaimana hal itu adalah, bahwa ma (yakni orang yang namanya dimulai dengan ma), akan segera muncul, dan, dengan menutup pembacaan mereka dengan ma pada OM, menekankan bahwa ma itu sesungguhnya adalah ma dari keselamatan serta pembebasan? 'Emet' serta 'Alpha dan Omega' telah diukir dan ditulis pada cincin serta relik; dan ada seruan 'Maranatha' yakni Ma Yang Dijanjikan akan segera tiba, baik di rumah maupun di jalanan, dalam pertemuan dan perkumpulan, serta di mana-mana. Tetapi, saat dia datang, maka semua teriakan mereka itu meredup, dan gairah serta kehangatan mereka masuk ke lemari es dan membeku.

Sekarang kita mengajukan suatu argumen mahkota dan yang menentukan mengenai nubuatan atas 'Emet'. Om, 'Emet', 'Maranatha', 'Alpha dan Omega', 'Pneuma' yang dikatakan merupakan silabus mistik dari agama Hindu, Yahudi, Kristen dan Buddha, masing-masing dari mereka kehadirannya dimulai dengan huruf Ma. Buddhisme adalah sistim agama besar yang lain di dunia. Kita pada saat membuka rahasia dari rumusnya yang mendasar yakni Om mani padme hum, telah menunjukkan melalui bahasa bunga tulip dan teratai, bahwa ini juga, mengandung ramalan atas kedatangan dari Dia Yang Dijanjikan. Tetapi nada terakhir di sana tetap tinggal tak diselidiki dan ditelaah. Dan adalah nubuatan yang terkenal dari Mahatma Buddha tentang kedatangan Dia Yang Dijanjikan, yang secara terpisah telah kita hubungkan dan diskusikan secara rinci meliputi sekitar seratus halaman, dan secara singkat dari hal itu ialah bahwa lelaki yang diramalkan oleh Buddha itu adalah 'Meiteya' yang ditulis dalam bahasa Sanskerta dan di buku lain sebagai 'Metreya'. Tetapi ini adalah istilah dalam dialek Pali yang murni; dan kami tetap memakai istilah Meteya dari sumber aslinya. Marilah kita balikkan itu untuk melihat apakah ini bukan berasal dari 'Emet' dalam bahasa Ibrani, yang berarti kebenaran dan ketulusan. Perlunya suatu tindakan semacam itu terasa berdasar alasan bahwa Ibrani adalah suatu bahasa Semit, yang ditulis dari kanan ke kiri, sedangkan Pali adalah dialek Arya, yang ditulis dari kiri ke kanan. Selanjutnya, dalam membuka teka-teki dan rahasia suatu istilah harus diperiksa juga bentuknya yang dipindahkan juga supaya bisa memperoleh artinya yang tersembunyi. Karena itu 'Emet' menurut kaum Yahudi adalah hanya perubahan bentuk yang dipindahkan (meteya).

Buddha yang paling kita hormati dalam nubuatnya menamakan Buddha yang akan datang sebagai 'Metreya'. Ini adalah suatu nama yang penuh kandungannya yang menunjukkan tiga Ma. Mereka yang terbiasa dengan terminologi Kitab-kitab Suci Hindu tahu bahwa ada seorang peramal Weda bernama 'Atrey' yang berarti 'bukan tiga' (Nirukt 3:17), karena itu Metreya berarti tiga M atau tiga Ma. Dalam seluruh Kerajaan Tuhan di bumi ini hanya ada satu dan satu-satunya seorang nabi yang bernama tiga Ma dan itu adalah MUHAMMAD s.a.w.

Dalam agama kuno yang kita ketahui dengan nama Phrygian, mereka menghormati Ma yang sama dan percaya bahwa perwujudan dari segenap enersi reproduktif dari alam dan semangat yang besar dari tanah yang belum digali dan lembah yang kurang produktif yakni Arabia (8).

Istilah 'Et', dalam teknik Yahudi, digunakan untuk menunjukkan semua atau seluruhnya. Seperi halnya kalau kita katakan dalam bahasa Urdu: Perkara ini sudah tepat dan benar dari alif sampai ya, maka bangsa Yahudi akan mengatakan, dari alif sampai tau, maka dengan cara yang sama, kaum Yahudi mengatakan: Adam melakukan dosa dari alif sampai tau (yakni, Dia bersalah melakukan segala dosa); Ibrahim mentaati Tuhan dari alif sampai tau; Tuhan mengutuk Bani Israil, atas pelanggaran mereka, dari wa hingga ma, tetapi rahmat-Nya yang Diberikan kepada mereka dari alif hingga tau; yakni sedikit kutukan dan sepenuh rahmat (Leviticus 26:14-43). Jadi arti dari 'Emet' akan menjadi, dari awal dunia hingga akhirnya. Muhammad adalah nabi semacam itu yang merupakan gabungan dari rahmat kebajikan serta kualitas budi-pekerti yang luhur dari semua nabi, sejak awal hingga akhir, yang dibenarkan dan diakui oleh semua nabi di dunia ini, dan yang dia sendiri merupakan yang mengakui kenabian mereka semuanya. Dan inilah seluruh perkara tentang 'Emet', yakni kebenaran.

Setelah 'Emet' dari agama Yahudi kita sekarang kembali ke agama Hindu dan meminta, agar jika Ma atau OM itu bisa ditafsirkan berarti Muhammad, maka janganlah mereka itu jatuh ke dalam serangan penuh kemarahan; karena, bila Krishna, sebagai manusia, dapat menyajikan pengakuannya dalam Gita bahwa dia adalah OM, dan dia adalah Sama Weda; dan bila Buddha dan Awalokiteswara juga bisa disebut OM, maka kiranya Muhammad, Nabi Yang Dijanjikan, yang namanya dimulai dengan huruf Ma, lebih pantas dan berharga untuk mendapatkan titel tersebut.



7. Charles Hermann Ph.D., LLD: Catholic Cyclopaedia, New York dibawah judul Alpha dan Omega.

8. William Durant: The Story of Civilization, hal.88 (New York 1942).


MISTERI 'SWASTIKA' DIUNGKAP

(1/4)



Hindu, Buddha, Kristen dan Yahudi, mempunyai dalam agamanya masing-masing, beberapa tanda atau lambang yang bersifat mistis yang mewakili sejarah dan etika dari agama-agam tersebut, seperti halnya bangsa dan pemerintahan di dunia ini mempunyai lambang dan tandanya masing-masing, yang mencerminkan sejarahnya serta berfungsi sebagai petunjuk bagi generasi mendatang. Lambang ini bukannya tanpa kehormatan atau arti, tetapi maknanya telah dikenal tidak hanya bagi beberapa orang yang terdidik, manfaat dari dirancangnya lambang itu telah hilang bagi kebanyakan manusia. Karena itulah maka esei ini di tulis.


Betapa sedikit diketahui arti kata Sanskrit ‘OM’ dengan gambar bulan sabit dan bintang di atasnya dan tiga ‘Ma’ di bawahnya; dan ‘OM’ dalam kitab suci Buddha, bunga teratai, terletak terbuka dengan satu permata di setiap ke tujuh ujung kelopak bunganya. Tanda-tanda ini jelas menunjuk kepada masa depan, kedatangan dari ‘Seorang Yang Mendatang’ dimana lambang agamanya adalah bulan sabit dan bintang, cahaya yang semakin bersinar, membimbing orang tulus ke jalan yang benar, dan dengan rembulan pengikutnya akan membuat kalender. Mempunyai suatu nama yang unik dan tak tertandingi di kerajaan langit, yakni, tiga ‘Ma’ dalam namanya, dia akan berjiwa suci dan salih seperti setangkai kembang teratai yang mengapung di atas air yang jernih dan tenang. Kredonya adalah tujuh permata, berdasarkan atas tujuh sifat mulia yang utama, menyajikan suatu aturan hidup yang lengkap dan langkah pasti menuju Tuhan. Apakah ‘Seorang Yang Mendatang’ ini sama dengan sumber harapan dan keinginan dari kaum Kristen awal? Ma-ranatha, (‘Ma’ yang dijanjikan segera datang) adalah kata kiasan dan ilham pada hari-hari penuh penganiayaan itu.


Sebelum mengungkap makna dan arti penting dari Swastika, saya hendak menyatakan bahwa para ahli agama hingga saat ini hanya sedikit sekali menaruh perhatian kepada hal yang paling penting ini, yakni bahwa lambang mistis dari zaman kuno, meskipun berbeda dalam bentuk, bahasa, agama, dan tujuan; ‘Om’ dari agama Hindu, Alpha dan Omega dari Yunani, ‘Maranatha’ dari Kristen, ‘Emet’ dari Yahudi, dan ‘metreya’ dari Buddhis – yang merupakan bentuk kebalikan dari kata Yahudi ‘Emet’.


Dalam ‘Emet’ juga terdapat tabir yang hangat; yakni, dalam kitab suci Ibrani nama Dia Yang akan Datang (Nabi Islam) adalah Muhammad M. Emet mengandung tiga huruf; alpha, ma dan tau menunjukkan yang pertama, tengah dan akhir dari alfabet Ibrani. Menurut pengaturan ini, ada tiga ma dalam ‘Emet’, karena masing-masing dari dua silabus itu tergantung pada ma yang membentuk inti dari ma ketiga. Lalu, apa arti Mahammadim (tiga M) bagi kaum Yahudi? Kami merujuk lagi kepada Kidung Agung Sulaiman, nabi besar Bani Israil:


“Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku, hai putera-puteri Yerusalem” (Kidung Agung 5:16; yakni para ulama Yahudi dan Kristen).


Dalam kitan suci Buddha Dia Yang akan Datang itu bernama Metreya tetapi artinya sama saja; treya berarti tiga, maka kata itu sendiri, secara harfiah diterjemahkan, berarti ‘dia yang namanya mengandung tiga M’. Perdebatan di antara para ulama, merujuk kepada kedudukan dari M ini dalam nama nabi ini, hanya berbeda bunyi akibat bahasa dari mana lambang ini berasal. Bahasa itu memiliki bentuk strukturnya masing-masing dan sarana untuk mengucapkannya dan, selanjutnya tanda-tanda ini diwahyukan pada manusia yang kapasitas spiritual dan mentalnya berbeda-beda tingkatannya. Jadi, adalah suatu akibat yang wajar bila terdapat variasi dalam pembentukan dan pengucapan dari tanda-tanda ini. Misalnya, silabus im dalam bahasa Ibrani adalah dia yang mendapatkan penghormatan dan kehormatan bila diikuti dengan nama tertentu misalnya, Elohim, Mahamadim. Posisi M di sini menunjukkan tiga tingkat yang besar dalam kehidupan nabi yang dijanjikan ini. Kita rujuk lagi kepada kata-kata Nabi Sulaiman: ‘Mulutnya paling manis; ya, segala sesuatu padanya sangat menarik’. Dalam bahasa kiasan ini berarti bahwa Alpha-nya (permulaannya) begitu manis, dan Omega-nya (akhirnya) juga yang paling manis dan kehidupan di antara keduanya sangat menarik hati. Im dari Mahamadim juga meramalkan sukses serta kejayaan yang tak ada tandingannya yang akan menjadi mahkota penggenapan dakwahnya ini. Dalam menunjang argumen kita, maka kitab suci Yahudi memberi kita gambaran yang lebih rinci dari Nabi kita serta begitu kedekatannya dengan pemberian namanya yang sejati. Karena itu, diterangi dengan akal sehat, fakta sejarah yang konsisten, satu-datunya kunci atas misteri yang terkunci di dalamnya adalah tanda yang menjadi acuan umum bagi semuanya – yakni bahwa Nabi Yang Dijanjikan itu memiliki tiga M dalam namanya dan beliau adalah yang paling berhasil dalam dakwahnya.


Lalu siapakah, kecuali Nabi Suci Muhammad dapat dikatakan bisa menggenapi dan membuat jelas arti dari tanda-tanda ini? Adalah suatu perkara nyata bahwa namanya mengandung tiga M dan beliau adalah yang paling berhasil dalam mencapai semua tujuannya. Para musuhnya tidak bisa menghalangi dakwahnya, melemahkan keyakinannya atau menghilangkan nyawanya; tidak, bahkan musuhnya yang paling keras pun berubah menjadi pengikutnya yang setia. Kredonya berkembang sepenuhnya, Kitabnya diwahyukan dan dicatat, bahkan sejak beliau sendiri masih hidup. Tak ada sukses yang lebih besar daripada yang dianugerahkan kepada Nabiullah s.a.w.


Tetapi mungkin kita bertanya, mengapa Sulaiman yang memuji dan meramalkan kedatangan Muhammad dan bukannya Yesus Kristus yang adalah saudaranya sebapak? Alasannya jelas. Kitab suci Yahudi melemparkan fitnah kepada Nabi Sulaiman, menudingnya penuh kemesuman dan menyembah berhala. Yesus jelas berdiam diri atas tuduhan ini, tetapi Muhammad bersabda, dengan rahmat Ilahi:


“Dan mereka mengikuti apa yang dibuat-buat oleh setan terhadap kerajaan Sulaiman, dan Sulaiman tak kafir, tetapi setanlah yang kafir” (Quran Suci 2:102).


Para ulama berpendapat bahwa Sulaiman mempunyai banyak isteri, baik Bani Israil maupun bukan, yang kemungkinan besar ada benarnya, tetapi dia tidak membuat altar untuk mereka maupun menyembah berhala isteri-isterinya yang non-Israil yang disukainya melebihi Yahweh (1). Muhammad sendirilah yang membersihkan Sulaiman serta para Nabi lain-lainnya, dari rekayasa setan ini, maka karenanya penting bahwa Sulaiman itu harus meramalkan kedatangan Nabi Muhammad.



‘Swastika’ – Emblem dari Matahari Yang Besar.



Sekarang setelah saya menyingkap rahasia yang mendalam dan sulit dari empat agama besar dunia, dan pada saat yang sama menyajikan pembuka telaah mendalam atas ilmu perlambang; sekarang saya hendak mengungkapkan rahasia mistis dari Swastika, Emblem dari Matahari yang Besar. Saya bertaruh, dengan rahmat Allah, bahwa ini adalah penafsiran yang tepat. Swastika, yang barangkali digunakan secara geografis jauh lebih luas dan lebih universal dibanding lambang lain yang berkembang dari zaman kuno. Dan di dapati baik di dunia lama maupun baru. Meskipun penggunaannya dan maksud artinya berbeda, namun secara konsisten itu menjadi lambang kemakmuran, perlindungan dan kedermawanan bagi banyak kaum, baik yang kuno maupun kontemporer, yang kehidupannya diberkahi. Swastila ini digunakan di Inggris oleh bangsa Gaul dan Celt, pada koin, altar serta benda-benda sakral lainnya; di India, pada buku-buku di toko dan pada pot-pot hitam di ladang serta dangau penjaga kebun sebagai perlindungan terhadap tanaman; di Cina dan Jepang, pada tapak-tilas Buddha serta orang-orang suci lainnya (versi Swastika dalam Buddha ini tangan-tangannya bengkok ke kiri); di Athena, di dada dewa Apollo; serta penghormatan yang sama di Yunani, Kepulauan, Cyprus, Rhodes, Irlandia, Amerika Utara, Selatan dan Tengah.


Dari kejayaan begitu banyak kerajaan kuno ini, melalui takhayul serta kebrutalan abad kegelapan di Eropa, Swastika bertahan hingga abad pencerahan dan pengetahuan, lalu bangkit sebagai simbol dari filsafat dan doktrin yang carut-marut dari Adolf Hitler. Swastika yang tetap dan tahan uji, dilucuti dari kewibawaannya yang abadi, menjadi sinonim dengan superioritas bangsa Arya, kemenangan Arya, serta anti-semit dan anti segala sesuatu selain Arya. Dengan penghinaan yang berlebihan, dia nampak di tank, pesawat tempur, meriam, uniform, stempel dan bendera dari mesin perang Jerman, menjadi saksi kekerasan terhadap kemanusiaan oleh manusia. Terpujilah Tuhan bahwa Naziisme dengan ancamannya yang luar-biasa kepada umat manusia telah bisa dimusnahkan, namun marilah kita membersihkan Swastika dari segala fitnah berupa segala dosa yang dilekatkan oleh banyaknya kejahatan yang berkembang pada waktu bangkitnya pembantaian oleh Hitler, dan marilah kita sajikan kepada umat manusia ilmu dan hikmah yang terkunci dalam keempat tangannya.



Swastika di Mesir Kuno.



Kita telusuri Swastika ke orang-orang Afrika kuno yang mendirikan peradaban Mesir dan yang menggunakan Swastika sebagai lambang serta membangun Piramida Besar sebagai monumen agama mereka, dan sebagai suatu simbol nubuatan dari seorang guru agung yang akan membawakan agama sempurna. Betapa pun, sejarah memberi kita sedikit sekali pengetahuan tentang asal-usul Swastika dan itupun, tidak konsisten serta kabur. Tetapi saya percaya ada suatu kunci untuk setiap misteri, yang dengan rahmat Ilahi serta kerja tekun akan bisa diketemukan; dihubungkan dengan sejarah agama, Egyptology, Great Pyramid dari Ghizeh serta tradisi yang berhubungan dengan Swastika, maka pembimbing dan yang berwenang haruslah Quran Suci, yang merupakan wahyu terakhir serta satu-satunya yang masih murni dari Yang Maha-mengetahui Segala Yang Ghaib, ‘Buku Sempurna’ yang dirujuk oleh semua agama sebelumnya. Banyak rahasia dunia ini diwahyukan melalui al-Quran 1400 tahun yang lalu, dan telah diterima oleh sebagian besar cendekiawan serta ilmiawan hanya dalam abad yang lalu atau sekitar itu. Marilah kita tidak membuang waktu yang sangat berharga dengan membaca pinggir-pinggirnya, pintu telah terbuka kini, kita boleh langsung masuk ke dalam rumah itu sendiri.


Saya kaaitkan bahwa Swastika itu adalah kontraksi dari lima cita ideal dari Mesir Kuno – satu Pencipta dengan empat sifat utama – padanan atasnya banyak kita jumpai di tempat-tempat lain di dunia. Di sini kita menghubungi otoritas kita, al-Quran:


“Dan mereka berkata: Janganlah kamu meninggalkan tuhan-tuhan kamu, dan jangan (pula meninggalkan) Wad, dan Suwa, dan Yaghuts, dan Ya’uq, dan Nasr” (HQ.71:23).

“Dan sungguh mereka telah menyesatkan banyak orang. Dan tiada Engkau menambah kaum lalim kecuali kerusakan”(HQ.71:24).

“Karena kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke Neraka, maka mereka tak menemukan penolong bagi mereka selain Allah”(HQ.71:25).


Di sini kita dapati nama lima berhala yang ‘disembah pula oleh orang Arab’ pada zaman Nabi Nuh: Wadd tuhan lelaki, Su’wa tuhan perempuan, Yaghuts tuhan-singa, Ya’uq tuhan-kuda dan Nasr tuhan-rajawali.. Ahli Mesir Kuno, dalam menggali tulisan hiroglip dari Piramida Besar, dan menterjemahkan tradisi kaum Mesir Kuno, menemukan lima indikasi kuat bahwa lima tuhan yang sama ini, atau sekutunya, telah disembah juga di Mesir – Horus beserta empat anak lelakinya, yakni, Amsta dewa-lelaki, Hapi dewa-singa, Taumutf dewa ox atau sapi, Kablsenuf dewa-rajawali. Sekarang marilah kita bangun persamaan universal dari dewa-dewi ini (cita-ideal yang asli):




Arab
Mesir
Yahudi
Chaldean

Wadd – lelaki
Horus
Adam – lelaki
Ustur – lelaki

Suwa – perempuan
Amsta – lelaki



Yaghuts – singa
Hapi – singa
Aryih – singa
Nirjul – singa

Ya’uq – kuda
Taumutf – sapi
Shor – sapi
Sed-Alap – banteng

Nasr – rajawali

Kablsenuf – elang

Neher-rajawali (Ezek.1:10)

Nattij – rajawali.





Cina
Meksiko
Afrika Barat

Tai-Tsong – dewa timur
Acattal
Ibara

Sigan-fo – dewa barat
Tecpate
Edi

How-Kwang – dewa selatan
Colli
Oyekum

Chenusi – dewa utara

Tochtti

Oz-be



Kemiripan yang umum, dari simbol ini, didukung oleh munculnya Swastika yang berkaitan dengan mereka, dengan pasti menegakkan asal-usul yang murni dan sama, yakni agama ilahi monoteistik yang diwahyukan. Mengenai paganisme, ini agaknya menjadi nasib alamiah dari agama sebelum Islam, yang dekrit Ilahinya tidak awet sepanjang masa. Seperti dalam agama Kristen, Buddha, Hindu, Yahudi dan sebagainya, para pemeluknya merubah nabi-nabinya (lelaki dalam bentuk berhala) sambil meninggalkan Tuhan yang diajarkan oleh nabi tersebut. Meskipun ada perubahan ini tetapi kebenaran aslinya tidak hilang, berkurang atau hancur, mereka tersaji sebagai tantangan dan petunjuk pasif bagi manusia yang ingin mencari kebenaran sejati.

Albert Churchward, ahli sejarah dan batu purba terkemuka menulis:

“Kita menganggap bahwa Piramida Besar dari Gizeh itu diabngun di Mesir sebagai sebuah monumen dan memorial abadi bagi agama awal ini, dengan hukum ilmiah yang benar, dengan ilham ilahi dan ilmu tentang hukum-hukum alam semesta. Sungguh kita bisa melihat Piramida Besar ini sebagai kuil sejati dari batu yang pertama di dunia, mengungguli yang lain yang telah dibangun, dengan rahasianya yang digambarkan di batu itu, secara simbolis, untuk dibaca oleh mereka yang mendalami rahasia misteri dari agama mereka” (2).

Sebelum kita mulai memecahkan rahasia Swastika, marilah pertama-tama kita mengakrabkan diri kita dengan ilmu menarik tentang perlambang (simbolisme) dengan menelusuri dua lambang umum ke sumber mereka, dan mencatat betapa mereka itu (simbul pada umumnya) bisa dalam rentang waktu berbalik dari baik ke buruk atau sebaliknya. Misalnya, sekarang ini cincin kawin melambangkan persatuan dari seseorang, pengabdian serta kehendak antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang berikrar dalam ikatan perkawinan; bulan madu itu melambangkan kegembiraan, kemandirian mereka serta ‘meninggalkan semuanya yang lain-lain’. Namun, bila kita telusuri, kita dapati bahwa cincin itu melambangkan ikatan atau rantai yang diperuntukkan seorang budak. “Sekarang engkau dalam ikatanku, kehendak bebasmu berakhir hari ini” – bulan madu kita telusuri sebagai perkosaan terhadap seorang perawan muda dari orang tuanya oleh seorang muda yang keras hati, melarikannya ke tempat yang jauh dan sunyi untuk menikmatinya.

Jadi kita bisa melihat betapa banyak lambang telah mengalami perubahan di tangan masyarakat dan budaya yang berbeda, meninggalkan hanya bayangan dari maknanya yang asli.



1. T.K. Cheyne: Encyclopaedia Biblica, Col. 4689.
2. Signs and Symbols of Primordial Man; hal.9

MISTERI 'SWASTIKA' DIUNGKAP

(2/4)

Swastika mewakili Piramida Besar dari Ghizeh.

Swastika telah berumur 7000 tahun, digunakan oleh demikian banyak bangsa, sesungguhnya telah diabdikan kepada macam-macam, tetapi, dengan mengambil maknanya, yakni makna yang konsisten serta paling orisinil, kita bisa membangun suatu dasar bagi penterjemahannya. Sejauh ini kita telah menyusun arti bahwa Swastika itu merupakan kontraksi dari lima citra-ideal yang disembah dalam bentuk berhala baik oleh bangsa Arab maupun Mesir, yang dalam kasus ini yang terdekat dengan agama aslinya. Ahli-ahli Mesir Kuno menyatakan kepada kita bahwa Horus, Maha-dewa, berdiri di puncak piramida didukung oleh empat puteranya yang berdiri di masing-masing pojok-penjuru.

Gambar berikut ini akan memfasilitasi perbincangan kita:

Horus dan empat puteranya melambangkan Sifat Utama Ilahi

Quran Suci menyeru manusia agar beriman kepada para nabi yang telah di kirim ke segala bangsa dan kaum, dengan petunjuk dari Tuhan Yang Maha-kuasa; bahwa berhala, seperti yang kita lihat sebagai contoh adalah Horus dengan ke empat anak laki-lakinya, adalah produk dari kesalahan pemikiran manusia, seperti juga ketidak-sucian kitab-kitab suci adalah hasil interpolasi manusia. Maka kita temukan bangsa Mesir dan Arab menyembah – seperti juga banyak bangsa lain – menyembah nabi dan citra-ideal dari agama mereka dan bukannya Tuhan Yang-esa Yang memiliki semua citra-ideal kesempurnaan, Yang membangkitkan para nabi dari antara manusia. Tetapi kita tahu bahwa nabi itu bukan dewa ataupun berhala, mereka tiada lain adalah cermin yang terbabar di hadapan manusia akan adanya dan aspek Ketuhanan.

Horus -sepertinya dia adalah seorang nabi atau guru dari Mesir Kuno – selanjutnya jelas tidak benar dalam simbolnya, karena kita tahu bahwa Tuhan itu bukan laki-laki, dan tidak punya putera atau puteri, tetapi, bila kita melucuti lambang ini dari semua mitologinya, maka kita tiba pada cita-ideal yang melatar­belakanginya atau atribut (asma/sifat)nya; Horus kemudian menjadi Tuhan Yang Maha-esa dari semesta, anak-anak lelakinya adalah empat atributnya yang utama; yakni, Yang Maha-kuasa, Yang Maha-pengasih, Yang Maha-bijaksana, Yang Maha-adil.

Sifat-sifat Allah

Surat pertama dari Quran Suci, al-Fatihah, dikenal sebagai Ummul Kitab, Induknya Kitab, Pembukaan Kitab; ini adalah inti-sari kebenaran, inti keimanan bagi jutaan Muslim dan semuanya adalah, atau bahwa, Islam terbangun dalam tujuh ayat di dalamnya yang selalu hidup (karena dulang-ulangi dalam salat –Pent.). Surat ini dimulai:

“Dengan nama Allah, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih.

Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam,

Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih.

Yang memiliki Hari Pembalasan”. (Q.S.1:1-3).

Empat asma utama terdapat dalam tiga ayat ini dan mereka adalah dasar dari aspek-Nya, sifat ilahi-Nya yang lain memancar dari sini. Asma Ilahi ini tetap konstan, seperti yang kita lihat, perbedaannya hanyalah bahwa agama yang belakangan sewajarnya lebih mencakup dalam pengertian dan penerapannya. Di sini lagi-lagi Islam itu unggul dibanding agama lainnya, karena al-Quran tidak membiarkan kita melewatkan sifat-Nya tetapi dengan tegas menyatakan dan menerangkan asma-asma Ilahi, yang secara tanpa disangka berfungsi memperkaya kosa-kata dari agama lainnya.

Dia adalah Rabbul a’lameen, Tuhan sarwa sekalian alam (Yang Maha-kuasa); Dia adalah Rahman, Yang Maha-pemurah (Yang Maha-penyayang); Dia adalah Rahim, Yang Maha-pengasih (Yang Bijak dalam Kasih-sayang). Dia adalah Maliki yaumiddiin, menunjukkan keadilan-Nya yang sempurna.

Lambang Sapi, Banteng dan Horus

Sekarang kita telah menegakkan pendapat bahwa lambang ini, yang digunakan oleh bangsa purba, berfungsi sebagai cermin dari sifat Tuhan tertentu; dengan ungkapan yang lebih langsung, lambang itu diadakan untuk menunjukkan akibat perbuatan manusia yang didukung oleh sifat tersebut. Misalnya, banteng adalah simbol dari kemakmuran karena tenaga reproduksinya dan manfaat besar yang mengikutinya kepada manusia. Akhir dari semuanya, sapi atau lembu adalah basis peradaban awal, dan sapi kelihatannya menjadi lambang kebudayaan. Lembu itu memberi susu, menarik bajak, dan mengairi ladang. Bila kita pertimbangkan keadaan orang-orang dahulu, kita dapat siap melihat pentingnya binatang ini. Sungguh pastilah pentingnya hewan ini, karena, bila manusia tanpa melalui pertolongannya membuka ladang, menanam dan menetap, maka abad batu akan masih tetap berlangsung.

Ada dua surat dalam al-Quran yang mencurahkan cahaya yang melimpah terhadap masalah ini, satu adalah surat kedua, “Sapi”, yang lainnya “Keluarga Imran”, surat ke tiga. Kedua surat ini dimulai dengan huruf ‘alif’,’lam’,’miim’. ‘Alif’ dalam tulisan kuno hieroglip bangsa Mesir dan Phunisia adalah sapi, yang digunakan mengolah tanah dalam persiapan menanam biji-bijian, ‘lam’ adalah batang atau tongkat yang digunakan untuk memerintah dan mengendalikan sapi, (bentuknya berkebalikan dalam bahasa Arab dan Inggris), ‘miim’ adalah air yang diperlukan biji agar bisa dipanen. Lembu itu merupakan lambang yang diperlukan oleh bangsa kuno, tetapi ini adalah satu fase dari sejenis budaya tertentu. Al-Quran menerangi dengan cahaya akan perkembangan dari budaya manusia, menyatakan bahwa ini ada dua cabang, spiritual dan fisikal. Karena itu, sapi melambangkan pengolahan bumi (budaya fisik) dan juga persaudaraan serta kesatuan tujuan (budaya spiritual) (3), yang keduanya adalah saling menunjang. Dalam bahasa Ibrani, Imran berarti ‘seikat gandum yang masak’, yakni, produk dari budaya fisik – evolusi manusia ke tujuan spiritual. Di medan perang Uhud, Nabi Suci s.a.w. melihat dalam rukyah sapi-sapi disembelih. Beliau sendiri menafsirkan bahwa dalam pertempuran itu sejumlah sahabatnya akan gugur, yakni para sahabatnya itu disebut sapi karena kasih-sayang dan saling menyayanginya.

Dalam Kitab Weda kita membaca bahwa banteng itu memanggul semesta, tetapi banteng juga budaya fisik dan spiritual, penyebab tunggal dan pemelihara bumi. Dalam filsafat Cina ada tiga huruf ‘ann, ho dan ping’. Ann (beras di mulut) menunjukkan arti pemelihara, awal kebutuhan kehidupan.

Dasar ideal dari contoh-contoh ini terdapat dalam sifat utama-Nya yang pertama, Rabbul ‘Alamiin; yakni, Dia adalah Tuhan sarwa sekalian alam, melalui mana hadirlah hukum alam, penciptaan, pemeliharaan, pengembangan dan perlindungan.

Setelah sapi atau banteng, dalam filsafat Cina ‘HO’ digambarkan sebagai ‘Seorang wanita di dalam tenda’. Lihatlah dalam kitab alam ini engkau akan melihat bahwa burung membuat sarangnya ketika mulai birahi. Perempuan, sarang, rumah dan kasih adalah sinonim. (Inilah al-Nisa, surat keempat dari al-Quran). Dalam Egyptologi, setelah sapi atau banteng, adalah perempuan dan kemudian datanglah makanan (al-Maida), atur meja makan bagi sekeluarga manusia. Adalah cinta spiritual atau kasih Ilahi dan cinta keada sesama manusia pada umumnya, yang dalam terminologi Quran disebut Rahmaniyyat. Kemudian tibalah atribut ke tiga, ‘Hikmah’, dimana manusia belajar dari mereka – kebijaksanaan tentang anatomi, obat-obatan, bahasa dan mekanis - yang Allah tetapkan dalam dirinya. Setelahnya datanglah Al-A’raf, tempat yang tinggi dan luhur; boleh anda namakan ini kebijakan spiritual. Ini dalam terminologi Quran adalah “Kitab dan Hikmah-Nya”. Dan dalam bahasa kiasan, ini adalah seekor elang rajawali. Dalam filsafat Cina ini adalah ‘Ping’, atau persamaan dari hati nurani.

Setelah persediaan (sapi), rumah (perempuan), persamaan hati (atur meja untuk seluruh keluarga manusia), wahyu (hikmah-rajawali), sekarang tibalah ‘Singa’. Ini adalah lambang keadilan di gerbang majelis, tidur ketika manusia tidak berbuat kesalahan, mengaum ketika kejahatan merebak. Dalam Quran Suci ada dua surat. Rampasan perang (Al-Anfal) dan Taubat (Al-Tauba) yakni, singa mengaum. Mereka yang telah merasakan penelitian filosofis dari Quran Suci akan menyadari betapa singa itu beristirahat atau mengaum. Dalam al-Anfal (hadiah sukarela bagi umat yang papa dan tertindas), singa itu tertidur, karena segalanya berjalan menurut aturan berbuat keadilan. Dan betapa singa itu mengaum dalam al-Taubah. Masalah yang sangat menkjubkan ini diringkas dalam surat yang sangat pendek (al-Fatihah) dalam Quran Suci: Ada empat penyangga arasy Tuhan kita, yakni, Kekuasaan, Pemurah-penyayang, Kebijaksanaan, dan Keadilan (Rabb, Rahman, Rahim, Malik Yaumiddin). Tetapi disini kita pertimbangkan delapan surat permulaan yang berkaitan dalam Quran Suci. Sebagaimana dikatakan di sana:

“Dan para Malaikat ada di sebelahnya. Dan pada hari itu delapan (Malaikat) memikul Singgasana Tuhan dikau di atas mereka”(QS.69: 17).

Dan ini digenapi pada hari penaklukan Mekkah. Analogi yang mirip dengan ini, dalam Egyptologi, bahwa pada setiap sudut-penjuru alam semesta ini ada empat malaikat yang mendukung alam semesta atau langit atau Kerajaan Ilahi. Missionaris Kristen dengan sia-sia mencoba mencocokkan para penulis Alkitab dengan jumlah dibulatkan kepada sudut-sudut Atribut Tuhan ini. Dan lihatlah omong kosong ini, bahwa Mateus sebagai lelaki, Markus sebagai singa, dan Yohanes sebagai rajawali (4), Egyptology melambangkan empat kekuatan ciptaan Yang Maha-kuasa (disebut secara kiasan putera Yang Maha­kuasa), dan mereka, merasa sedih bahwa Yesus tidak berputera, karenanya menetapkan bahwa keempat penulis Alkitab adalah puteranya. Lebih masuk akal kiranya kalau dikatakan bahwa Nabi Suci kita memiliki empat putera perkasa dan yang keempat dari mereka adalah Ali, singa Tuhan. Tetapi ini hanyalah guyonan buat orang yang kekanak-kanakan. Empat sifat utama, Mencipta, Menyayangi, Bijaksana dan Adil, masing­masing dari mereka diperlukan dan dalam suatu cara adalah saling melengkapi. Mencipta tanpa kasih dan kasih tanpa kebijakan dan bijak tanpa keadilan adalah sia-sia dan tak berguna. Al-Quran tidak dimulai dengan silsilah yang kabur dari seorang tertentu ataupun ilmu geologi yang rancu dalam Surat Kejadian. Ini adalah murni (tak tersentuh oleh tangan manusia) Firman Tuhan, Yang Maha-bijaksana, Yang Maha­mengetahui. Demikianlah al-Quran dimulai dengan asma-Nya yang Tepat, Ke-Maha-kuasaan-Nya dan empat Sifat-Nya yang paling mencolok yakni Kekuasaan, Kasih-sayang, Kebijaksanaan dan Keadilan.

Ini adalah Sapi, Perempuan, Elang-rajawali dan Singa dalam Egyptiologi. Mungkin seseorang dari kalian berfikir bahwa keempat atau kelima berhala dari kaum pagan dan penyembah berhala dari Mesir Kuno (apakah disembah ataupun tidak di seluruh dunia) tidak berkaitan dengan citra-ideal tinggi dari monoteisme atau Teologi Sejati. Saya tarik perhatian anda kepada rukyah Yehezkiel, nabi terkemuka dalam Alkitab. Dia, dalam sangat awal dari bukunya, menyatakan bahwa dia melihat suatu rukyah(vision) dimana dia ditangkap di Babylonia. Dia melihat perupaan dari empat makhluk hidup, dan inilah penampakan mereka:

“Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang.” (Yehezkiel 1:10).

Sekarang anda perhatikan bahwa empat patung dari batu itu menjadi masalah penting dalam rukyah seorang nabi. Seolah 7000 tahun usia Egyptologi dibenarkan oleh rukyah Yehezkiel,, yang hidup 595 tahun sebelum Kristus.

Lagi kita baca hal itu (dalam sebuah kitab seratus tahun sesudah Kristus) dalam wahyu kepada Yohanes, yang berucap:

“Aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu telah kudengar, berkata kepadaku…..Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan apa yang harus terjadi sesudah ini”

“Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagiakan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan sebelah belakang. Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, Dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama Dengan burung elang yang sedang terbang” (Wahyu kepada Yohannes 4:1, 6-7).

Kata-kata “Aku akan menunjukkan apa yang harus terjadi sesudah itu” pantas dicatat. Ini mengindikasikan bahwa ini bukan kisah kuno melainkan suatu nubuatan yang harus digenapi di masa depan. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak ada kaitannya dengan ramalan dari zaman kuno ini. Betapa menakjubkan nubuatan itu! Pertama dari semuanya, ini disiarkan ke seluruh negeri di dunia. Kedua, Piramida Mesir, keajaiban dunia yang paling mengagumkan, dari ketinggian 500 kaki berdiri selama 7000 tahun untuk memproklamirkan ramalan ini. Ketiga, wahyu kepada nabi besar Yehezkiel dan juga St. Yohannes memperjelas prediksi ini baik sebelum maupun sesudah kedatangan Yesus. Nubuatan tentang kemasyhuran, prestise, keagungan, dan kemuliaan ini dipenuhi dalam pribadi MUHAMMAD s.a.w. Piramida, Swastika, Buku Kematian, wahyu kepada nabi Yehezkiel, dan St. Yohannes, semuanya sepakat mengumumkan bahwa ada seorang yakni Horus atau Matahari yang Besar; yakni Tuhan Yang Maha-kuasa Sendiri, dengan keempat ‘putera’nya yang adalah Asma-sifat Utama-Nya, yang menciptakan alam semesta. Dalam gambar Swastika tangan­tangannya ini yang menciptakan apa yang di Timur, apa yang di Barat, apa yang di Selatan dan apa yang di Utara, atau apapun juga di langit dan jauh di bumi. Dalam fraseologi Quran Suci, Dia-lah Pencipta langit dan bumi. Keempat puteranya ialah keempat asma-Nya yang paling menonjol, Pencipta dan Pemelihara, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih-penyayang, Yang memiliki hari Pembalasan(QS.1:1-3).



3. Rigveda 9:112.3 Yakni: ‘Seorang yang telanjang saya ini, kemalanganku adalah kehausan, mumi sebagai penggiling gandum, berusaha demi kekayaan dengan pelbagai rencana, kita semua hidup bersama seperti sapi’.
4. Churchward, Primordial Man, hal.321.


MISTERI 'SWASTIKA' DIUNGKAP

(3/4)

Swastika dalam Kitab Suci Hindu.

‘Swastika’ memancar dari tanah Piramida dan disebarkan ke seluruh dunia termasuk di India. Ini adalah tanda ‘sehat wal afiat’, rahmat-karunia dan nasib baik. Dalam Kitab Weda inilah ‘Swasti’ tetapi dalam Ramayana, Mahabharata serta kitab-kitab lain ini dalam bentuk lengkap ‘Swastika’. Bentuknya dalam bahasa Sanskerta adalah ‘Sutasti’, sehat wal afiat dan harapan baik. Pertama dari semuanya, marilah kita periksa apa yang dikatakan pakar: Sir Monier Williams dalam Sanskrit-English Dictionary menulis: Swasti berarti sehat, bahagia, penuh sukses, boleh juga diserupakan dengan, salam, sehat, suatu istilah untuk memberi salam (Swastika-Assalamu’alaika yakni ‘damai bagi kalian’ A.Haque) terutama pada pembukaan surat atau sanksi atau pujian (seperti kita berkata sallamna). ‘Swasti-kara’ nama seorang lelaki, ’Swasti karman’ menyebabkan sejahtera dan sukses, ‘Swastikar’ penyair yang menyerukan ‘swasti’ (Ramayana). Khususnya semacam palang mistis, dengan ekstremitas empat lengan yang condong memutar ke jurusan berlawanan (jarum jam). Mayoritas pakar menganggapnya suatu simbol rembulan; yakni, mewakili bentuk pemendekan roda Dewa Wisnu, terdiri dari empat jari-jari roda yang saling memotong pada sudut kanannya ada bagian yang pendek di pinggiran rodanya di tiap ujung jari-jari roda itu yang memutar ke satu jurusan untuk menunjukkan arah perputaran matahari. Di kalangan Jain (suatu sekte Hindu) ini adalah satu dari 24 tanda harapan kesejahteraan dan adalah emblem dari tujuh Arhant dari Avsarpini yang hadir (seorang pembaharu yang dijanjikan). Saling memotong dari tangan-tangannya atau tangan-tangan di dada (Mahabharata), adalah pertemuan dari empat jalan. Suatu cara duduk khusus telah dipraktekkan oleh Yogis (dimana jari-jemarinya ditaruh disela lututnya). Swasti Atreya adalah nama dari saga kuno pengarang Kitab Rig Weda, bab 50.51.

Swasti dalam Kitab Weda

Kitab Weda umumnya dipercaya sebagai otoritas yang tinggi dalam kebanyakan sekte Hindu. Dan Rig Weda adalah, kata kisah itu selanjutnya, menciptakan tiga Kitab Weda lainnya. Ada banyak mantera ‘Swasti’ dalam Kitab Weda, saya pilih merujuk hanya bait-bait yang dipandang oleh teman maupun lawan, kaum Orientalis maupun pendeta Hindu, sebagai ambigu dan kabur. Dengan rahmat Allah saya akan ungkapkan misteri dan rahasianya.

Seorang Putera dari Perawan kepada siapa Tuhan memberi dia kehidupan yang baru.

Dalam Rig Weda ditulis: “Dewa dari kuda spiritual yang berwarna merah kecoklatan, Engkau telah bawakan dari bukit-semut seorang putera dari perawan yang belum menikah, kepada siapa semut makan. Orang buta melihat dengan jelas, ketika dia mencengkeram ular naga, dia bangkit dan memecahkan bejana; tempatnya digabungkan lagi (Rig Weda 4:19:9). Dewa dari kuda spiritual yang berwarna merah kecoklatan adalah Indra atau Surya sang matahari yang berpendar kemerahan, kita bisa mengatakan bahwa sepanjang Tuhan Yang Maha-kuasa mengizinkan sebagai kiasan, maka yang dibawa dari bukit-semut, dalam bahasa sanskerta adalah rayap.

Analogi Kata

Dewa dari kuda spiritual yang berwarna merah kecoklatan: Kuda dewa itu adalah kuda merah yang secara kiasan berarti pendar kemerahan, yakni bahwa: Dewa dari pendar kemerahan yakni Surya (Matahari). Ini adalah dewa merah di Egyptologi.
Dibawa dari bukit-semut: Dalam bahasa sanskrit ini adalah rayap atau rayap besar, secara alegoris adalah orang yang paling jahat disebut rayap pengkhianat .
Putera Perawan: Perawan berarti (a) (Tanah) yang belum diolah dan tidak produktif, (b) Tanpa dosa baik sudah menikah ataupun belum, (c)Para pakar yang tidak menjual ilmunya untuk memperoleh keuntungan dunia dan menjaga pengetahuan mereka tetap bersih-suci.
Orang buta: Dia yang dalam kegelap-pekatan, dipaksa oleh musuhnya untuk meraba-raba dan berkelana untuk mencari jalan keluar.
Naga : Adalah musuh, yang akhirnya dicengkeram.
Bejana dipecahkan, yakni dia menjadi bebas.
Tempatnya digabung lagi: Tempatnya ini yalah para sahabatnya.

Dikatakan dalam bait ini: Dewa merah atau Tuhan Yang Maha-kuasa datang untuk membebaskan yang tertindas yang terjebak oleh musuhnya, meraba-raba dalam kegelapan tidak tahu jalan keluarnya, ketika musuh ditangkapnya, dia menjadi bebas dan para sahabatnya bergabung kembali.

Kini bait Kitab Weda ini mempunyai tujuh titik yang paralel dengan kisah dalam Egyptologi:
Dalam Egyptologi adalah ‘Tuhan Merah’ dan dalam Weda ini adalah Tuhan dari kuda spiritual yang
berwarna merah kecoklatan atau pendar kemerahan yakni Tuhan Yang Maha-kuasa Yang berbuat
keadilan, membawa orang yang tak berdosa dan tertindas dari jebakan musuh, dia memecahkan jebakan itu dan menjadi bebas serta para sahabatnya bergabung lagi. Suatu peringatan yang menakjubkan di sini adalah: bahwa masalah yang dibahas dalam bait Kitab Weda dan abstraksi dari gambaran Mesir Kuno ini sekali lagi dinyatakan dalam Quran Suci:

“Demi terangnya waktu siang! Dan demi malam tatkala sunyi senyap! Tuhan dikau tak meninggalkan engkau, dan tak pula Ia kecewa. Dan sesungguhnya yang belakangan itu lebih baik bagi engkau daripada yang permulaan. Dan Tuhan dikau segera akan memberikan kepada engkau, sehingga engkau menjadi puas. Bukankah Ia menemukan engkau seorang anak yatim, lalu Ia memberi perlindungan? Dan Ia menemukan engkau meraba-raba, lalu Ia menunjukkan jalan yang benar.Dan Ia menemukan engkau orang kekurangan, lalu Ia mencukupi engkau. Oleh karena itu terhadap anak yatim, janganlah engkau sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang bertanya, janganlah engkau membentak. Dan tentang kenikmatan Tuhan dikau, umumkanlah” (Q.S.S.93).

Kalajengking dan rayap menggigit dan menyengat Nabi Suci ketika ada jeda dalam turunnya wahyu. Kata-kata ini menenteramkan, Tuhan tak akan meninggalkanmu. Memang ada malam dan tetap gulita, tetapi matahari akan bersinar terang dan keadaaan mendatang pasti lebih baik dari keadaan sekarang.

Dalam Egyptologi adalah Tuhan Merah, dalam Kitab Weda adalah matahari dewa dari kuda atau kuda merah, dan dalam Quran Suci ini juga matahari ketika ini semakin bersinar. Dalam Egyptologi dalam kelopak matanya ada semak, dalam Weda ada kebutaan yang dilemparkan oleh musuh-musuhnya, sehingga dia meraba-raba dalam kegelapan. Maka Tuhan yang Maha-kuasa membawanya keluar dari bukit-semut yang penuh rayap dan kalajengking serta memberi semua yang disukainya.

Suatu nubuatan yang menakjubkan untuk masa depan.

Bait-bait Weda ini dan gambar-gambar dari Egyptologi sebagaimana ayat-ayat dalam al-Quran mengandung arti yang lebih mendalam. Ini adalah ramalan yang menakjubkan dari dunia baru atau bangsa­bangsa yang materialistis di Barat yang telah kehilangan semua perasaan tentang nilai hidup tertinggi. Kalajengking besar, ular naga sepanjang 600 kaki, dari Egyptologi, rayap yang besar-besar dan banyak, Tiamat dan Ahi, ular naga yang besar dari Weda, Behemoth, Leviathan dalam Alkitab, Tiamat dari Babylonia, Dajjal dalam kitab hadist kaum Muslim adalah serupa dalam perasaannya. Maka monster ini dari laut telah muncul. Apakah itu rayap, kalajengking, ular naga, monster, Behemoth, Leviathan, dan Keledai Dajjal adalah kejahatannya. Dan kepalanya akan diremukkan oleh Paraclete atau para pengikut sejati dari Paraclete dengan dalil yang meyakinkan dan bukti-bukti yang menentukan, yang telah dilengkapi oleh Quran Suci dengan wahyunya. Saya tak dapat mewacanakan masalah ini dengan rinci, karena hal ini akan dikaitkan dengan nubuat Nabi Ayyub.

Hasrat yang teguh dari seorang bijak dalam Weda.

Tertulis dalam Rig Weda: Surya(matahari) sang bijak, seperti bila tidak menikah, dengan pasangannya, dalam pertempuran dengan semangat penuh cinta bergerak menuju musuh-musuhnya. Semoga dia, yang mulia sendirinya, memberi kita satu rumah perlindungan, suatu rumah yang menjaga dari teriknya panas dari segala penjuru (Rig Weda 5:44,7).

Benar-benar bait yang membingungkan, kata para mufasir. Kesulitannya adalah: ‘Matahari sang bijak’.
Pertanyaannya adalah apakah ini dewa matahari atau seorang yang bijaksana?
Dikatakan lagi: Dia itu ‘tak menikah’ tetapi mempunyai ‘pasangannya’.
Dalam pertempuran yang penuh cinta, nampak bertentangan dengan semangat sang bijak.
Bergerak mengatasi musuh, demi maksud apa, matahari atau orang bijak?
Semoga dia, yang mulia sendirinya, tak menikah dengan seorang pasangan, pertempuran dengan
semangat kecintaan, bergerak menuju musuh tanpa suatupun tujuan yang positif, dalam pemaparan ini tak nampak kebajikan sama-sekali.
‘Berilah kita satu rumah perlindungan’. Bila ini matahari jelas tak bisa memberi anda rumah perlindungan.
Bila dia seorang bijak, maka dia akan menasehati anda. Saya bukanlah pejabat pemberi tempat tinggal, maka berdoalah kepadanya.
‘Suatu rumah yang menjaga dari teriknya panas dari segala penjuru’. Suatu permohonan yang tidak cocok ke kantor matahari. Pejabatnya akan membalikkan kepadamu dengan catatan ini: hanya panas terik yang bisa kami hadiahkan kepadamu. Kami tidak punya rumah beralat pendingin.
Anda bisa minta kepada dewa matahari, agar dia memberi anda rumah yang mencegah dari dingin yang mencekam, tetapi anda tak bisa berharap dari Agni (dewa api) menghadiahi anda dengan es krim.
Anda bisa mengatakan bahwa bait-bait ini adalah kiasan yakni Matahari adalah nama Tuhan yang Maha-kuasa, dan kita bisa berdoa mohon perlindungan, keputusan yang bijak, tetapi ini tak bersangkut-paut dengan masalah yang dipersoalkan dalam bait ini: ada matahari sang bijak, tidak menikah tetapi punya pasangan, bergerak menuju musuhnya, dan seterusnya.
Namun, bila seseorang mendesak terus untuk perkara ini, maka jawaban dari sekretaris Yang Kuasa akan menjadi: Kami telah mengaruniaimu dengan otak dan kecerdasan, maka pergilah dan bangun rumahmu sendiri.

Penafsiran rasional atas bait-bait ini

Dengarkanlah dariku penerjemahan yang masuk akal dari bait-bait ini: Matahari yang bijak bukanlah benda langit yang penuh gas. Dia seolah tidak menikah tetapai mempunyai pasangan. Seorang Muslim yang sempurna pada waktu berpuasa. Dia dalam pertempuran dengan semangat kecintaan. Pertempuran ini adalah melawan dirinya sendiri terhadap nafsu rendah, melawan pasukan kejahatan, kemesuman, ketidak-adilan dan kerusakan moral. Pertempuran ini membutuhkan barisan yang tangguh, latihan untuk menciptakan kemauan yang keras, disiplin, pengendalian, pemeriksaan ketat, karenanya, dia melewatkan sepanjang hari dalam panas terik dari segala penjuru, tanpa makan dan minum, dia memiliki pasangan cantik di sampingnya, tetapi sepanjang hari seolah dia tidak menikah, segala macam minuman pelepas dahaga dia punya, dan tak ada kelangkaan makanan yang lezat cita rasanya, tetapi dia tidak makan dan minum, karena Tuhannya telah melarangnya dan dia memiliki keyakinan teguh bahwa Dia melihatnya dan dia itu di hadapan Tuhannya sepanjang hari. Dia menyusun perispan untuk memerangi pasukan iblis, dan dia bergerak menuju musuh-musuhnya. Hadiahilah kami suatu rumah perlindungan! Dia mohon perlindungan, suatu tempat suci, suatu pengamanan terhadap Setan dan perbuatan jahatnya. Suatu rumah yang menjaga dari teriknya matahari dari segala penjuru? Rumah itu bukanlah bangunan dari batu atau bata, tetapi rumah itu adalah agama sempurna yakni Islam, barangsiapa yang masuk ke dalamnya pasti akan selamat. Yakni al-Quran yang penganugerahannya terjadi pertama pada bulan ramadhan, bulan panas terik dari segala penjuru (terjemahan kata asli dari Ramadhan). Dalam Egyptologi, ‘Horus’ (matahari yang dijanjikan) dalam bulan ini mengikat dan menelikung Sut dan Sab (Setan) dengan rantai. Dan ini adalah tempat berlindung serta rumah berpendingin yang mengusir panas teriknya neraka baik di dunia maupun di akhirat. Maka, para saudaraku yang beragama Hindu, masuklah dalam rumah yang ditandai Swastika ini dan anda akan selamat. Jangan salahkan atau takut kalau seorang muslim mengundang anda, karena ini adalah orang suci yang bijaksana milikmu sendiri dalam Weda yang menghimbau anda agar masuk dalam suaka perlindungan Islam ini.

Suatu cahaya yang luas untuk menerangi bangsa Arya.

“Di dalammu, O terang benderang seperti Mitra (matahari), Vasus (pendar cahayanya), duduklah kekuatan dari Asura (orang bijak) karena mereka cinta kepada semangatmu. Engkau telah mengusir Dasyus (putera kegelapan) dari rumah mereka, O Agni (pribadi yang memberi cahaya) dan membawa cahaya yang luas untuk menerangi bangsa Arya” (Rig Weda 7:5:6).

Baik kawan maupun lawan mengakui, bahwa bangsa Arya mengusir penduduk asli India dari tanah-airnya. Mereka menamainya Dasyus, sebagai perampok, pencuri, dan putera kegelapan dan sebagainya serta memperlakukan mereka sebagai kriminal. Tetapi bait-bait ini memberi kita suatu penerangan yang luas atas pertanyaan kritis ini. Jelas bahwa putera kegelapan tidak menyukai cahaya. Sewajarnya, mereka adalah musuh cahaya dan ingin memadamkan cahaya. Karenanya tak bisa dipersalahkan atau tidak adil kalau dewa cahaya itu mengusirnya dari rumahnya. Tidak, mereka sendiri lari dari rumahnya yang gelap untuk memadamkan cahaya dan melenyapkannya. Untuk memahami terjemahan yang benar dari bait-bait yang membingungkan ini bacalah ayat berikut dari Quran Suci:

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, dan setelah api menerangi sekelilingnya, Allah mengambil cahaya mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan –
mereka tak dapat melihat” (Q.S. 2:17).

Bait dari Weda menunjukkan: Di dalammu, O terang benderang seperti Mitra atau matahari, pendar-pendar cahayanya (yakni para pengikutmu), duduk melingkar, seperti orang-orang bijak yang belajar darimu karena mereka mencintai semangatmu. O Agni, yang menyalakan api, engkau telah mengusir Dasyus (putera kegelapan) dari rumahnya. Orang yang menyalakan api ini adalah dewa Agni yang terpuji, Nabi Suci s.a.w.(Bukhari 81:26). Ada kegelapan di sekitar. Ketika dia menyalakan api, ini bersinar di sekelilingnya, karenanya, putera kegelapan, bingung dan buta, keluar dari rumah mereka seperti laron, dan menyerbu api, serta membakar dirinya sendiri. Sebaliknya ada orang-orang baik yang memetik manfaat dari cahaya itu. Sesungguhnya, cahaya yang luas ini adalah untuk menerangi bangsa Arya. Kata-kata bijak dalam Weda itu telah digenapi dengan segala cara. Kami kaum muslim di sub-benua India, 30 hingga 35 juta, telah menyaksikan kebenaran dari nubuatan yang menakjubkan ini, dan penulis buku ini adalah satu diantaranya, mengajak saudara-saudaranya yang masih meraba-raba dalam kegelapan. Alhamdulillah! diberkahilah mereka yang berjalan dalam cahaya.

MISTERI 'SWASTIKA' DIUNGKAP
(4/4)

NUBUATAN YANG UNIK DAN MENAKJUBKAN : MATAHARI DI TENGAH MALAM.

Dinyatakan dalam Quran Suci:

“Salam! hingga terbitnya fajar” (Q.S. 97:5).

Dan di dalam Kebijaksanaan Kitab Weda:

“Paling bijak adalah dia, membuka paksa pintu-pintu Panis, membawa matahari yang benderang kepada kita, dia yang memberi makan banyak orang, pendeta yang ceria, sahabat sesama dan kawan serumah melalui kegelapan malam yang masih ada, dia membuatnya nyata”(Rig Weda 7:9:2).

Dalam kelanjutan perbincangan sebelumnya dari baris-baris Weda, bacalah yang satu ini. Hanya ada satu bundel yang mesti diurai yakni: “Siapakah yang mebuka-paksa pintu Panis dan membawa matahari yang benderang? Siapakah Panis itu? Panis, seperti Dasyus, adalah musuh bangsa Arya, seperti dinyatakan berulang kali dalam Rig Weda. Ini juga sering kali dikisahkan bahwa mereka mencuri sapi dan menyembunyikannya di pegunungan, dan Indra dengan bantuan matahari menemukannya serta membawanya kembali. Nirukta, komentar singkat Kitab Weda, berkata: Panis adalah rentenir tetapi Weda mendekritkan bahwa mereka harus dibakar (Nirukta 6:26). Bait-bait ini jelas kabur, kata komentator. Sekarang, dengarkanlah tafsiran yang masuk akal dari saya: Panis adalah Bani’s (Bani Israil) dan mereka itu suku bangsa yahudi. Mereka tak pelak lagi adalah pelepas uang dan mereka juga percaya bahwa wahyu Ilahi itu hanya monopoli bani Israil. Sekarang terjemahan yang benar dari bait-bait ini adalah pada kebijakan ini:: Sungguh bijak dia yang membuka paksa dan memecahkan pintu-pintu Bani Israil serta membawa matahari ini kepada kita (yakni Nabi Suci), yang membawa roti ruhani kepada semua orang; dia itu pendeta ceria atau Pembimbing spiritual yang baik, sahabat sesama dan pemberi harapan baik kepada umat manusia, yang masih dalam kegelapan diberi cahaya yang nyata".

Sekarang tiba pada pertanyaan ‘Panis mencuri sapi’. Sapi dalam Weda mempunyai macam-macam arti; satu di antaranya adalah pembicaraan atau wahyu Ilahi. Karenanya, Panis mencuri sapi berarti: Mereka menyembunyikan kebenaran dan petunjuk Tuhan, sebagaimana yang dinyatakan berulang-kali dalam Quran Suci. Maka penalaran dari baris-baris ini adalah bahwa ini suatu nubuatan bahwa Panis atau banis telah mengunci dan menyembunyikan kebenaran, tetapi Tuhan yang paling bijaksana memecah pintu-pintu mereka dan membawakan matahari ketulusan bagi pedoman umat manusia. Tepat seperti matahari fisik menyiapkan bagi kita makanan dan buah-buahan, seperti itu pula matahari ruhani membawakan roti spiritual bagi semuanya. Dia adalah harapan baik bagi seluruh umat manusia. Hal yang pantas dicatat dari sini adalah bahwa matahari ini pemunculannya pada waktu malam masih sunyi dan gelap. Ini diungkap dalam bait Weda (Rig Weda 7:9:2) begitu pula dalam Quran Suci: “Demi langit yang datang pada waktu malam!”(86:1).

Bandingkanlah ini dengan bait-bait Weda. Langit disebut sebagai sebagai saksi. Pendatang pada waktu malam tiba dan mendapati pintu tertutup, dia mengetuk, kemudian membuka-paksa pintu. Dia datang pada saat gelap pekat melingkupi seluruh dunia. Bait-bait Weda menunjukkan bahwa dia membawa terangnya matahari kepada kita, sebagaimana diterangkan oleh ayat Quran Suci:

“Dan apakah yang membuat engkau tahu apakah yang datang pada waktu malam itu? (Yaitu) bintang yang mempunyai sinar tembus” (86: 2-3).

Bait-bait dalam Weda adalah saksi dari langit yang memberi kebijakan kepada pakar dunia dari setiap agama bahwa Tuhan yang paling bijaksana telah mengirim utusan-Nya pada waktu malam ketika pintu­pintu Panis (atau mereka yang hanya melihat hari ini dan bukan esok) ditutup. Dia mengetuk dan mengetuk, kemudian membuka-paksa pintu. Dia juga datang dengan sarapan ruhani bagi seluruh dunia. Dia ceria dan harapan baik bagi seluruh kemanusiaan. Lebih dari itu, dia tak pernah mengatakan bahwa dia itu Tuhan atau putera Tuhan. Dia berkata: Saya kawanmu, saya sahabatmu. Dia datang tepat pada saat yang diramalkan dalam Weda, diperkirakan oleh Yesus dalam perumpamaan sepuluh perawan (mateus 25:1). Temanku yang baik, pengikut agama apapun di dunia, renungkanlah ini dan bercerminlah atasnya. Nabi Suci itu utusan yang buta-aksara dari Tuhan, dia tak pernah membaca Weda, atau mempunyainya, atau mengenalnya. Tetapi seluruh bait-bait Weda ini seperti pintu yang terkunci, mustahil dibuka tanpa seorang juru-kunci yang cerdas dan murni dan kunci ini ada di Quran Suci dan tak ada juru-kuncinya kecuali Nabi Suci. Bacalah setiap terjemahan dari Weda yang anda sukai, anda akan tiba pada kesimpulan bahwa bait-bait ini kabur dan membingungkan. Dengan diterangi al-Quran anda akan temukan kebijaksanaan di dalamnya, ketika kegelap-pekatan meliputi seluruh bangsa-bangsa di dunia, satu matahari pemberi cahaya datang dan mengetuk pintu dunia yang sedang nyenyak. Adalah suatu tanggung-jawab yang dibebankan kepadanya untuk mereformasi kemanusiaan, dan dia mencari pertolongan Tuhan melalui doa kepadaNya, doa yang paling efektif adalah salat di waktu malam, ketika dunia sedang tidur.

Bait-bait Swasti di Rig Weda.

Di dalam Rig Weda banyak bait-bait tentang Swasti. Dari sini, beberapa telah saya sentuh. Bab 64 dari Kitab ke sepuluh Rig Weda memiliki 17 bait dimana sifat Nabi Suci kita disebut; tetapi saya begitu terbatasi oleh singkatnya waktu sehingga adalah tidak adil untuk memetiknnya dan kemudian menghela nafas atas tema dan tesis yang indah ini. Namun, di sini saya sajikan beberapa petikan dari obat pemberi kehidupan ini.

Kata-kata penutup tentang Swastika.

Di sini beberapa kata penutup tentang Swastika:

Swastika adalah semacam salam atau doa untuk perdamaian.Ini di dalam pilihan kata agama Islam yakni
‘Assalamu’alaika’ sebagaimana dikutip di atas, yang berarti ‘Semoga damai bagimu’ (5).
‘Swastikar’ adalah seorang yang mengucapkan perdamaian, dan ini adalah seorang muslim sempurna.
Swastika adalah lambang dari perputaran matahari, (rancangan Islam) damai bagi seluruh penjuru bumi. Ini bukanlah suatu agama dari bangsa atau negeri tertentu.
Ini adalah suatu nubuatan simbolis akan datangnya matahari atau matahari besar dalam suasana spiritual.
Ketika seorang muslim melaksanakan salatnya, dia membuat gambaran Swastika (damai) di dada atau hatinya, yakni, saya adalah sumber perdamaian bagi seluruh kemanusiaan.
Ketika dia menyelesaikan salatnya, dia berkata Assalamu-alaikum wa rahmat-Allah wa barakatuhu,
Swastika (damai dan rahmat serta berkah Tuhan) bagi dunia sebelah kanan; lalu damai dan rahmat serta berkah Tuhan bagi dunia sebelah kiri.

Saudaraku yang terkasih, bila anda dengan baik-baik mau mendengar dengan kecerdasan penuh, anda akan menyadari bahwa di setiap bibir seorang muslim bila bertemu dengan orang lain dia selalu mengucapkan Swastika (damai atas kalian!). Bila mereka mendekat, mereka berangkulan satu sama lain yakni membuat Swastika (damai) dengan ada dan hatinya sambil berkata salaman salama (Saya menyampaikan damai kepada anda dan saya dalam damai dengan anda. Islam adalah semantik yang bersinar dari Swastika (damai), agama seorang muslim yakni Islam atau damai; dia adalah seorang muslim (pencinta damai); Tuhannya bernama Al-salam (sumber perdamaian). Betapa dia seorang Pangeran Perdamaian, karena agamanya summum bonum adalah “Damai dengan Tuhan dan damai dengan sesama”. Inilah swastika yang murni, Matahari Bersinar yang akan tiba, dinubuatkan oleh semua nabi di dunia, yang mengumumkan, bahwa “Seluruh Nabi-nabi dari bangsa yang berlain-lainan adalah bersaudara”. “Wahai Nabi, Sesungguhnya umat kamu ini, umat satu”(Q.S. 21:92). Apakah ini emblem dari matahari, yang bersinar ke seluruh dunia, atau salam atau ucapan salam di bibir atau ditulis sebagai pembukaaan surat, seperti yang ditulis Sir Monier Williams dalam kamusnya. Ini adalah simbol dengan empat tangan, yang menunjukkan damai ke seluruh dunia, sesungguhnya inilah Islam dan Nabi Islam, sebagaimana telah dibuktikan dengan dalil-dalil. Keempat tangan dari Swastika bertemu di pusat atau titik sentral dalam segitiga di puncak piramida (satu keajaiban dunia yang unik) yang menunjukkan ‘Horus’ mempunyai 60 asma dalam dirinya. Tanpa sedikitpun keraguan ini pasti Nabi Islam. Islam adalah suatu antologi antar-agama, suatu benang merah yang menghubungkan agama-agama, suatu jembatan panjang tempat bertemu segenap orang-orang bijaksana di dunia, suatu kamus lengkap dari segenap kitab-kitab suci, suatu stasiun yang berlimpah dimana kereta-api datang dari Timur, Barat, Utara dan Selatan serta para penumpang dari keempat penjuru dunia berkumpul bersama.Ada gedung rumah makan raksasa di dalamnya dan di mejanya, tergelar makanan yang penuh gizi dan lezat dari langit atas pesanan para penganut serta doa Yesus sendiri. Di sini ada menu, piring-pring India penuh dengan Dal Bhat Weda, dibumbui dengan Swastika yoghurt, panggang ayam Buddhi Cina di Dhammapada yang berminyak, Daging murni bagi Yahudi, dibumbui dengan brambang dan bawang dalam minyak zaitun, bagi kaum Majusi ada podeng beras dengan susu sapi. Ada juga berpiring-piring Mush yang dibumbui dari Buku Kematian Mesir Kuno.(6).”Di sana mereka akan memperoleh apa yang mereka inginkan, dan di hadapan Kami ada tambahan lagi”(Q.S. 50:35). Masuklah dalam Gedung Swastika ini atau Balai Perdamaian (yakni Islam) pada pertemuan luar biasa bagi segenap pengembara dunia ini. taK ada pembatasan bagi kasta Brahma, Ksatrya, Waisya, Sudra. Israil, non-Israil, hitam atau putih, kasta tinggi atau rendah. Tak akan pernah ada perkataan kepada seorangpun jua: “Kamu anjing, tak ada roti bagimu”(Matius 7:6, 15:27, Markus 7:27, Isaiah 56:10, Phil.3:2).

Semua dengan senang hati diundang dan dilayani dengan sangat memuaskan,
Dan di sana Swastika, damai dan berkah Tuhan bagi semuanya,
Dan salam damai bagi semuanya (Assalamu’alaikum).

Damai dengan Tuhan Yang Maha-kuasa, dan damai dengan umat manusia, agama dari seluruh orang bijak di dunia dan agama bagi kemanusiaan seluruhnya.


5. Monier Williams, Sanskrit English Dictionary.
6. Matt.7:6, 15:27, Mar.7:28, Isai.56:10, Phil.3:2.


MUHAMMAD DALAM SILABUS MISTIK ‘KITAB ORANG MATI’, SIAPAKAH HORUS?

Horus, yang digambar di pusat suatu segitiga di atas penjuru Piramida Gizeh di Mesir, adalah Matahari yang besar. Seperti halnya gambar Swastika menunjukkan bahwa itu adalah titik pusat dimana empat tangan dari Swastika bertemu atau saling menyilang. Pusat ini adalah Tuhan Yang Maha-kuasa, tak diragukan lagi, Yang keempat tangannya digambarkan sebagai ‘putera’nya, Yang menciptakan alam semesta ini lengkap sempurna. Tetapi ada beberapa gambar, yang menunjukkan Horus sebagai orang pertama dewa-manusia. Dia adalah Matahari dan dia juga lelaki yang menunjukkan bahwa dia adalah laki­laki yang mencelupkan diri dalam warna Allah, dengan sangat khusyuk berbakti kepada-Nya. Seperti matahari sebagai cermin, demikianlah dia mewarnai dirinya dengan asma-Nya sebesar mungkin yang bisa dicapai manusia. Karena itu seluruh kerajaan Ilahi hanya satu Nabi yang dinamai Tuhan Sendiri sebagai matahari:

“Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai Saksi, dan pengemban kabar baik. dan sebagai juru ingat. Dan sebagai orang yang mengajak kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai matahari yang menerangi” (Q.S. 33:45-46).

Sama seperti matahari yang terbit dan semua kegelapan menyingkir, begitu juga, Nabi Suci dibangkitkan kepada kenabian, kegelapan jahiliyah menyingkir dari negeri. Sebagai ganti ‘Wadd’ dan sebagainya (banteng, lelaki, singa dan elang-rajawali), diproklamirkan: “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dan gambar­gambar dalam Egyptologi, Manusia laki-laki, Sapi, Elang dan Singa, atau Adam, Aryih, Shor dan Neshar dari Alkitab dengan benar ditafsirkan oleh Tuhan, Yang Maha-pemurah, Maha-pengasih dan Yang memiliki Hari Pembalasan, atau, dengan perkataan lain, Maha-kuasa, Maha-pengasih Bijaksana dalam kasih sayang dan Maha-adil. Ini adalah empat sifat yang paling menonjol dari Tuhan yang pada suatu saat diberikan kepada dewa dari batu tetapi sekarang direstorasi kepada Allah Yang-esa dan Maha-kuasa. Dan diproklamirkan: Ini adalah Tuhan Yang tidak berputera, dan Dia Sendiri tidak diputerakan. Dia-lah Yang Esa, tetapi ke-Esa-an-Nya tidak berarti satu dari seri bilangan. Dia bukanlah satu dari kalkulasi, karena nomor satu, dua, tiga dan seterusnya mempunyai pecahan 1/2,1/3 dan seterusnya dan sebagainya. Keesaan Tuhan ini tidak seperti kesatuan United States of America, yang terbagi terbagi dalam sejumlah states yang lebih kecil. Ke-Esa-an Tuhan menurut Islam dan orang yang rasional adalah Tuhan Yang-esa saja, tidak berputera, tak berbapak, dan tak ada ibu dari Tuhan, dan tak ada suatupun yang menyerupai-Nya yang tinggal di rumah yang cuma satu. (Q.S. Surat.112).

Sekarang tibalah pertanyaan tentang Horus sang matahari atau tuhan dari banyak bangsa di dunia. Suatu argumen yang sangat berkesan diberikan oleh Sulaiman yang agung kepada Ratu Sheba dan ini adalah peringatan yang kuat kepada Freemanson yang sangat mengagumi Sulaiman. Ya, Ratu Sheba datang mengunjungi Sulaiman. Dia adalah penyembah matahari. Karena bangsa Mesir kuno adalah penyembah matahari dan percaya bahwa matahari adalah pencipta pemelihara dan sebab pertama dari hujan dan kesuburan, maka singgasana Ratu dihias dalam penyembahan kepada matahari. Sulaiman membuatkan baginya suatu jalanan dari kaca, dengan air mengalir di bawahnya. Ketika Ratu sampai ke jalan setapak itu dia terkejut dan gugup bagaimana caranya berjalan di situ yang mesti melewati air yang melimpah-ruah. Melihat hal ini Sulaiman berkata:

“Sesungguhnya istana itu berlantaikan kaca yang licin” (Q.S. 27:44).

Jadi dia meyakinkannya, bahwa Tuhan itu kekuatan sesungguhnya dibalik segala bahasa simbol yang digambarkan di singgasananya.

Jadi Horus kedua, atau Ra, bukanlah pencipta alam semesta; Perancang sesungguhnya di belakang ini adalah Tuhan. Tetapi, karena dalam fenomena alam ini matahari merubah cuaca dan menurunkan hujan, cahaya, kehidupan, menjadi makhluk hidup namun sesungguhnya tunduk kepada hukum alam dan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha-kuasa, maka, serupa dengan ini, ada satu matahari ruhani yang disebut dalam ilmu Mesir Kuno ‘Horus’. Misionaris Kristen memproklamirkan bahwa dia adalah Kristus. Kita tidak berprasangka kepada Yesus. Kaum muslim beriman kepadanya, dan mengaguminya dari lubuk hatinya. Tetapi pertanyaannya adalah: Adakah suatu klaim dalam keempat Injil bahwa Yesus sendiri mengatakan: ‘Akulah matahari alam semesta ini!’? Kata Yesus,’Akulah terang dunia’, sama dengan perkataannya yang lain,’Kamu adalah terang dunia’(Matius 5:14), dan ‘Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik’(Matius 5:16).

Dia adalah bintang timur, yang terbit di cakrawala untuk memberi kabar baik bahwa hari terang segera tiba. Bandingkan dengan Cruden’s concordance: Bintang timur, yang mendahului terbitnya matahari, diberikan sebagai rancnagan (Wahyu 2:28). Bintang sebagai orang bijak ini adalah subyek yang banyak diwacanakan (Matius 2:2).

Matahari adalah obyek sesembahan dan pujaan di sebagian besar dunia. Bangsa Phunisia menyembahnya dengan nama Baal, kaum Moab sebagai Shemosh, kaum Amonites dengan nama Moloch, dan Bani Israil dengan nama Baal, raja pemilik langit. Ini disembah tiga kali sehari sebagai Dewa Surya di India (1), sama dengan yang disembah kaum Majusi, sebagaimana di Mesir kuno dan di semua negeri dan agama lainnya. Ada ramalan dalam semua kitab suci, bahwa matahari yang besar akan nampak di cakrawala dunia ruhani.

“Buku Orang Mati” dari Mesir Kuno.

Suatu kitab suci kuno “Buku Orang Mati” seperti yang kita mengenalinya, tidak ditulis berbentuk aksara. Dalam studi penulisan adalah penting untuk diingat, bahwa adalah pengertian yang paling luas, ini termasuk baik tulisan ideografis maupun fonetis. Tulisan ideografis terdiri dari penggunaan lambang yang mewakili obyek yang kelihatan atau ide yang terkait dengan obyek tersebut.

Kemungkinan besar tulisan yang pertama itu benar-benar ideografis. Dalam bahasa populer maka istilah ‘menulis’ terbatas pada menulis alfabetis. Bila kita bicara mengenai tulisan Mesir kita jangan lupa bahwa dalam masalah penulisan ini berarti sesuatu yang agak berbeda dengan yang biasa kita fahami. “Buku Orang Mati” dari Mesir Kuno adalah lambang ideografis, arti tepat dari simbol ini sulit dimengerti.

Perumpamaan dari bayangan khayali ini adalah: Bahwa beberapa orang dengan selera dan profesi berbeda duduk di sebuah sudut taman. Suara seekor burung mainan sampai kepada mereka. Atas hal itu seorang muslim berkata, Lihatlah di sini, bahkan burung-burung memuji Penciptanya. Mereka bernyanyi, ‘Terpujilah Yang Maha-terpuji’ ‘Terpujilah Yang Maha-terpuji’. Seorang yang lain dari kepercayaan Hindu, dia berkata: ‘Dia menyanyikan Rama, Sita, Dashrat; Rama, Sita, Dashrat. Orang ketiga, yang berkaitan dengan suatu jabatan Kristiani meng-klaim, Dia menyanyi, Matius, Lukas, Markus; Matius, Lukas, Markus. Sahabat keempat, yang menjadi pedagang besar, berteriak: tidak, dia mendendangkan, berambang, bawang, wortel; berambang, bawang, wortel. Orang kelima dari mereka yang adalah penjual rokok, dia berseru sekeras-kerasnya, Dia bersiul,’Korek-api, cerutu, rokok; korek api, cerutu, rokok.

Orang keenam yang seorang pegulat berteriak, Kalian semua salah. Dia memuji, hidup Hercules; hidup Hercules.

Seperti inilah kasus Egyptologi. Pertama dari semuanya adalah nama kitab ini. Beberapa pakar membaca namanya “PAR-M-HRU” dan menerjemahkannya PAR(datang) HRU(hari) M(dari) yakni:’Dari hari yang akan datang’. Atas hal ini Dr.Pleyte berkata: Ini salah, ini berarti ‘Memancar keluar dari hari’ dan Egyptologis Bruch Bey menerjemahkan ini ‘Kitab keluaran dari hari’. Setelah itu seorang pakar Lefedure Maspro dan Reno menafsirkannya ‘Datang memancar dari hari’. Atas hal ini James Churchward menulis dalam bukunya, “Lost Continent of Mu”(hal.108) pembacaannya seharusnya adalah “PAR-MU-HRU”, PAR(datang), HRU(matahari), Mu(yakni, Datangnya matahari Muhammad).

Saya telah memperbincangkannya panjang lebar dalam makalah ini bahwa dalam Kitab Weda, Alkitab dan kitab suci Buddhis maka silabus (kata singkatan) mistik OM, Ma-ra-natha, Emet dan Maitreya penuh mengandung ‘M’ yang Perkasa yakni Muhammad. Beberapa menyimpulkan: Ada dua ‘M’, dan yang lain mengira di sana ada tiga ‘M’ (dalam Muhammad) sesuai dengan cara penulisannya.


1. Ini dinamakan tri-kal sandhya dalam kitab suci Hindu. Kita membaca dalam Weda: Udyate nam Udayte nama dan seterusnya (Terpujilah dia ketika terbit dan ketika semakin naik! Terpujilah dia ketika dia sampai ke Puncaknya), Ath.,xvii, 22, 23.

MUHAMMAD DALAM SILABUS MISTIK ‘KITAB ORANG MATI’, SIAPAKAH HORUS?

Nubuatan kuno lainnya yang berusia tujuhpuluh ribu tahun tentang kedatangan Nabi ‘MU’.

Suatu ramalan yang lebih antik dari nubuatan ‘Swastika’ telah disebut dan usianya ditaksir tujuhpuluh ribu tahun. Ini adalah suatu gambar simbol, bagian luarnya sebuah perisai, di bawahnya satu matahari dengan delapan pendar cahayanya serta satu lingkaran kecil, di pusatnya emblem dari kekuasaan universal. Perlambang ini bermakna, “Kerajaan matahari dengan delapan cahaya yang jatuh ke seluruh umat manusia” (The Lost Continent of ‘MU’ oleh Churchward, hal.123, New York, 1950.

Ini adalah penafsiran yang tidak lengkap dari nubuatan simbolis itu.
Silahkan membaca maknanya berikut ini dari lambang yang sama:

Pertama dari semuanya ada perisai atau pelindung, yang berarti perdamaian dan ketenteraman, yakni Islam atau wahyu yang diterima Muhammad.
Matahari dengan delapan pendar cahayanya, ada delapan huruf dari Muhammad yaitu matahari
(Muhammad) terdiri dari delapan pendar cahaya.

Nubuatan ini berkaitan dengan ‘MU’ (Muhammad).
Lingkaran kecil menunjukkan seluruh bumi.
Emblem pusat dari kekuasaan universal.
Nomor 4 dan 5 berarti bahwa kenabian ‘Mu’ itu bukannya berdasar kesukuan atau kebangsaan tertentu, tepat seperti matahari dan cahayanya yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Nubuatan ini dipancarkan dari benua Mu yang tenggelam dan hilang di lautan Pasifik dekat kepulauan Fiji. Benua yang dikisahkan itu hilang di kedalaman lautan yang dalam tetapi dia telah menyimpan cadangannya ke negeri tetangga sebelum ditelan banjir. “Bahwa seorang nabi besar akan datang dan menerangi seluruh bumi dengan delapan pendar cahayanya (jumlah huruf dari namanya)”. Ini adalah fakta nyata bahwa kenabian Muhammad diproklamirkan dari setiap menara masjid di seluruh dunia. Ini terang benderang bak matahari.

Maka terdapat enampuluh asma dari matahari itu yang diramalkan dalam “Buku orang mati” yang dengan jelas menunjukkan kedatangan dari Nabi Islam. Misionaris Kristen secara salah berusaha memaksakan sebagian dari asma ini kepada Yesus Kristus. Meskipun simbol dan pertanda itu sebagian besarnya bersifat perumpamaan, artinya tidaklah membingungkan. Di sinilah semua dari mereka itu:

Catatan: Sebelum saya perbincangkan enampuluh aspek dari Horus, saya akui bahwa tanda dan gambar itu kebanyakan sangat sulit, maka saya tidak mengambil-alih tanggung jawab bahwa terjemahan ini pasti benar. Saya bersandar hanya pada bacaan para ahli ilmu Mesir Kuno. Saya sangat berhutang budi kepada Mr. Albert Churchward, dari Freemanson, penulis buku Sign and Symbols of Primordial Man. Kutipan ini diberikan dari bukunya.

1. Masa Kanak-kanaknya.

Dalam “Kitab Orang Mati” bab 58, Horus ditunjukkan bahwa dia dikhitan dan dengan jatuhnya tetesan darah. Khitan adalah perjanjian Tuhan dengan Ibrahim dan begitu penting dalam pandangan Tuhan sehingga, ketika Musa menunda khitanan puteranya, maka Tuhan Allah begitu marahnya, sehingga nyaris dia bunuh nabi besar itu. Lalu Zipora(isteri Musa) mengambil sebuah pisau batu, dan memotong kulup (kulit penis) puteranya dan kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa. Sakit Musa mereda dan segera dia sembuh sehat kembali (Keluaran 4:24-26). Dan ketika bani Israil tidak menjalankan sunat, mereka tidak diberi kekuatan oleh Tuhan guna menaklukkan Tanah Yang Dijanjikan (Yoshua, 5:3). Tetapi secara kiasan khitan berarti “Berikrar hanya mengabdi kepada Tuhan Yang-esa”. Keesaan Tuhan dan beribadah kepadanya saja, adalah inti-sari ajaran Muhammad, yang tidak saja dikhitan melainkan seorang utusan yang tekun dalam menyampaikan keesaan Ilahi.

2. Ibu yang besar dengan banyak puting payudara.

Ini adalah kata-kata penting dalam Egyptologi. Nama ibu ini yalah ‘Kat’. Dan selalu dihubungkan dengan ‘Isis’ yang “banyak putingnya atau banyak susunya”(2). ‘Mekkah’ dalam bahasa Arab berarti ‘Payudara seorang ibu’. Kota ini adalah ibu dari Nabi Suci, begitu pula Induk dari semua bangsa-bangsa; karena itu nama keduanya adalah Umm al-Qura, ibu dari bangsa-bangsa. Secara kiasan, dia adalah ibu yang banyak payudaranya atau banyak putingnya, ibu sejati dari seluruh dunia (Q.S. 6:93).

3. Pada usia kenabiannya.

“Pada waktu kelahiran Horus seekor kalajengking yang sangat kuat menyengatnya”. Ada dua kelahiran dari setiap nabi, satu dari ibunya dan satu dari Tuhan. Pada kelahiran keduanya ketika Nabi Suci kita dibangkitkan kepada kenabiannya maka kalajengking (musuh)nya sangat kuat dan menyengatnya dengan sangat parah.

4. Usia kehidupannya dinyatakan duabelas tahun.

Sesungguhnya duabelas tahun kehidupan Nabi Suci kita di Mekkah adalah keras dan berbahaya dan ada kalajengking di seluruh negeri.

5. Horus dirancang dengan ‘Semangat Benih’.

Di tengah musuh yang menyengat terus-menerus, dia akan tumbuh dengan cepat dan mantap. Agamanya seperti benih muda di tangkainya. Seperti dinyatakan dalam Quran:



“Itulah gambaran mereka dalam Taurat, dan gambaran mereka dalam Injil; bagaikan benih yang mengeluarkan tunasnya, lalu menguatkan itu, maka jadilah itu kuat dan berdiri dengan teguh di atas batangnya, yang menyenangkan bagi para petani” (Q.S. 48:29).

6. Dikatakan, “Dia itu kawannya ikan”.

“Maka nantikanlah keputusan Tuhan dikau dengan sabar, dan janganlah engkau seperti Kawannya ikan, tatkala ia berseru selagi ia dalam kesengsaraan” (Q.S. 68:48).

Seperti Yunus, Nabi Suci kita pergi ke mulut gua, dan setelah tiga hari beliau keluar. Adalah suatu keajaiban besar bahwa golongan pencari dari musuh-musuhnya, meskipun berdiri di mulut gua itu, tidak melihat Nabiyullah.

7. “Pimpinan agung pemukul batu”.

Pemukul batu adalah simbol dari Freemason, tanda untuk melicinkan permukaan. Muhammad jelas adalah Pimpinan Agung pemukul batu yang memecahkan segala batu dan hambatan yang memisahkan bangsa­bangsa di dunia dan melicinkan agama dari seluruh dunia. Dengan ini, bacalah kredo Freemason:: Dalam rumah dari ‘dua kampak’(atau pemukul batu) ini akan menjadi perwakilan dari “Pimpinan agung pemukul batu” dari Mesir, sama seperti Dia yang kami temukan di Meksiko.(3)

8. “Dia Yang-agung”, “Dia Yang-perkasa”.

Pastilah ini Muhammad, yang mula pertama sendirian di tengah 60.000 musuhnya sehingga dialah seorang yang perkasa, yang agung, yang bisa mengungguli paling tidak 60.000 musuhnya itu yang menjadi kawan­kawannya dan setiap orang dari mereka sanggup mengorbankan jiwa baginya. “Seorang Perkasa dan Seorang Besar yang unik”, yang berperang melawan ribuan musuhnya, di garis depan. Dia tak pernah membunuh seorangpun dengan pedangnya dan tak seorangpun punya kekuatan untuk membunuhnya. Dalam pertempuran panjang yang berlangsung sepuluh tahun lamanya, ada 120 suhada dan hanya 150 dari musuhnya yang terbunuh sedangkan sepuluh juta mil persegi tanah ditaklukkan tanpa pertumpahan darah. Betapa seorang besar dan perkasa dia itu! Segala puji bagi Allah dan salawat bagi Muhammad s.a.w.!

9. “Seorang tuna-netra”.

Suatu masalah yang sulit, tak diragukan lagi, tetapi dalam gambarnya yang asli, Horus dilukis di depan matanya ada semak, yakni, dia tidak buta dalam pengertian sebenarnya tetapi ada semak lebat di hadapannya. Arti pentingnya di sini jelas dari lidah Quran Suci:

“Bukankah ia menemukan engkau seorang anak yatim, lalu Ia memberi perlindungan? Dan Ia menemukan engkau meraba-raba, lalu Ia menunjukkan jalan yang benar” (Q.S. 93:6-7).

Sebelum wahyu turun kepada nabi Suci maka gelap-gulita menyelimuti seluruh dunia. Nabi Suci mencari­cari jalan untuk mengeluarkan umat manusia dari keadaan itu. Dia, dalam keadaan itu, meraba-raba di kegelapan dalam mencari cahaya. Keadaan semacam ini, dalam gelap pekat, tanpa kitab atau petunjuk yang masih asli murni yang masih tersisa. Jika ada secercah cahaya dalam suatu kitab suci, maka itu diselimuti oleh paderi dan pendeta sehingga ada kegelapan cimmerian di seluruh dunia. Adalah wajar bila manusia tidak dapat menemukan jalan keluar dalam keadaan ini. Maka di sini dinyatakan: Engkau meraba­raba di kegelapan, lalu Ia menunjukkan jalan. Inilah arti sebenarnya dari “Seorang tuna-netra”.

10. Horus Permata Emerald.

“Permata Emerald” berarti yang menghapuskan dosa-dosa dan merujuk kepada ketulusannya yang tiada tandingannya. Arti dari ‘pendar cahaya’ yakni sifat mulianya yang luar biasa. Maka hal itu dijelaskan oleh Tuhan Sendiri:

“Dan sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang agung” (Q.S. 68:4).

Ini juga dikatakan sebagai ‘pangeran dari Permata Emerald” yakni mempunyai akhlak yang luhur.

11. Raja dari hati.

Dalam bahasa kiasan ini adalah hati yang bermahkota, dimana ada tiga tongkat cahaya. Ini menunjukkan bahwa hatinya adalah raja dari banyak hati, satu-satunya dan raja yang unik, dimana pengawasannya tidak saja ke jasad fisik manusia melainkan juga kepada hati mereka dengan memberi cahaya ke dunia. Cahaya ini ada tiga macama, Pemeliharaan, Kasih dan Kebijaksanaan, atau seperti yang dikatakan Freemason: Kekuatan, Kebijaksanaan dan Kasih. Dalam teologi Islam adalah Quran Suci dengan kebijaksanaannya dan contoh mulia dari Nabi Suci.

12. Cahaya dunia.

Sebelum Nabi Suci kita, tidak ada konsepsi di seluruh dunia. Setiap nabi datang ke bangsa dan negerinya sendiri. Musa dan Kristus adalah untuk bani Israil dan mereka tak ada sangkut-pautnya dengan kaum lain. Dikatakan tentang Isa:

“Dan engkau Bethlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel” (Matius 2:6, Micah 5:2, Yohannes 7:42).

“Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”(Matius 15:24,10:5,6. Acts,3:25,26,13:46, Roma 15:8). Yesus tidaklah untuk sepanjang masa: “Selama aku di dalam dunia, akulah terang dunia” (Yohanes 9:5).
Yesus berkata kepada mereka:

“Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang” (Yohanes 12:35-36).
Paulus telah memberikan alasan yang bagus untuk ini, katanya:

“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu” (I. Korintus 13:11).
Sebelum itu dia berkata:

“Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”.(I Korintus 13:9-10).

Nabi Suci adalah Alpha dan Omega dari seluruh nabi-nabi yang telah dibangkitkan di segenap bangsa di dunia, sebagaimana Quran Suci menyatakan dengan kuat dan jelas:

“Dan tiada Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian bangsa”
(Q.S. 21:107).

13. Horus sedang menangis.

Dalam ‘benda-benda antik Meksiko’ Horus telah dipertunjukkan sedang menangis. Ini adalah tangisan dari Hezekiah, tangisan Ayub, Daud, Isaiah, Yeremiah dan Yehezkiel, tetapi tangisan mereka adalah karena rasa takut mereka. Dan Yesus menangis atas kemaatian Lazarus. Setiap dari kita terkadang menangis, tetapi tangisan orang itu sungguh berharga bila menangisi kemerosotan pada umumnya dan dia menunjukkan kata-kata dalam tangisnya:

“Wahai air-mataku, buatlah tangisanku demi engkau, wahai manusia!”

Seperti suatu gambaran-pena dari nabi Suci kita, di saat beliau menangis di gua Hira karena kejahatan dalam diri manusia dan mohon petunjuk demi seluruh umat, dan tangisannya yang terus-menerus ini membuat seluruh langit menangis.

14. Penghapus dosa-dosa.

Hanya ada satu rujukan dalam Lukas, bahwa Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).

Ini tidak dicatat oleh Matius, ataupun Markus ataupun Yohanes. Lebih dari itu, bahkan dalam MSS yang otoritatif, ini dihilangkan. Karena alasan ini maka ayat ini adalah palsu, tetapi mendapatkan banyak preferensi dari para propagandis. Bahkan menganggapnya sebagai asli-murni pun hanya setengah kebenaran, dengan alasan karena, dalam kutipan aslinya, “Penghapus dosa” diikuti dengan kata-kata, “Dan tali rumput” yang berarti ‘menahan dari kegelapan kepada cahaya’. Maka dalam istilah Freemason ini digambarkan sebagai tali ‘satu kabel bercabang dua’ yang berarti bahwa ‘kepercayaan mereka kepada Tuhan dan ketergantungan mereka kepada-Nya dan bahwa mereka mengabdikan dirinya kepada kehendak –Nya dan melayani-Nya’.(4) Sekarang bandingkanlah ayat Lukas tentang ‘pengampunan dosa’ yang kita perbincangkan di atas dengan doa dari Nabi Suci. Ketika beliau terluka, berdarah-darah, kehausan dan kelaparan akibat perlakuan musuh-musuhnya di Taif, beliau tak lupa mengangkat tanagannya dan berdoa. Ini berisi permohonan pengampunan bagi mereka tetapi lebih dari itu “bimbinglah orang-orang ini di jalan yang benar karena mereka tidak tahu apa yang mereka kerjakan”. Tidak hanya pengampunan yang diminta melainkan juga “satu kabel dua tali” untuk menarik mereka keluar dari jurang kegelapan kepada cahaya. Kehangatan dalam kasus ini adalah bahwa mereka sungguh-sungguh tertahan. Mereka percaya kepadanya dan berpegang erat kepada kabel, tetapi bukan kabel dengan dua tali dari Freemason melainkan “tali Allah” yang diulurkan dari langit yakni al-Quran (3:102).

15. Tangkai muda biji-bijian (lihat No.4).

Tangkai muda biji-bijian keluar dari mumi Horus dekat air yang mengalir, mereka mengatakan bahwa Horus mewakili sebagai pembawa keluar makanan dalam bentuk biji-bijian atau tangkai jagung dekat suatu air terjun (5). Setelah duabelas tahun penganiayaan mereka memutuskan untuk membunuhnya. Ketika mereka melihat begitu kecilnya satu biji jagung ada di tengah semak berduri yang kuat, tumbuh dan mengakar kuat dalam tanah berbatu semacam itu serta hari demi hari semakin kuat dan lebih kuat, mereka sepakat untuk membunuh dan membakarnya, tetapi pada saat itu biji kebenaran berkembang-biak dan tangkai jagung keluar darinya. Ini juga dekat dengan air yang mengalir, yakni wahyu yang tercurah dari langit sehingga bahkan seluruh dunia tak bisa menahannya. Inilah agama Horus yakni Islam.


2. Primordial Man, hal.123.
3. Primordial Man, hal.32, The Book of the Dead, bab XVII.
4. Primordial Man, hal.205.
5. Primordial Man, hal.73.

MUHAMMAD DALAM SILABUS MISTIK ‘KITAB ORANG MATI’, SIAPAKAH HORUS?

16. Horus adalah Osiris dalam kelahirannya kembali.

Hijrahnya dari Mekkah ke Medinah adalah kelahiran kembalinya Muhammad, tetapi apakah ‘Osiris’ itu? Ini kata yang sangat signifikan. Ini menunjukkan ‘peradilan’. Maka kehidupan di Medinah adalah suatu pengadilan dalam pengertian yang sebenarnya. Di Mekkah, penganiayaan, penindasan, tirani, kesulitan hidup dan kekejaman sungguh melewati batas. Sekarang tibalah keadilan. Sungguh sedih kita tidak melihat hari pengadilan dalam kehidupan Yesus di dunia ini. Hidupnya berakhir dengan tragis. Tetapi dalam kehidupan Nabi Suci kita benar-benar hari pengadilan itu terjadi. Hari keadilan yang dijanjikan tiba. Kasus ini berkaitan dengan dua golongan. Kekejaman, kekerasan, intensitas dan kekuatan di satu sisi, kemuliaan, kesucian, kepolosan, bebas dari salah dan dosa di fihak lain. Osiris yang tak berdosa mendapatkan keputusan yang menguntungkan dan para penentang masuk neraka. Ini adalah hari pengadilan di bumi ini. Hari pengadilan ini telah diramalkan sebelumnya oleh semua nabi.

“Pengadilan adalah kepunyaan Allah” (Keluaran 1:17).
“Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar!” (Mazmur 1:5).
“Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagiMu, ya Tuhan” (Mazmur 101:1).
“Banyak orang mencari muka pada pemerintah, tetapi dari Tuhan orang menerima keadilan” (Amsal 29:26). Hidup para pemenang pada hari Keadilan!

17. Yang lebih tua!

Ada dua kelahiran dari Horus, seperti yang dikemukakan di atas. Pada awal turunnya wahyu, Nabi Muhammad tinggal di Mekkah selama sekitar 12 tahun dan setelah itu hidup di Medinah kira-kira 11 tahun. Ada dua Horus, satu yang muda, satu yang lebih tua. Tigapuluh tahun adalah bilangan yang dibulatkan dan ada kesalahan beberapa tahun dalam pencatatan, atau memang dibuat-buat ole misionaris Kristen. Ini adalah kehidupan yang berlangsung selama 12 tahun di Mekkah dan 11 tahun di Medinah yakni jumlah seluruhnya 23 tahun, tetapi dia yang lebih tua di Medinah dalam sukses dan kemakmuran. Hidup Yesus selama duabelas tahun pertama adalah di bengkel tukang kayu. Tidak seorangpun yang punya sepotong fakta yang meyakinkan selama periode ini untuk meyakinkan, namun kehidupan Muhammad di Mekkah selama 12 tahun dan di Medinah 11 tahun, yakni jumlah seluruhnya 23 tahun, adalah suatu fakta sejarah dan, lebih tua dalam usia, beliau semakin unik dalam rahmat dan kemenangannya.

18. Raja dari langit!

Ini menunjukkan jiwa yang hidup dari ‘Ra’(Matahari) di langit. Tak dirgaukan lagi, Ra adalah nama matahari di langit. Jika matahari materi itu raja di langit, maka Nabi Suci adalah raja dari langit ruhani. Atau raja dari kerajaan Tuhan di bumi sedangkan nabi terakhir dari bani Israil adalah bintang timur yang memberi kabar gembira bahwa “Matahari akan segera terbit”.

19. Raja dari dua cakrawala.

Ini berarti bahwa Horus adalah tuan atau raja dari dua dunia, dunia fisik maupun ruhani. Kewibawaan Muhammad sebagai penguasa dan sebagai nabi adalah suatu fakta yang diakui. Secara eksplisit Yesus berkata:

“Kerajaanku bukan dari dunia ini; jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi kerajaanku bukan dari sini” (Yohanes 18:36).

20. Tuhan dari utara dan selatan.

Dalam Egyptologi tuhan dari nurtunga dan warringa, cukup jelas bahwa Nabi Suci kita tidak khusus bagi bani Ismaili seperti halnya Yesus yang hanya khusus untuk bani Israil. Sebagaimana ditekankan dalam Quran Suci, maka Nabi Suci diutus kepada segenap bangsa di dunia. “Cahayanya… bukan kepunyaan Timur dan bukan kepunyaan Barat”(Q.S. 24:35). (Peringatan! Jangan disesatkan dengan istilah ‘tuhan’ dalam kutipan di atas. Ini adalah julukan kewibawaan; malaikat dan para nabi dirujuk dalam Alkitab juga sebagai tuhan).

21. Aliran air dimana tak seorangpun manusia bisa menguras airnya!

“Wahai, Huhotep ini, yang sangat agung, aliran air dimana tak seorangpun bisa menguras airnya, karena takut aumannya”(6). Di sini adalah gambaran penuh makna dari Quran Suci. Dimana air Alkitab itu selalu dicemari dengan tambahan dan penghapusan. Adalah al-Quran yang bergema terus di seluruh jagat Islam dari sejak turunnya wahyu yang pertama hingga hari ini. Cermatilah dalam membaca kata-kata berikut dari Egyptologi dan bandingkanlah dengan firman dalam al-Qur'’n. Ini adalah suatu mukjizat yang tak bisa ditandingi: “Tuhan Yang Maha-luhur selalu menjaganya, sehingga tak seorangpun bisa mendekatinya.Akulah elang-rajawali yang akan menjaga aliran air itu selamanya”. Analogi yang mirip dengan ini adalah firman dalam al-Quran:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Peringatan (al-Quran), dan sesungguhnya Kami adalah penjaganya”(Q.S. 15:9).

“Sesungguhnya itu Quran yang murah-hati. Dalam Kitab yang dilindungi. Yang tak seorangpun dapat menyentuh itu, kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan sarwa sekalian alam” (Q.S.56:77-80). Lagi, dikatakan di sana: “Tidak, itu adalah Quran yang mulia. Dalam Loh yang dijaga” (Q.S. 85:21-22).

22. Air tuhan yang besar! (7).

Dibelakang konsepsi ini terletak suatu pemikiran yang diketemukan pada banyak bangsa primitif, dan khususnya di kalangan suku Hemitis dari Afrika, dengan mana bangsa Mesir mempunyai hubungan dekat secara etnologis maupun kultural. Raja diidentifikasi sebagai air kehidupan dan pohon kehidupan. Ini bisa ditafsirkan berarti: karena air itu merupakan sumber kehidupan, ini untuk menarik perhatian kepada persamaan yang menonjol atas kebenaran ruhani yakni bahwa hanya dengan wahyu Ilahi, yang berkali-kali dibandingkan dengan air ini dalam al-Quran; bahwa kehidupan diberikan ke dunia ini dengan Kitab-Nya yang lengkap dan sempurna; kalau tidak, mereka akan mati dalam dosa dan korupsi (kerusakan).

23. Horus sebagai kanak-kanak.

Horus kanak-kanak sebagai pembawa makanan pada saat sungai Nil pasang (8). Makanan di Mesir, tanpa ragu lagi, tergantung kepada melimpahnya aliran sungai Nil secara priodik. Begitu pula persediaan ruhani yang tergantung kepada sungai Nil spiritual yakni al-Quran. Demikianlah Mesir akhirnya diairi olehnya dan nubuatan ini karenanya tergenapi dalam pengertian yang sebenarnya.

24. Kepala dari Nomes!

Nome adalah kata Perancis, yang berarti nama alias, titel, nama samaran penulis dan sebagainya. Dalam Egyptologi ini adalah pembagian wilayah. Muhammad atau Ahmad adalah suatu nama yang unik, yang belum pernah digunakan sebelum turunnya Nabi Suci, sungguh berlawanan dengan ini, Yesus adalah nama yang biasa digunakan orang. Terdapat banyak Yesus disamping Yesus Kristus. Satu dari mereka adalah ‘Yehoshua’, seorang komandan setelah Musa.

No.25 – 27 telah didiskusikan, lihat masing-masing No.10,12,13.

28. Tuhan merah.

Tuhan merah dari bangsa Meksiko (Amerika Tengah) menghadirkan Horus sebagai dewa pembalas dari ‘Osiris’ yang menderita. Dia juga hakim yang adil dan tulus, yang menjalankan peradilannya di balai pengadilan ‘Mati’ pada hari pembalasan. Dalam Mantera bab 57, dia karenanya disebut:

“Seorang yang adil, wahai engkau yang ahli atas dua dunia; tuhan merah, yang memerintahkan tanda eksekusi, kepada siapa diberikan dobel, seperti Horus pada kedatangannya yang kedua”.

Tidak perlu diberikan komentar atas hal ini. Nabi Suci kita yang mempunyai dua nama, menyajikan dua masa kehidupannya. Hidup di Mekkah dan hidup di Medinah. Kehidupan di Mekkah itu adalah kehidupan Ahmad dan kehidupan di Medinah adalah kehidupan Muhammad. Muhammad itu merah sebagaimana dikatakan: Sebagai dewa pembalas dari Osiris yang Menderita, hakim yang adil dan tulus, yang menjalankan peradilannya di balai Pengadilan. Sekarang, kata Madinah berarti balai Pengadilan. Ini adalah dari akar kata ‘din’ yang berarti pembalasan atau pengadilan. Jethro, ayah mertua Musa, adalah ketua pengadilan yang pertama dari kota ini yang mengajar Musa bagaimana mengadili pertengkaran di antara suku karena Musa sudah terlalu lelah mengurusi mereka semuanya (Keluaran 18:14-26). Ada dua nama dari ketua pengadilan masing-masing berasal dari nama kepala sukunya. Pertama adalah Yathrib yang berasal dari nama ‘Yethro’(9), dan yang satu adalah ‘Madinah’ yang berarti seorang kepala pengadilan atau balai pengadilan. Nama yang dinyatakan dalam Quran Suci adalah Syuaib sebagaimana dikatakan dalam Alkitab sebagai ‘Hobab’. (Bilangan 10:29, Hakim-hakim 4:11). Kata Madinah itu bukanlah kota yang dikira terletak di selatan Sinai Timur, tetapi ini adalah ‘Modinah’, satu kota tua yang disebut oleh Ptolomeus seorang sejarawan kuno. Modinah Ptolomeus adalah Madinah di jazirah Arab (Saya telah mendiskusikan hal ini dalam buku ini dengan judul ‘nubuatan Musa’). Penulis Alkitab dalam hal ini sungguh sangat melebih­lebihkan. Eksodus yang sebenarnya dari bani Israil sesungguhnya tidak diketahui. Maka Madinah adalah balai pengadilan dimana hakim yang benar melaksanakan keadilan. Sesungguhnya ahli-ahli Mesir Kuno salah baca sebagai ‘Mati’; yakin itu adalah Madinah.

29. Kunci pengikat Horus.

Kuncinya bukan dari besi melainkan rambut. Keindahan pengikat rambut Nabi Suci kita didendangkan oleh Sulaiman dalam Kidungnya:

“Bagaikan emas, emas murni, kepalanya, rambutnya mengombak, hitam seperti gagak” (Kidung Agung 5:11).

“Bagaikan merpati matamu, di balik telekungmu….

Bagaikan belahan buah delima pelipismu, di balik telekungmu” (Kidung Agung 4:1-3). Rambutnya yang bergelombang, bak malam keperakan. Membuat bahunya bercahaya redup. Rambut Nabi itu berombak, dan tidak lurus tergantung; rambutnya lebat namun tak terlalu rapat. Seringkali dikatakan bahwa rambutnya ini mencapai daun telinganya. Rambutnya hitam. Di janggutnya dan ikatannya hanya ada 17 rambut abu-abu dan tak pernah lebih dari itu.(10). Sebagaimana digambarkan dalam “Kitab Orang Mati”, demikianlah ikatan rambut Nabi. Tetapi apakah arti ikatan rambut ini dalam bahasa kiasan? Ini adalah nazar untuk hidup suci, murni dan mulia, secara positif menghindari anggur dan segala jenis minuman keras serta menjaga diri dari kesenangan duniawi (Bilangan 6:1-5).

30. Horus dalam bentuk elang atau rajawali.

Dinyatakan bahwa Horus adalah elang berKepala Emas (bandingkanlah dengan Kidung Agung, 5:11) dan Horus menghadapi Sut(Setan) dalam bentuk seekor elang (11), dan membunuhnya, sebagaimana dinubuatkan dalam Alkitab: ‘Ini akan meremukkan kepalamu’(Kejadian 3:15), yakni, tuhan perdamaian akan meremukkan kepala ular naga (Setan) (Roma, 16:20, Wahyu 12:8-9), tetapi Setan akan meremukkan tumit orang-orang jahat. Sesungguhnya Nabi Suci telah bersabda: “Setanku bukan setan lagi”. Agak berlawanan dengan ini, dicatat dalam Alkitab bahwa Setan empatpuluh hari bersama Yesus dan menggoda dia (Markus 1:12-13); dia tidak meremukkan kepalanya, tetapi, sebaliknya, Setan merasuki Yudas (Lukas 22:8), dan Petrus (Matius 16:28), dan memberi kekuatan kepada musuh-musuhnya untuk menyalib Yesus.


MUHAMMAD DALAM SILABUS MISTIK ‘KITAB ORANG MATI’, SIAPAKAH HORUS?

31. Horus dalam bentuk seekor burung.

Rajawali atau elang mewakili Horus, dan gagak adalah simbol Sut (12). (Lihat no.30).

32. ‘Horus sebagai Har-Machus’, berarti kapak dobel atau pemukul batu (Lihat no.6).

33. Horus pada usianya yang kedua belas tahun. (lihat no.2 dan 28).

34. Horus pada usianya yang ketiga puluh tahun (lihat no.28).

35. Horus sebagai seorang mumi (Lihat no.15).

36. ‘Horus sebagai satu ruh yang besar’. Ini dalam ‘Kitab Orang Mati’ bab 78.

Dia adalah ruh yang hidup dari Ra (matahari di langit). Dia adalah satu-satunya dari ruh besar yang dilahirkan dari ibi 'T‘juh ruh besar’, identik dengan tujuh nabi besar yang menubuatkan kedatangannya.

37. Saya merantai Sut (Setan) (Kitab Orang Mati, Piring no.5).

Sut atau setan dirantai di dunia bawah. Adalah kenyataan bahwa dia dirantai di Arabia, yakni seluruh negeri Arabia disucikan dari penyembahan berhala, miras, dan kejahatan lain-lainnya. Suatu fakta unik yang tidak pernah terjadi dimanapun dalam sejarah kemanusiaan.

38. Ibu besar menyusui Horus.

Kata-kata ini sangat signifikan, dalam Egyptologi nama ibu itu adalah ‘Kat’ dan dia selalu dihubungkan dengan ‘Isis’. Mekkah dalam bahasa Arab berarti susu ibu. Makkah sebagai ibu dari bangsa-bangsa juga ibu dari Nabi Suci, dia yang menyusuinya segera setelah kelahirannya. Dengan wahyu Makkiyah kita menunjukkan bahwa wahyu itu diturunkan di Mekkah. Kelahirannya ini adalah kelahiran kedua atau kelahiran spiritual menunjukkan bahwa Ruhul Qudus datang kepadanya, dengan perkataan lain suatu kelahiran dari Tuhan. Islam, atau wahyu Ilahi, diperlakukan buruk oleh Sut (musuh). Dus ini digambarkan sebagai kalajengking besar, yang menyandera Isis dan Horus, yakni ibu dan anak, sebagai tawanan di sebuah rumah, tetapi dengan pertolongan Jibril, yang dalam Egyptologi disebut Thoth, dia meloloskan diri dengan anaknya, menurut teks Egyptian. Seperti telah diterangkan, Mekkah dalam tempat pertama mewakili Islam, yang melahirkan Nabi Suci kita. Dalam permulaan Islam dan anaknya, yakni Nabi Islam, dianiaya oleh kalajengking atau musuh-musuh Islam, tetapi, setelah itu, dengan pertolongan Jibril, Islam dan Nabi Islam keduanya lolos, dalam fraseologi Mesir.

39. Horus sebagai satu dari tujuh ruh besar.

Tujuh bintang di langit menunjukkan bintang-penunjuk, dan bintang ini adalah titik tetap di langit, yang memberikan petunjuk sejati kepada pengembara. Ini diperkuat oleh Quran Suci:

“Dan tanda-tanda batas. Dan mereka menemukan jalan yang benar dengan bintang-bintang”(16:16).

Sebagaimana tujuh bintang di langit menunjukkan jalan yang benar, demikian pula tujuh Rishis atau nabi, yang membimbing setiap pencari kebenaran kepada bintang petunjuk ruhani yang abadi posisinya di langit ruhani yakni Muhammad, akhir dari para nabi. Tujuh nabi besar ini adalah Nuh, Ibrahim(Brahma), Musa, Daud, Buddha(Dzulkifli-Pent.), Sulaiman dan Yesus(Isa-Pent.). Ini semua jelas meramalkan kedatangan Nabi Suci kita.

40. Horus sebagai bintang-penunjuk.

Dalam mitologi, bintang-penunjuk adalah emblem yang menunjukkan stabilitas, suatu pengaturan singgasana kekuasaan. Ini disebut Anup atau Horus dalam Mesir Kuno, Sydek di Phunisia, ‘An’ di Babylonia, Ame-No-Foko-Tachi-Kami pada bangsa Jepang. Agak paralel dengan mitologi Mesir ini; tertulis dalam Rig Weda bahwa “vishai karman berdiam di Utara tertinggi dibawah tujuh Rishi”(Rig Weda 10:82:2). Horus dari Mesir dan vishai karman yakni Aditya(matahari) adalah persamaan nama. Vishay karman adalah Aditya, yakni matahari (Nirukt.10:26). Vishai karman ini dinyatakan dalam Rig Weda mengabdikan dirinya semata-mata kepada Tuhan Yang Maha-kuasa, dan ini dinyatakan dalam Quran Suci:

“Katakanlah: Sesungguhnya salatku dan pengurbananku dan hidupku dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan sarwa sekalian alam.Ia tak mempunyai sekutu. Dan ini diperintahkan kepadaku, dan aku permulaan orang yang berserah diri” (Q.S. 6:163-164).

‘Aku permulaan orang yang berserah diri’ paralel dalam Rig Weda sebagai “prathmach-had vram”, “Yang pertama menyembah atau memuja atau yang pertama berserah diri” (Rig Weda 10:81:1). Setiap orang dari kita mengetahui bahwa bintang-penunjuk ada di langit tertinggi di Utara. Tujuh Rishis atau Pembawa yang Besar menunjuk kepada bintang-penunjuk. Dalam seluruh dewa mistis bintang-penunjuk adalah simbol dari stabilitas, (namanya dalam Sanskrit adalah Dhruv yakni tetap dan stabil) suatu tempat kedudukan dan singgasana kekuasaan, yakni dewa tertinggi (tuhan/dewa sebagai istilah kewibawaan dan kehormatan). Ini berarti ‘Horus’ dan Horus adalah prototype dari matahari atau, lebih tepatnya, “matahari yang akan tiba”, yakni Nabi Suci Islam, sebagaimana saya telah sebutkan sebelumnya. Tetapi bintang-penunjuk ini adalah emblem dari stabilitas, seperti bintang yang tak pernah tenggelam. Bintang-bintang lain berubah posisi dan tenggelam, tetapi bintang-penunjuk selalu dalam kedudukan yang tetap atau di atas cakrawala Utara. Aspek ini adalah tanda-bukti dari kenabian nabi Suci kita, yang tak pernah berubah, tak pernah hilang sedikitpun, selama dan selama-lamanya stabil dan teguh laksana bintang-penunjuk. Nama lainnya dalam Egyptologi yakni Anup suatu kata biasa dalam Sanskrit dan Egyptologi yang berarti sebatang pohon dekat air; anda boleh menyebutnya senantiasa hijau. Ini adalah suatu subyek yang sangat luas sehingga satu buku bisa ditulis untuk perkara itu saja. Seluruh surat 53 dari al-Quran berisi subyek perkara ini atau suatu ringkasan darinya. Di sini saya akan tunjukkan hanya satu ayat saja dari surat itu: “Demi bintang tatkala terbenam” dari bukit menurut Egyptology, atau sesudah pendakiannya menurut beberapa muslim dan tafsir dari Imam Jafar. Dengan bintang yang dimaksudkan adalah Nabi Suci, yang turun dari bukit serta membawa pesan bagi seluruh kemanusiaan.(Dalam fraseologi Freemason, bintang-penunjuk adalah semacam keabadian, karena, jelas, dia tak pernah berubah dengan berjalannya waktu. Ini adalah simbol yang paling awal dari keunggulan kecerdasan, yang memberi hukum di langit, suatu titik patokan di langit bagi fikiran manusia untuk menggantungkan dirinya dari titik pusatnya ke pinggiran, satu titik dalam lingkaran dari mana kita tak bisa meleset lagi.(13). Mata di puncak bukit atau titik di tengah lingkaran adalah sejenis ‘Anup’, dan hukum yang paling awal di langit itu diberikan di puncak bukit, karena puncak bukit itu bayangan dari penunjuk, dan ‘Anup’ menata hukum sebagai hakim). Kata-kata dalam Quran Suci adalah sebagai berikut:

“Kawan kamu tidaklah sesat, dan tidak pula menyimpang. Dan ia tak berbicara atas kemauan (sendiri). Itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan” (Q.S. 53:2-4).

Dan ayat berikutnya. Bintang-penunjuk adalah semacam keabadian (atau Nabi Suci pada peristiwa itu sedang dalam tekanan).

“Lalu ia mendekat, dan bertambah dekat lagi, Maka ia berjarak dua busur atau lebih dekat lagi”(Q.S. 53:8-9).

Dan dia mewahyukan:”Dan Dia di cakrawala yang tertinggi, yakni serupa dengan bintang-penunjuk, dan ukuran dari busur, menunjukkan kedekatannya”.

Ringkasan dari semua ini adalah:

Bintang penunjuk adalah lambang dari ‘Horus’ atau Nabi Suci kita, dia menjadi pelayan Tuhan atau terbebas dari pelayanan kepada semua yang lain. Pendakiannya atau ditariknya dia ke dekat Tuhan berarti menerima wahyu atau hukum. Dan ini terjadi di bukit Hira, dimana dia menerima wahyu pertamanya.

41. Horus menjadi penguasa tanah.

Pewarisan dari bumi sekarang diberikan kepada ‘Horus’. Dia memakai dua mahkota yakni sebagai penguasa dari dua bumi; dia sekarang berayun pegangannya bagi dua bumi atau sebagai pemersatu dari dua cakrawala. Rumahnya adalah gabungan dari dua bumi (14). Tidak perlu berkomentar atas hal ini. Sebelum Nabi Suci, ada dua bumi, Utara dan Selatan, atau Timur dan Barat. Nabi-nabi dibangkitkan di setiap bangsa, baik di Timur maupun di Barat. Tetapi Nabi Suci kita adalah penguasa dari kedua dunia, rumahnya adalah bagi yang di Timur maupun di Barat atau bagi yang di Barat dan di Timur, karena dia adalah pusat, pemersatu dari kedua cakrawala.

42. Pertempuran di antara ‘Horus’ dan Sut (Setan).

Ada peperangan di antara Horus dan Sut(Setan). Sut merubah dirinya dalam bentuk ular naga, Horus mengangkat tongkatnya untuk membunuhnya. Sut masuk ke sebuah lubang. Maka Horus dengan tongkatnya mengawasi lubang itu. Ini adalah suatu kenyataan sejarah bahwa, sebelum dibangkitkannya Nabi Suci kita dalam kenabiannya, Sut adalah penguasa jazirah Arab. Ketika Nabi Suci dibangkitkan, ular naga masuk ke lubang. Maka kini tongkat (al-Quran) mengawasi lubang itu, dimana kalau ada al-Quran, maka Setan tetap di lubangnya.

43. Horus mempunyai dua ibu.

Satu Isis perawan tanpa dosa, yakni dalam arti harfiah adalah Aminah, ibu dari Nabi Suci kita. Ibu kedua dari Nabi kita adalah Halimah, yang menyusui Nabi Suci kita. Secara kiasan, Nabi Muhammad pertama adalah putera Aminah, yang suci dari dosa, disusui oleh Halimah, yakni Yang-penyayang.

44. Para pengikut ‘Horus’.

Ada tertulis bahwa pengikut Horus menyerbu negeri, menaklukkan pribuminya, menetap di sana, dan membangun dinasti kebudayaan besar yang kita sebut Egypt (Primordial Man, hal.63). Sekali lagi, nubuat ini digenapi kata demi kata dalam pribadi para pengikut Muhammad. Ini adalah mukjizat kehidupan Muhammad dan para pengikutnya yang menakjubkan. Saya berdoa semoga Egypt sekali lagi akan bangun sebagai suatu peradaban yang besar.

45. ‘Horus’ adalah kebangkitan dan hidup.

Dalam Egyptologi ‘Ptah-saker-Ausar’, yakni, ‘Tuhan sejati dari kebangkitan’. Penderita yang diam, seorang yang berselubung, adalah dewa, yang membuka dunia bawah untuk kebangkiatn dalam mitos matahari yang permulaan (Ibid. hal.404). Dalam kutipan ini seringkali kata tuhan dan dewa digunakan, tetapi harus dicatat bahwa kata-kata ini hanya digunakan sebagai kewibawaan dan keagungan. Tak diragukan lagi bahwa di belakang hari bangsa Mesir menjadi penyembah berhala, tetapi pada permulaannya kebudayaan ini adalah monoteis. Albert Churchward menulis: “Bangsa kuno ini, pada masa Eskatologi mereka, tidak pernah menyembah binatang atau burung atau ular naga sama-sekali, dan adalah kesalahan besar kalau menganggapnya demikian” (hal.401). Maka ‘Horus’ adalah kebangkitan atau dewa kebangkitan, dan ini menunjukkan bahwa bangsa Arab dan Mesir sebelum Nabi Suci itu mati. Mereka tidak mempunyai kehidupan. Nabi Suci memberi mereka hidup, atau dalam istilah Alkitab dan al-Quran: Dia membangkitkan yang mati atas perintah Tuhan, dengan membacakan wahyu Ilahi kepada mereka. Mereka itu secara ruhani sudah mati, karenanya dia membangkitkan mereka secara ruhani.

46. ‘Horus’ sebagai ‘Pangeran perdamaian’.

Suatu terjemah harfiah dari kata ‘Muslim’.

47. ‘Horus’ sebagai singa.

Singa adalah simbol keadilan dan keberanian. Makna keadilan yang dimanifestasikan oleh Islam dan Nabi Islam tidak bisa diketemukan dalam suatu agama, bangsa atau negara yang lain di dunia. Keadilan itu membutuhkan persatuan dari seluruh ras manusia. Ada bermacam-ragam hukum di seluruh dunia, dan hukum itu, selalu bisa berubah. Sedangkan keadilan itu stabil dan permanen selamanya. Hukum Amerika Serikat untuk bangsa Amerika, Inggris untuk bangsa Inggris, sedangkan hukum Islam itu universal dan manusiawi, mengatasi segala batasan ras, warna kulit, atau tapal batas wilayah. Suatu contoh dari hukum Kristen bisa disajikan di sini:

“Tetapi aku berkata kepadamu…siapa yang berkata: Jahil! Harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Matius 5:22). Di sini hakim melebih-lebihkan kejahatan. Seorang kawan tertentu menyebut orang lainnya jahil di depan umum. Yang belakangan mendakwa yang pertama. Hakim mendendanya USD.10. Orang itu membayar dendanya dan kemudian minta salinan dari hakim atas vonisnya itu. Hakim bertanya:”Buat apa? Engkau toh telah mengaku”. Dia menjawab:”Saya menginginkan itu untuk minta banding kepengadilan tinggi sehingga majelis tinggi juga bisa mengetahui bahwa dia jahil”.

Dalam Perjanjian Lama tak ada keadilan diantara orang Israil dan non-Israil. Dalam Hukum Hindu tak ada keadilan dari kasta Brahma dengan orang non-Brahma. Tetapi di dunia ini anda akan dapati keadilan dalam Islam dan dalam dekrit dari Nabi Islam. Arti kedua dari kata singa adalah keberanian. Dan hal ini dinyatakan dalam Quran Suci berkaitan dengan para musuh Nabi Suci:

“Seakan-akan mereka itu keledai yang ketakutan. Yang lari dari singa” (Q.S. 74:50-51).

48. ‘Horus’ sebagai dewa penyembuh.

“Obat bagi apa yang ada dalam hati” (Q.S.10:57).
“Katakanlah: Itu bagi orang-orang yang beriman adalah petunjuk dan obat” (Q.S. 41:44)

Di sini al-Quran disebut penyembuh karena ini adalah obat bagi penyakit ruhani yang meraja-lela di dunia.
Ini Kitab yang membuktikan dirinya sebagai penyembuh, karena dia mendapati suatu negeri yang
dipengaruhi oleh penyakit spiritual dan moral yang paling buruk dan kurang dari seperempat abad seluruh bangsa dan negara bisa dibersihkan dari seluruh penyakit ini. Betapa pun, pengaruh penyembuhannya, tidak saja terbatas di jazirah Arab, dan kini tak ada satu bangsa di permukaan bumi yang tidak berdiri saksi atas besarnya kekuatan penyembuh dari al-Quran, yang begitu sangat jauh jangkauannya sehingga bahkan kaum non-muslim bisa sama-sama memetik manfaatnya.

49. ‘Horus’ sebagai ‘Pembaptis’.

‘Horus’ sebagai Pembaptis dengan api (di dalam tanki yang menyala-nyala). Jelas bahwa baptis dalam agama Kristen itu dengan air, tetapi Nabi Suci membaptis dengan peperangan, yakni api. Ini adalah menyalanya pengurbanan hidup yang diberikan oleh para sahabat Nabi Suci.

50. ‘Horus’ dengan ‘Tat’.

Adalah salah menyatakan bahwa ‘Tat’ itu berarti salib; ini adalah akhir huruf dari alfabet. Di sini menunjukkan nabi yang terakhir.

51. ‘Horus’ bersama Ibunya selama duabelas tahun.

Ibu pertama Nabi Suci adalah Mekkah atau setelah diangkat dalam kenabiannya belaiu tinggal di Mekkah selama duabelas tahun.

52. ‘Horus’ sebagai anak seorang perawan.

Tidak seorangpun dapat membuktikan dengan akalnya bahwa seorang anak tertentu itu dari perawan dan tak seorangpun bisa yakin bahwa anak itu dari seorang perawan kecuali ibunya sendiri. Tetapi setiap orang bisa menyadari bahwa jazirah Arab adalah suatu tanah perawan, sebelum Nabi Suci tak ada nabi yang dibangkitkan di Arabia. Karenanya inilah satu tanah perawan yang mengeluarkan manusia yang sangat luhur itu.

53. ‘Horus’ dibawa oleh Setan.

Ini adalah interpolasi atau rekaan misionaris Kristen bahwa ‘Horus’ dibawa oleh Setan ke gunung. Telah disebut diatas bahwa ‘Horus’ meremukkan kepala ‘Sut’(Setan). Itulah yang dilakukan Muhammad.

54. Horus meluhurkan Tuhannya di segala tempat.

Pastilah ini yang diamalkan oleh Muhammad. Yesus bahkan tidak tahu nama Tuhannya (lihat perbincanagan kita pada nama Yehovah).

55. Horus sebagai Bunga teratai.

Inilah ramalan Buddha mengenai Nabi Suci kita. Teratai adalah lambang kesucian dari dosa. Demikianlah Nabi Suci kita adalah murni dan suci seperti teratai (lihat catatan komprehensif mengenai hal ini dalam silabus mistik dari Buddhisme).

56. Horus datang menggenapi hukum.

Adalah Islam dan Nabi Islam yang menggenapi hukum. Kaum Kristen menghapus dan merusak hukum, dan menjadi ‘Antinomian’.

57. Horus masuk ke gunung.

“Horus masuk ke gunung pada waktu matahari terbenam untuk berwawan-sabda dengan Tuhannya”. Ingatlah Muhammad di gunung Hira.

58. Horus dari segitiga.

Adalah dalam wahyu kepada Nabi Suci kita bahwa Tuhan Yang Maha-kuasa itu mempunyai tiga asma yang menonjol. Pembimbing dan Pemelihara (Rabb), Maha-pemurah (Al-Rahman), Maha-pengasih (Al-Rahim). Ketiga asma inilah yang menjadi penyebab tunggal dari penciptaan.

59. Horus sebagai seorang gembala yang baik dengan lengkungan di bahunya.

Yesus tak pernah menjadi gembala. Dia seorang tukang kayu. Sesungguhnya adalah Muhammad yang menjadi penggembala itu.Dalam bahasa kiasan beliau sangat mencintai para sahabatnya. Beliau tak pernah bersabda kepada salah-seorang pun dari mereka:

“Enyahlah Iblis, engkau suatu batu sandungan bagiku”(Matius 16:23, Yoh.13:2, 27, Mat.14:25,26). Hanya dari duabelas murid terpilihnya saja ada dua yang terpengaruh Setan, karena Petrus mengingkari Kristus tiga kali, dan Yudas menjual tuannya hanya untuk 30 keping (Lukas 22:3, Yoh.13:2,27. Mat.14:25,26). Para sahabat Muhammad lebih menyayangi Tuannya daripada jiwanya sendiri.

60. Horus berjalan di atas air.

Nabi Suci kita tidak pernah mengklaim seni magis semacam itu. Dia berjalan bersama Tuhan sepanjang hidupnya dan tak pernah tergelincir. Air itu berarti rencana Ilahi dan inilah arti sebenarnya dari berjalan di atas air; dan beliau membuat para muridnya mengikutinya dengan sikap yang sama.

Kesimpulan

Ringkasan dari seluruh ideografi Mesir kuno ini ialah: Piramida besar dibangun di Mesir sebagai monumen dan memorial yang awet dari agama awal yang berkembang 6000 – 7000 tahun yang lalu oleh ilham Ilahi berdasarkan ilmu hukum dan pengetahuan sejati dari hukum alam semesta. Sungguh sekarang kita bisa melihat Piramida besar yang mengungguli segala yang lain yang pernah dibangun. Rahasia kuno telah digambarkan secara simbolis di batu-batu, dan bisa dibaca oleh mereka yang memperkenalkan rahasia misteri agama. Dalam ‘Kitab Orang Mati’ dan dalam tanda-tanda di Piramida ada secara singkat namun suatu fakta yang mencerahkan mengenai datangnya kehidupan seorang Guru Dunia. Tanda-tanda ini tak perlu menyebutkan namanya; dialah ‘Horus’ matahari yang besar, matahari yang bercahaya, dan tidak perlu dibuktikan dengan logika. Symbol yang diam initelah memancarakan keindahan dari pribadinya. Swastika, Gemmadion, empat gamma dan fylfot, itu synonim, yang berarti:

Hari-hari yang penuh kegelap-pekatan akan segera berlalu.

Suatu matahari yang memberi cahaya akan menerangi jalan.

Di pusat dari Swastika di sana bersinar nama ‘Horus’ yang berarti matahari besar. Horus dikhitan dan tetesan darah jatuh. Tetapi apakah sunat ini? Secara kiasan ini berarti menyucikan secara spiritual. Seperti yang anda lihat, matahari tidak pernah meninggalkan hukum tetapi selalu mentaati hukum dari Tuhannya dengan berserah diri, maka begitu pula dia yang akan datang akan dikhitan baik fisik maupun spiritual. Kata ‘bersunat’ seringkali digunakan untuk membedakan monoteis dengan politeis. Duabelas tahun (setelah kenabiannya) akan dilewati di tengah kalajengking. Dia adalah tangkai muda jagung yang selalu bertumbuh di tengah semak lebat yang berduri tajam. Dia menangis, dan air matanya mebuat langit menangis, maka hasilnya adalah kegembiraan, seperti pepatah: Siapa yang menanam tangis akan panen kegembiraan. Ini akan menjadi pedoman bagi seluruh kemanusiaan yang berdiri di kegelapan selama ratusan tahun. Dia adalah ‘pemimpin besar dari pemukul batu’ yang akan memecah semua hambatan dan batu, dan meratakan gunung-gunung yang membagi kerajaan Tuhan. ‘Dia adalah yang menderita dengan diam’. Dia tak pernah mengutuk musuhnya (bahkan kepada pohon yang tak berdosa). Tidak, lebih dari itu, dia selalu mendoakan mereka. ‘Pangeran keabadian’. Seperti halnya matahari yang selalu menyinari bumi, begitulah tak ada akhir dari kenabiannya. ‘Dia adalah permata emerald’, yakni penghapus dosa. Seorang pemberi semangat keberanian dengan akhlak yang luhur. ‘Pangeran dari hati nurani’. Dia adalah seorang pemaaf yang agung. Tidak, lebih dari itu, dia adalah satu kabel penarik untuk mengangkat bangsa yang jatuh. ‘Dia mempunyai dua ibu’. Banyak orang mempunyai dua ibu. Tetapi dia mempunyai satu ibu bernama Aminah (yang tak berdosa) dan Halimah (penyayang) yang menyusuinya dengan kasih-sayang dengan perilaku yang luhur. Karena dua ibu ini juga merupakan ibu dalam arti kiasan. Satu dewa-air. Pemilik Al-Kauthar (kemurahan yang berlimpah-ruah). Al-Quran adalah persediaan yang berlimpah-ruah dari air samawi yang diwahyukan di manapun di bumi ini.

‘Tuhan-merah dari keadilan’. Dia adalah singa bukan kambing dari Nazareth. Dia adalah elang rajawali dan bukannya merpati dari Bethlehem, tetapi dia yang perkasa, yang bijaksana.
Dia merantai setan di dunia bawah.
Dia adalah kehendak tujuh nabi besar, yang meramalkan dia.
Dia adalah bintang-penunjuk dari stabilitas.
Dia akan memakai dua mahkota. Sebagai seorang anak yatim di tengah musuhnya yang kuat dia
menegakkan kerajaan dan dimahkotai sebagai seorang nabi besar.
Penganutnya menaklukkan dan menjadi pendiri suatu peradaban baru.
Pangeran kebangkitan. Seorang yang membangkitkan seluruh bangsa (tidak hanya beberapa orang seperti Yesus).
Pangeran perdamaian. Dia membangun dan meletakkan landasan bagi agama perdamaian (Islam) di bumi ini.
Pembaptis dengan api (dengan peperangan) dan bukan dengan air.
Ia berjalan di atas air. Air berarti hukum. Maka ini adalah hukum Tuhan bahwa Nabi Suci itu berjalan di atasnya tanpa takut dan para sahabatnya juga berjalan di atas air dan mengikuti dia.
Dia adalah pangeran dari dua cakrawala. Bukan hanya seorang gembala dari bani Israil yang hilang.
Wahyunya (al-Quran) adalah aliran air yang kuat dan mengaum. Tak seorangpun yang bisa menyentuhnya dengan tangan yang kotor (Q.S.56:79). Ini bukanlah aliran sungai Yordan yang masuk ke Laut Mati dan menjadi bahan yang ditambahi atau di kurangi; dia adalah untuk jangka lama dan selama-lamanya.
Pembawa kesejahteraan (Swastika) untuk dunia. Agamanya bernama Islam (perdamaian sempurna).
Dia adalah tukang ikan. Sebagaimana Yunus yang muncul dari ikan setelah tiga hari, begitu pula
Muhammad keluar dari gua Tsur setelah tiga hari.
Ikatan rambutnya mencapai daun telinganya dan untaiannya hitam seperti burung gagak yang dibenarkan oleh Sulaiman (Kidung Agung 5:11). Untuk gambaran tertulis dari Nabi Suci kita, dari Sulaiman yang kita sayangi, silahkan menampilkan semua atribut dari ‘Horus’ dan anda akan menyadari bahwa ini semua adalah kehangatan serta keelokan dari Nabi Suci Muhammad s.a.w.

MUHAMMAD DALAM KITAB SUCI AGAMA MAJUSI
(ZEND AVESTA DAN DASATIR) (1/5)

Zarathustra adalah pembaharu agama dari Persia kuno (dalam istilah Persia Zardust) Istilah modern Agama Majusi (Zoroaster) diadopsi oleh bahasa Yunani dan Latin. Dalam hymne-nya, nampaknya dia seorang nabi, dengan panca-roba antara keyakinan dan keprihatinan, tetapi dengan pegangan teguhnya kepada Tuhan yang dipertahankan dalam mengalami segala perubahan nasib.Ayahnya menyandang titel Spitmed. Dia memperoleh rukyah di usia muda dan berwawan-sabda dengan para malaikat serta Yang Tertinggi. Keyakinannya atas dakwah dan risalahnya yang suci dihembuskan dengan kata-kata:

Sayalah pilihan-Mu sejak awal, segala yang lain saya anggap musuhku. Kepada-Mu saya mengaduh.

Tataplah aku wahai Tuhan, dan berilah saya pertolongan, sebagai seorang kawan yang menghadiahkan kepada kawan yang disayangi. Katakan kepadaku sebenarnya, wahai Tuhan, dengan amal salih manusia yang akan siap diganjar sebelum kehidupan yang terbaik tiba, Yang memelihara bumi di sini di bawah ini sehingga mereka tidak jatuh? Yang membuat air dan tetumbuhan (Yasht 44:3-5).

Zoroastrianisme (Agama Majusi), yang umum dikenal sebagai Parsi-isme adalah agama kuno Persia. Ini adalah agama orang-orang Iran sebelum Islam. Agama ini juga disebut agama penyembah api dan Magianisme. Kitab suci agama kaum Parsi diketemukan dalam dua bahasa Zendi dan Pahlvi. Disamping dua ini, beberapa kepustakaan dalam tulisan Cuneform juga diketemukan. Naskah Pahlvi menyerupai naskah Persia kini, tetapi Zendi dan Cuneform itu berbeda bentuknya. Dalam kitab suci Iran kuno ada dua pembagian penting, satu dikenal sebagai Zend Avesta atau Avesta Zend, dan yang lain adalah Dasatir. Masing-masing dari mereka dibagi lagi dalam dua bagian Khurda Avesta dan Kalan Avesta, juga dikenal Zend dan Maha Zend, Khurda Dasatir dan Kalan Dasatir. Begitu banyak versi yang berbeda-beda di sana, yang mengenai jumlah, bahasa, serta periode wahyu dari kitab-kitab ini tak ada suatupun yang bisa dipastikan (1). Ada sebelas pengucapan nama Zarathustra (Zoroaster) yang berbeda-beda, yang katanya menjadi ketua pengarang kitab-kitab ini. Apa arti nama Zoroaster itu meragukan. Begitu pula tak ada yang secara pasti bisa mengatakan dimana dia itu berasal dan dimana dia dilahirkan (2). Beragam perbedaan ini mendorong beberapa pakar berpendapat bahwa pribadi Zoroaster itu sesungguhnya hanya fiktif dan khayalan.

Dipercayai oleh penganut Majusi bahwa agama mereka berasal dari zaman yang sangat kuno, tetapi banyak orientalis serta pakar peneliti yang tidak setuju dengan pendapat mereka, dan juga telah menunjukkan melalui fakta sejarah bahwa agama ini telah mengambil beberapa kebajikan dari legenda Yahudi serta mitologi Yunani. Penyiaran agama Majusi ini sejak dahulu terbatas hanya di negeri Persia. Namun, tercatat dalam Dasatir, bahwa Shankara Kas dan Vyasaji, dua penguasa India, setelah lama berbincang bisa diyakinkan akan kebenaran agama ini, dan karenanya mulai mengajarkannya di India (Dasatir, Namah Sasan). Begitu pula, kita temukan dalam Zend Avesta Farvardin Yasht bahwa Buddha telah berdebat dengan mereka lalu mengalahkannya, tetapi anekdot ini tidak dapat dibuktikan apakah lalu agama Weda disiarkan di Persia ataukah keyakinan Persia ini disebarkan di India. Tidak ada catatan sejarah bisa diperoleh untuk menunjang teori ini. Hanya ini yang bisa disimpulkan yakni bahwa baik orang Iran maupun India hanya mempunyai titik persinggungan dalam agama masing-masing. Baik dharma Weda maupun Parsiisme bukanlah suatu agama dakwah dan karenanya mereka hanya terbatas pada perbatasan masing-masing wilayahnya sendiri. Kaum Majusi menganggap dirinya monoteis tetapi orang-orang lain menganggap bahwa mereka itu mempercayai dua tuhan. Mereka menyebut tuhannya sebagai Ahur mazda. Ahur berarti Tuan dan Mazda bijaksana, jadi nama tuhannya adalah ‘Tuan Yang-bijaksana”.

HUBUNGAN AJARAN ZOROASTER DAN AGAMA LAINNYA.

Bagian awal dari ajaran Zarathustra dikenal sebagai Gatha. Kita juga menemukan sebutan Gatha dalam Weda. (3) Tetapi tidak ada disebutkan Weda serta kitab Hindu lain-lainnya dalam kitab suci agama Majusi. Ini menunjukkan bahwa Gatha itu lebih tua dari Weda. Begitu pula, dalam Weda ada rujukan tentang Purana (Yajusha Purana) yang kenyataannya adalah Yajush sah puranam (yajush datang dari Puran). Yajush ini adalah bagian dari kitab suci parsi Zend Avesta. Dan menurut pendeta Hindu, Purana itu tidak lebih tua dari Weda tetapi Weda lebih tua dari Purana, meskipun aneh juga untuk melihat bahwa Purana yajush ha ada terdapat di Zend Avesta dan bahkan di Weda. Karena itu beberapa pakar menyimpulkan bahwa purana tertentu itu lebih tua daripada Weda.

Suatu bagian yang patut direnungkan dalam ajaran Zoroastrian adalah juga kemiripannya dengan ajaran Alkitab dan al-Quran.Di bawah ini kita berikan beberapa petikan dari persamaan semacam itu.

Penciptaan dari alam semesta ini lengkap dalam enam periode masa. Ahurmazda pertama menciptakan langit, lalu air, kemudian bumi, lantas tanaman, kemudian hewan dan pada akhirnya, Dia ciptakan manusia. Manusia itu dilahirkan sepasang, yang dikenal sebagai Mashya dan Mashyoi (lelaki dan perempuan). Pasangan manusia pertama ini tumbuh selama empat-puluh tahun sebagai tanaman dan kemudian berubah dalam bentuk laki-laki dan wanita. (4) Tuhan mengatakan kepada Yim (Nuh) bahwa suatu badai salju yang ganas akan segera terjadi, yang akan membinasakan para pembuat kejahatan. Nuh kemudian diminta untuk membuat bangunan di bawah tanah dan mengumpulkan di dalamnya sepasang tanaman, binatang, serta manusia. Demikianlah hal itu dilaksanakan, dan kecuali mereka yang terlindung di gua itu, maka semua ciptaan binasa. Yim atau Nuh dinyatakan sebagai nabi pertama yang memberi Syariah, tetapi dinyatakan bahwa dia menurun dalam megajarkan kenabiannya, sehingga karena itu Zarathustra menjadi pemberi hukum yang pertama (Vendidad, 11:4).

AJARAN ZARATHUSTRA DIBENARKAN OLEH NABI SUCI MUHAMMAD

Al-Quran menekankan:
“Allah (Tuhan) itu Esa (Q.S.112:1). Tetapi Ke-Esaan-Nya bukanlah satu hal yang numerikal. Ini adalah atribut personal dari-Nya. Islam menyatakan Ke-Esa-an mutlak dari Dzat Ilahi dan menjatuhkan pukulan maut terhadap segala bentuk politeisme termasuk tiga dalam satu atau satu dalam tiga (Trinitas) yang adalah numerikal. Ke-Esa-an Dzat Ilahi dalam Islam berarti tak suatupun yang dapat dibandingkan dengan Dia. Satu dari numerikal itu bisa dibandingkan dengan dua atau tiga atau empat dan dia mempunyai pecahan 1/2,1/3,1/4 dan seterusnya. Ada dua kata Arab yang berbeda yakni ‘wahid’ dan ‘ahad’; wahid untuk satu yang numerikal tetapi ‘ahad’ adalah yang tidak punya pecahan dan tak satupun yang bisa dibandingkan atau paralel dengan-Nya.

Zarathustra (Zoroaster) menyatakan:
‘Dia adalah Esa tetapi bukannya satu dari bilanagan’ (Nama Shat Vakhshur Zarthusht Dasatir halaman 69).


Al-Quran menekankan: “Tak ada satupun yang menyerupai Dia” (Q.S.112:4). Zoroaster menyatakan: Dia tak punya suatupun yang menyerupaiNya. (Nama Shat Vakhshur Zarthusht Dasatir halaman 69).


Al-Quran menekankan: “Tak ada sesuatu yang seperti Dia” (Q.S. 42:11). Zoroaster menyatakan: Tak suatupun yang mirip dia.(Dasatir halaman 70).


Al-Quran menekankan: “Allah ialah yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Ia tak berputera, dan tak diputerakan” (Q.S.112:2-3).
Zarathustra menyatakan: Dia tanpa asal atau akhir, tanpa sekutu, musuh, prototip, kawan, ayah, ibu, isteri, putera, tempat tinggal, jasad, atau bentuk, dan tanpa warna serta indera. (Dasatir halaman 71).


Al-Quran menekankan: “Dia Yang menciptakan segala sesuatu, lalu menentukan ukurannya”(QS.25:2).
Zoroaster menyatakan: “Dia memberi kehidupan dan kehadiran dari segala sesuatu”(Dasatir halaman 3).


Al-Quran menekankan: “Penglihatan tak dapat menjangkau Dia, dan Dia menjangkau (semua) penglihatan, dan Dia itu Yang Maha-tahu, Yang Maha-waspada (Q.S. 6:104) dan hanya dapat dilihat dengan mata ruhani.
Zarathustra menyatakan: “Tiada mata bisa melihatNya ataupun tenaga fikiran bisa menangkap-Nya.” (Dasatir hal.68).

Al-Quran tidak saja membuat pernyataan, melainkan juga memajukan alasannya. Dzat yang meliputi semua penglihatan, dan yang pada saat yang sama adalah Dia yang canggih dalam pemahaman serta tak terbatas. Tuhan tak dapat ditangkap dengan mata fisik. Dia itu Yang Ghaib. Fakta ini juga dinyatakan dalam dasatir “Katakan ke dunia bahwa Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata wadag beberapa mata yang lain diperlukan untuk menangkap-Nya” (Dasatir halaman 107).


Al-Quran menekankan: Materi dan jiwa itu tidak kekal seperti Dia: “Yang menciptakan segala sesuatu, lalu menentukan ukurannya”(Q.S. 25:2).
“Dia ialah Yang Pertama, dan Yang Terakhir, dan Yang Tersembunyi, dan Ia Yang Maha-mengetahui”(Q.S. 57:3).
Zarathustra menyatakan: Engkau adalah yang paling Awal, tak suatupun sebelum Engkau” (Dasatir
hal.66).


Al-Quran menekankan: “Dan kedudukan yang paling luhur di langit dan di bumi adalah kepunyaan Dia” (Q.S. 30:27).
Zarathustra menyatakan: “Dia itu di atas segala sesuatu yang dapat kaubayangkan” (Dasatir hal.33).

9. Al-Quran menekankan: “Janganlah putus asa dari rahmat Allah” (Q.S. 39:53).
Zarathustra menyatakan: “Janganlah kecewa atas kebaikan dan rahmat-Nya” (dasatir halaman 33).


Al-Quran menekankan: “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (Q.S. 50:16).
Zarathustra menyatakan: “Kami lebih dekat kepadamu daripada dirimu sendiri” (Dasatir hal.122).


Al-Quran menekankan: “Dan tiada yang tahu balatentara Tuhan dikau selain Dia!”(Q.S.74:31).
Zarathustra menyatakan: “Malaikat itu tiada terbilang” (Dasatir halaman 6).


Al-Quran menekankan: “Dan sesungguhnya ia(Jibril) menurunkan Quran dalam hati engkau dengan izin Allah” (Q.S. 2:97).
Zarathustra menyatakan: “Tuhan berfirman kepada Adam kata dari Tuhan adalah yang diwahyukan malaikat ke dalam hatimu” (Dasatir hal.37).


Al-Quran menekankan: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berbuat baik, mereka memperoleh jamuan taman Firdaus” (Q.S.18:107).
Zoroaster menyatakan: “Bila seorang dengan amalan yang baik meninggalkan tubuhnya ini maka Aku akan mengirimkan dia ke Surga” (Dasatir halaman 13).


Al-Quran menekankan: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di Taman dan air mancur. Masuklah di sana dengan damai, aman. Dan Kami akan mencabut apa yang ada dalam hati mereka berupa dendam-kesumat (sehingga mereka) seperti saudara, (duduk) di sofa berhadap-hadapan. Di sana mereka tak akan terkena lelah, dan mereka tak akan diusir dari sana”(Q.S. 15:45-48).
Zoroaster menyatakan: “Para penghuni Surga akan memperoleh melalui kasih-sayang Tuhan, semacam tubuh yang tiada akan lelah ataupun menjadi tua ataupun sesuatu yang kotor, akan bisa msuk ke dalamnya” (Dasatir hal.9). “Mereka akan hidup selamanya dalam tempat tinggal yang penuh kebahagiaan” (Dasatir halaman 13).


Al-Quran menekankan: (Neraka) “Di sana mereka tak akan merasakan kesejukan dan tak (merasakan pula) minuman. Kecuali air mendidih dan air yang keliwat dingin”.(Q.S. 78:24).
Zoroaster menyatakan: “Penghuni neraka akan tinggal di sana selamanya, mereka akan disiksa baik dengan panas menyengat maupun dingin menggigil” (Dasatir halaman 38).

Disamping itu, kita dapati dalam Dasatir, perintah mengenai sikap kesatria, kesucian perkawinan, menepati janji, larangan terhadap miras, pemotongan rambut terhadap kelahiran anak, membersihkan tubuh dengan mandi, wudhu dan tayammum dan sebagainya.(5)

Tiga macam cara turunnya wahyu Ilahi digambarkan dalam sebuah rukyah di dalam keadaan antara mimpi dan jaga serta waktu sedang terjaga. (Nama Shat Vakhshur Zartusht, 5-7).
Dua jenis perintah (menentukan dan kiasan) (Nama Shat Vakhshur Zartusht, 5-7).
Seorang nabi diperlukan untuk memaksakan hukum semacam itu yang setiap orang harus mematuhinya (Nama Shat Vakhshur Zartusht hal.5). Manusia itu saling bergantung dan mereka siaga membutuhkan hukum Ilahi yang hisa diterima semuanya, yang dapat mencabut tirani, kebohongan dan buruk-sangka serta memberikan kedamaian dan harmoni ke dunia. Para pembawa syariah ini harus seorang yang mendapat ilham Ilahi sehingga semua orang bisa tunduk kepadanya”.(Nama Shat Vakhshur Zartusht, halaman 45-49).

Menyangkut pengakuan terhadap seorang nabi, Zarathustra berkata:

“Mereka bertanya kepadamu bagaimana mereka bisa mengenali seorang nabi dan mempercayai kebenaran apa yang dikatakannya; mengatakan kepada mereka apa yang diketahuinya yang orang-orang lain tidak tahu, dan dia akan memberitahumu bahkan apa yang tersembunyi dibalik fitrahmu; dia akan bisa menyatakan padamu apa yang kautanyakan dan dia akan memperagakan perkara yang orang lain tak dapat memperagakan” (Ibid halaman 50-54).

Ketika para sahabat Nabi Suci, menyerbu Persia dan berhubungan dengan umat Majusi serta mempelajari ajaran-ajarannya, mereka seketika berkesimpulan bahwa Zarathustra (Zoroaster) itu sungguh seorang Nabi yang menerima wahyu Ilahi. Jadi mereka menyesuaikan perlakuannya kepada umat Majusi sebagai “Ahli Kitab” yang lain. Meskipun nama Zoroaster itu tidak terdapat dalam Quran Suci, tetap dia dianggap sebagai satu dari para nabi yang tidak disebut dalam al-Quran, karena ada suatu ayat dalam Kitab Suci ini yang berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para Utusan sebelum engkau; sebagian mereka ada yang Kami kisahkan kepada engkau, dan sebagian dari mereka ada yang tak Kami kisahkan kepada Engkau” (Q.S. 40:78).

Sesuai dengan itu kaum Muslimin memperlakukan pendiri agama Majusi (Zoroastrianisme) sebagai seorang nabi yang benar dan mempercayai agamanya seperti yang telah mereka lakukan kepada kredo samawi yang lain, dan karenanya sesuai dengan nubuatan ini, melindungi agama Majusi. James Darmestar telah sejujurnya mencatat hal ini dalam terjemah Zend Avesta:

“Pada waktu Islam mengasimilasi umat Zoroastrian menjadi Ahli Kitab, ini mengungkap perasaan sejarah yang jarang terjadi dan memecahkan masalah asal-usul dari Kitab Avesta”.(6)



1. Kerusakan juga mudah menemukan jalannya ke dalam kitab-kitab akibat persamaan dari huruf Pahlevi, seperti misalnya vouru (luas) bila ditulis dalam huruf Pahlevi sering identik dengan varen (hasrat).

2. Nemo dari Avesta diterjemahkan dalam Pahlevi sebagai Niyaysn (pujian) yang seolah seperti vokhshisn (meningkat).

3. Bandingkan pendahuluan Gatha Sarodhai Zarthustra, diterbitkan oleh Iranian Association of Zoroastrian, 1927.

4. Atharva Veda, 15:6.12.6 11:7.24.7. Dalam Bundahish ditulis: “Ahur Mazda pertama membuat langit dan kemudian cahaya dunia, kedua air, ke tiga bumi, ke empat tanaman, ke lima hewan, ke enam manusia, 1:21.28).
Adanya manusia dari Mashya dan Mashyoi hingga datangnya ‘Saoshyant’ berlangsung hanya 6000 tahun,
Ibid. 4/1,15.1 Encyclopaedia of Religion and Ethics, jilid I halaman 209.

5. Wudhu, dalam agama Majusi itu sama seoerti dalam al-Quran: Yakni pada pagi hari ketika bangun tidur pertama-tama perlu membersihkan tangan dengan sesuatu setelah itu mereka mencuci tangan sebersih-bersihnya dengan air, dengan cara sedemikian hingga mereka membersihkan tangan tiga kali dari siku sampai ujung jari, dan muka dari belakang telinga hingga di bawah dagu.

Tayammum yakni ketika air tak ditemukan atau kiranya bisa merugikan dirimu dengan mengambil tanah yang suci dan menghapus wajah dan tangan dengan debu.
6. Sacred Books of the East jilid 24 halaman 337.

James Darmestar, Introduction to Vendidad hal.69.

MUHAMMAD DALAM KITAB SUCI AGAMA MAJUSI
(ZEND AVESTA DAN DASATIR) (2/5)

BAGAIMANA ZOROASTER MERAMALKAN KEBENARAN DARI NABI SUCI

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, dan setelah api menerangi sekelilingnya, Allah mengambil cahaya mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan – mereka tak dapat melihat” (Q.S. 2:17).

Beberapa orang yang materialistis dan tak punya nalar, ketika menemukan kemiripan yang dekat antara ajaran dari dua kitab suci agama, cenderung untuk mengira bahwa kitab yang diwahyukan belakangan itu menyontek ajaran dari kitab yang lebih tua. Tetapi Tuhan yang telah memberikan Cahaya kepada seorang nabi dan umatnya dapat juga memberikan Cahaya dan Kebenaran yang sama kepada nabi yang lain. Selanjutnya, para nabi dan pengikutnya selalu berusaha menjaga hadiah Ilahi ini hanya ke lingkungan khusus mereka sendiri. Maka sedikitlah kemungkinan peniruan atau reproduksi ajarannya. Tuhan itu Pemelihara dunia sehingga mustahil melalaikan setiap makhluk-Nya. Dia adalah Tuhan Timur dan Barat. Seperti matahari fisik yang berjalan dari Timur ke Barat untuk memberikan sinarnya ke setiap umat dan tempat, begitu pula matahari ruhani dan Cahaya Ilahi sama-sama memancarkan sinarnya ke segenap umat dan negeri. Setiap kaum memiliki Timurnya sendiri dan melihat matahari terbit dari sana, mengira bahwa dia terbit khusus buat dirinya saja, hanya ada satu Timur dan Barat. Tetapi setiap orang yang tahu bentuk bumi akan faham bahwa setiap titik darimana matahari terbit di Timur bagi umat di belahan Timur dan titik yang sama di Barat untuk manusia di belahan lainnya. Kebenaran ilmiah yang besar ini telah diwahyukan oleh Quran Suci tigabelas abad sebelumnya ketika dinyatakan:

“Tetapi tidak! Aku bersumpah demi Tuhan tanah Timur dan tanah Barat!” (Q.S. 70:40).

Timur dan Barat itu istilah yang nisbi. Titik yang sama bisa berlaku buat Timur atau Barat bagi umat yang berbeda. Jadi Tuhan dengan merata memberkahi para makhluk-Nya dengan cahaya baik fisik maupun material. Tuhan yang memberikan Api kepada Zarathustra dengan mana dia menerangi negeri Iran, juga memberi kepada Bani Israil, ‘Bintang Timur’ (dalam pribadi Yesus Kristus) untuk membimbing mereka (Wahyu 22:16, 2:28;2 Petrus 1:19), dan Dia bangkitkan, bagi umat di India, Krishna Chandra atau “Rembulan”, karena menunjukkan cahaya bagi orang-orang di negeri ini. Lalu masalah yang perlu dipertimbangkan bahwa semua pencahayaan ini, Api Zarathustra, Bintang Timur Kristus, dan Rembulan Krishna telah meramalkan datangnya Matahari Bercahaya yang datang paling terakhir dari antara mereka dalam pribadi Muhammad. Jika Quran Suci menunjang dengan bukti-bukti atas ajaran mereka, maka mereka juga telah meramalkan kebenaran dakwah Nabi s.a.w. Karena itu, tak seorangpun dari mereka yang meminjam sesuatu dari yang lain. Mereka semuanya minum dari mata air yang sama dan Tuhan Yang-esa telah memberi mereka cahaya dan ajaran.

Ayat yang dikutip pada judul bab ini tepat benar diterapkan kepada rakyat Persia –

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, dan setelah api menerangi sekelilingnya, Allah mengambil cahaya mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan –mereka tak dapat melihat” (Q.S. 2:17).

Umat ini dikenal sebagai penyembah api dan kuil mereka disebut “Kuil Api”. Dari umat ini Tuhan berfirman dalam ayat ini bahwa sekeliling mereka menjadi terang ketika api itu dinyalakan, tetapi pada saat cahayanya diambil oleh Tuhan, mereka mulai terantuk dalam kegelapan seperti orang buta. Setelah mereka menyimpang dari jalan yang benar dari ajaran Zarathustra mereka dikatakan oleh al-Quran:

“Tuli, bisu dan (dan) buta, maka mereka tak dapat kembali”.(Q.S.2:18).

‘Kavi’ dan ‘Karapon’ adalah dua istilah khusus yang diterapkan dalam agama Majusi kepada mereka yang tidak dapat melihat atau mendengar sesuatu pun dari Tuhan (Ormazd Yasht,10; Bahram Yasht, 1:4). Ketika Raja Gard III (abad 5 s.M.) mendeklarasikan Zoroastrianisme sebagai Agama Negara Armenia, dia memproklamasikan dekrit berikut ini:

“Kalian harus tahu bahwa setiap orang yang tidak mengikuti Mazda maka duia adalah tuli, buta, dan ditipu oleh setan Ahriman” (7).

Api yang dinyalakan oleh Zoroastrian sesungguhnya adalah lambang penyembahan kepada Tuhan. Dengan menyalakan api diharapkan mereka membuat ikrar bahwa mereka akan selalu mengikuti Cahaya Ilahi dan teguh dalam syariat agama mereka. Nabi Zarathustra sendiri menerangkan hal ini sebagai berikut:

“Saya jelaskan kepadamu, mereka yang sedang berkumpul di sini, kebijaksanaan dari Tuhan Yang Maha-bijaksana. Saya terangkan kepadamu pujian dan pengagungan kepada-Nya serta melodi dari Jiwa yang saleh yang adalah suatu Kebenaran yang perkasa dan yang kulihat terbit dari Api Suci ini. Dengarkan dengan cermat kenyataan dari fenomena ini, dan renungkanlah, dengan fikiran yang jernih serta berbakti, terhadap nyala Api ini” (Gatha Yasht.30:1-2).

Jadi jelaslah dari dari kata-kata bijak dari Zoroaster ini bahwa Api dalam Kuil adalah tanda biasa dari janji untuk teguh dalam syariat agama dan memberi mereka suatu pemikiran yang mendalam.

Quran Suci juga telah membicarakan Api dan membuat hal ini semakin jelas untuk kaum Majusi.
Sesungguhnya, al-Quran menyatakan empat macam api.

Api yang bercahaya maupun membakar seperti halnya api material.
Api yang tidak bercahaya maupun punya kualitas untuk membakar, seperti api yang ada di dalam pohon.
Api yang tidak bercahaya, tetapi yang membakar, seperti misalnya api neraka.
Api yang bercahaya tetapi tidak membakar. Dan ini adalah petunjuk utama. Seperti dikatakan Musa:

“Tatkala ia melihat api, ia berkata kepada keluarganya: Tinggallah (sebentar), aku melihat api; boleh jadi aku akan membawa kepada kamu api yang menyala di sana, atau aku mendapat petunjuk pada api itu” (Q.S.20:10).

Pada tempat lain kita menemukan kata-kata: “Diberkahilah orang yang mencari api dan orang-orang di sekelilingnya”(Q.S.27:8).
Sejarah kini dari agama parsi menunjukkan bahwa beberapa lama setelah Zoroaster, kaum Parsi
meninggalkan syariat agama mereka dan bahwa “Ikrar Api” kemudian diredusir menjadi cuma sekedar menyembah api, sehingga agama itu benar-benar ditinggalkan seluruhnya oleh mereka (Epistles dari Sasan I dan Sasan V dalam Dasatir). Kitab suci mereka telah dilempar kebalik layar atau ada juga dimusnahkan oleh penaklukan bangsa Parsi oleh Yunani atau tercampur-aduk sehingga kini mereka dianggap hanya sebagai puing-puing suatu agama.

“Sebagaimana Persia sebagai kaum yang runtuh maka demikian pula kitab sucinya menjadi suatu puing-puing agama” (Sacred Books of the East, jilid IV, Introduction halaman 11-12).

Jika suatu bangsa atau agama dikatakan hidup karena kekuatan petunjuknya dan tak tercemarnya kitab sucinya, maka sungguh agama Parsi langka dari kehidupan seperti itu. Tidak ada kitab suci Parsi yang diketemukan hari ini dalam bentuk aslinya, dan bahasa mereka pun bukan bahasa yang hidup. Bagaimanapun, beberapa relik masih di dapati di puing-puing ini berisi beberapa petunjuk dan nubuatan Zarathustra akan kemerosotan mereka hari-hari ini. Dan di antara relik ini adalah ramalan tentang mendinginnya api di kuilnya, pencerahan dari bangsa Persia, ikutnya mereka pada kepemimpinan nabi bangsa Arab, membalikkan mukanya untuk beribadah menghadap Kakbah, dan masuk Islamnya para pemimpin Persia.

Seperti halnya Zarathustra yang menyalakan Api Ruhani di Persia, dengan sikap serupa, Nabi Muhammad, atas padamnya api itu, beliau nyalakan lagi api yang sama di tanah Arab. Nabi, sesuai dengan ayat Quran Suci: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api”(QS.2:17), diriwayatkan telah bersabda:

“Perumpamaanku adalah perumpamaan dari lelaki itu (Zarathustra) yang menyalakan api” (Bukhari 81:26). Kata-kata ini, sesungguhnya, mengacu kepada nubuatan besar dari Zoroaster. Persis seeperti Musa yang memberi kesaksian atas seseorang yang seperti dia:

“Dan seorang saksi dari kalangan kaum Bani Israil telah menyaksikan orang yang seperti dia” (Q.S. 46:10)

Demikian pula, Zarathustra berdiri saksi akan adanya seorang nabi yang seperti dia.

API DI KUIL PERTAMA AKAN MENDINGIN DENGAN DATANGNYA SEORANG YANG DIJANJIKAN

Nubuatan berikut ini sangat kuat dan penting diperhatikan serta difikirkan mendalam oleh setiap pakar peneliti. Nabi itu meminta perhatian :

“Semoga engkau menyala di rumah ini! Semoga engkau selalu menyala di rumah ini! . Semoga engkau berkobar di rumah ini! Semoga engkau meningkat di rumah ini!
Bahkan sampai jangka-waktu yang lama, hingga restorasi yang penuh kekuatan di dunia ini, hingga saat, dari kebaikan, restorasi yang penuh daya dari dunia ini”(Atash Nyayish, 9).

Ayat ini sungguh jelas dan sulit diperlukan komentar lagi. Diramalkan bahwa api itu akan berhenti menyala bila restorasi dunia ini akan terjadi. Ada dua pilihan yang disebut dalam nubuat yang dicatat di atas. Api akan menyala, berkobar, tambah meningkat di kuil api Iran dan tak pernah padam, bahkan untuk jangka­waktu yang lama. Tetapi bila saat pembaharu kebaikan yang penuh kekuatan tiba, maka api itu akan padam. Sekarang, bagian pertama dari nubuatan itu telah digenapi sepenuhnya seperti misalnya bahwa api itu menyala, berkobar dan meningkat di kuil yang dibangun oleh Zarathustra. Bagian kedua dari ramalan juga telah terpenuhi, karena api itu telah mendingin empatbelas abad yang lalu. Demikian pula hasil akhir juga telah keluar, yakni, bahwa saat restorasi dan pembaharuan demi kebaikan yang penuh kekuatan juga telah benar-benar tiba dengan datangnya nabi yang dijanjikan.

REFORMASI YANG DILAKUKAN NABI

Kita telah melihat dalam nubuat Zarathustra bahwa pembaharu yang dijanjikan akan memperbaiki kejahatan dari kaum Majusi sebagaimana terhadap kaum penyembah berhala. Adalah suatu fakta bahwa tak ada penyembahan berhala dalam agama Majusi, tetapi semacam penyembahan benda alam, tentunya, ada. Untuk memulainya, mereka percaya kepadadua Pencipta. Yang satu adalah Pencipta cahaya dan lainnya adalah Pencipta kegelapan. Yazdan dan Ahriman masing-masing namanya. Semua yang bermanfaat dan hal-hal yang baik adalah ciptaan Yazdan atau Hormudz dan perkara yang buruk diciptakan oleh Ahriman. Kehidupan, cahaya, kesehatan dan semua hal yang suci itu diciptakan oleh Hormudz, sedangkan kematian, kegelapan, penyakit, serta hal-hal yang kotor adalah ciptaan Ahriman (Vendidad Fargard, I). Idea dua Tuhan dalam penciptaan alam semesta ini tidak cocok dan hanya berdasar kebodohan terhadap sifat-sifat benda yang diciptakan. Segala sesuatu, meskipun itu jelas nampak seolah-olah merugikan atau melukai, itu memiliki beberapa manfaat dan kegunaan yang tersembunyi dan bila digunakan dengan tepat akan memperagakan kebijakan yang luar-biasa dari Tuhan Yang Maha-bijaksana. Siang hari seolah lebih bermanfaat untuk manusia, tetapi malam hari juga sama-sama penting dan bergunanya. Quran Suci menyatakan:

“Dan Kami membuat tidur kamu untuk istirahat. Dan Kami membuat malam sebagai penutup. Dan Kami membuat siang untuk mencari mata penghidupan” (Q.S. 78:9-11).

Betapapun menakutkan kematian itu kelihatannya, namun kematian adalah jalan kemajuan dan perkembangan di masa depan. Betapa tepatnya al-Quran me’gingatkan:

“Yang menciptakan mati dan hidup” (Q.S. 67:2).

Bila ada perbedaan antara sang pencipta dari hal-hal ini, pasti akan terjadi benturan besar serta pertentangan di antara mereka dan kehidupan di dunia ini akan menjadi mustahil.

Lagi, ide bahwa api itu diciptakan oleh Hormudz dan kegelapan oleh Ahriman juga tidak mendalam. Fakta nyata adalah bahwa api tidak selamanya baik dan kegelapan tidak selamanya buruk seluruhnya. Penggunaannya yang tepat atau salah-guna menjadikan barang itu baik atau buruk. Bila api itu selamanya baik, dan benar-benar merupakan benda yang suci dan murni, lalu mengapa dia begitu sering membakar orang berikut harta-bendanya? Begitu pula, bukankah kegelapan, yang dipandang sebagai ciptaan yang buruk, sangat penting guna mengembangkan kemampuan kita dan demi kehidupan serta pemeliharaan dari tanaman dan binatang? Penyakit, tentunya, adalah perkara yang jelek dan menyakitkan, tetapi ini tidak diciptakan Tuhan. Betapa benarnya ketika Ibrahim berkata:

“Dan jika aku sakit, Ia menyembuhkan aku” (Q.S. 26:80).

Penyakit itu adalah akibat perbuatan manusia sendiri dan kebanyakan karena perkosaan terhadap hukum kesehatan. Dengan sepatah kata, segala perkara itu yang telah dipandang jahat dan dinisbahkan kepada Ahriman, bukanlah tanpa guna dan manfaat. Segala sesuatu bila digunakan dengan tepat adalah baik dan hal yang sama bila disalah-gunakan akan menjadi buruk. Jadi, keputusan dalam Quran Suci:

“Dan Dia menciptakan segala sesuatu” (Q.S. 6:102), menunjang hal ini.

Al-Quran dan nabi Suci Muhammad telah mengkoreksi banyak kesalahan dan kekurangan dalam agama Majusi. Abad kita adalah era ilmu dan penalaran sehingga tidak mungkin kenaifan yang mengatas-namakan agama bisa menarik seseorang di zaman ini. Para cendikiawan dari setiap masyarakat telah menjadi kehilangan selera terhadap agama, karena begitu banyak perkara yang tidak masuk akal dan menertawakan yang diatas namakan agama. Dan semua kelemahan ini yang memukul para pemuda Persia hari ini, telah dikoreksi oleh Nabi Suci Muhammad seribu tigaratus tahun yang lalu. Di bawah ini kami berikan suatu catatan singkat dari beberapa hal di atas :

Dinyatakan bahwa Hormudz memberikan kenabian kepada Yim (Nuh), tetapi dia menolak tanggung-jawab tersebut. Tindakan pembangkangan kepada Tuhan juga dinisbahkan kepada Vakhshur (Nabi-nabi), yang mana bertentangan dengan logika dan akal sehat. Apakah Tuhan tidak tahu sebelumnya bahwa si anu dan si polan tidak cocok untuk diberi amanat sebagai seorang nabi? Vakhshur atau para nabi datang di dunia sebagai model dan contoh-teladan, dan bila mereka sendiri mulai mengabaikan perintah Tuhan, lalu petunjuk apa yang bisa diberikannya kepada orang-orang lain? Dipercaya bahwa jasad orang mati itu mengotori bumi, udara dan orang yang mengusungnya dan penjaga neraka merasuk dalam tubuh si mati dan ketika melihat seekor anjing dia meninggalkan jasad itu lalu terbang menyingkir (Vendidad 8:14-21). Ini tiada lain adalah takhayul kuno. Perempuan itu dipandang begitu cemar dan kotor, selama masa datang bulan mereka dan bahkan makanannya pun tak boleh diberikan dengan layak. Makanan tidak boleh diserahkan kepada wanita yang kotor ini, sehingga harus dilempar dari jarak jauh dalam suatu penggorengan atau panci. Mereka tidak dapat makan atau minum barang yang suci seperti air sampai mereka nyaris mati kehausan (Fargard, 5:45, 7:70). Membunuh seekor anjing dianggap lebih berat dosanya daripada membunuh seorang lelaki. Bahkan memberi makanan yang buruk kepada seekor anjing diancam hukuman yang lebih berat daripada membunuh seorang laki-laki. Sembilanpuluh kali hukuman cambuk bagi seorang pembunuh dan dua ratus kali cambuk bagi yang memberi makan anjing secara tidak layak. Bila seorang perempuan minum air setelah melahirkan anak, dia dihukum dengan duaratus kali cambukan; dan penalti buat seorang yang kotor menyentuh air atau sebatang pohon itu empatratus kali cambukan. Mengubur jasad orang mati atau membakarnya adalah suatu kejahatan yang tidak dapat diampuni atau dimaafkan sama-sekali. (Fargard, 4:49, 7:20, 6:5,5:39-44, 6:47 dan 8:22-29).

Banyak bumbu dan perkara mesum tentang perempuan dimasukkan oleh Mazda dalam kepercayaan Zoroastrian. Tetapi Anusyirwan yang Adil, terpengaruh oleh ajaran Islam, menyingkirkan pelecehan ini.



7. Elisacus, The war of Yartan.


MUHAMMAD DALAM KITAB SUCI AGAMA MAJUSI
(ZEND AVESTA DAN DASATIR) (3/5)

NUBUATAN ZARATHUSTRA MENGENAI MUHAMMAD DAN PARA SAHABATNYA.

Banyak ramalan yang jelas dalam Zend Avesta, Kitab Zarathustra, tentang al-Quran, Nabi Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Sebagian dari ramalan ini tak diragukan lagi adalah mitis, dan tidak dapat diambil secara harfiah. Tetapi bila kita menafsirkan mereka dengan cara rasional di terangi fakta sejarah, mereka jelas menunjuk kepada nabi Muhammad dan tak seorang pun yang lain. Bagaimanapun, bagian yang lebih besar dari nubuatan itu eksplisit dan jelas tanpa sedikitpun bayangan keraguan. Mula pertama saya ambil bagian metaforisnya. Misalnya dalam Vendidad, bagian pertama dari Zend Avesta, dan di Yasht, bagian kedua dari buku yang sama, dicatat bahwa ada keturunan Zarathustra yang tersembunyi yang akan muncul beberapa waktu sesudah dia. Seorang perempuan, dikatakan, akan mandi di danau Kashva dan akan mengandung. Dia akan melahirkan seorang nabi yang dijanjikan Astvat-ereta atau Saoshyant (yang terpuji) yang akan melindungi agama majusi, yang akan membunuh setan, menghapuskan penyembahan berhala dan membersihkan agama Majusi dari kekotorannya. Sekarang adalah suatu fakta yang tegak dalam al-Quran: Membetulkan sebagian besar ajaran Zoroastrian dan karenanya melindungi keimanan yang asli dari Zarathustra; Menghapus semua penyembahan berhala, dan Membunuh iblis dengan membersihkan Zoroastrian dari kekotorannya. Kini bagian mistik dari nubuatan ini adalah:

“Seorang perempuan akan mandi di danau Kashva dan akan mengandung. Dia akan melahirkan
seorang nabi yang dijanjikan”.

Menurut kaum Zoroastrian danau Kashva diperkirakan di Sistan, dimana Raja Parsi Xerxes telah menghilang ketika mandi. Mereka menyatakan bahwa sumber air kehidupan yang sama dimana Xerxes yang Majusi dan Khwaja Khidir yang Muslim masih hidup disana, mengajarkan kebijaksanaan kepada umat dan membimbing mereka yang tersesat jalan. Menurut tafsiran kita, ibu yang mandi di danau Kashva atau sumber air itu yakni Siti Hajar yang agung, yang sungguh seorang yang salih, malaikat dari Yang Maha­tinggi seringkali datang kepadanya seperti dinyatakan dalam Alkitab:

“Lalu malaikat Tuhan menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun”(Kejadian 16:7).
“Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki” (Kejadian 16:11).
“Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu” (Kejadian 16:10).

Jadi ia akan mandi di suatu mata air yang secara ajaib muncul di keganasan padang pasir. Dia adalah nenek dari Nabi Suci. Mata air dimana dia mandi adalah suatu tanda bukti dari sumber air ruhani yang memancar di gurun pasir yakni al-Quran. Dan air dari sumber ini mendinginkan api yang menyala di kuil Majusi, dan juga hati segenap bangsa-bangsa di dunia serta memuaskan kehausan akan agama di muka bumi ini.

Ini di dalam Farvardin Yasht: “Kita menyampaikan pujian kepada Farfarshis yang baik, perkasa, dari kaum beriman yang berjuang di tangan kanan pangeran yang memerintah. Mereka datang beterbangan kepadanya, seolah mereka burung­burung yang bersayap baik. Mereka datang sebagai senjata dan perisai, menjaga di belakang dan di hadapannya, dari musuh yang tak terlihat, dari perempuan Varenya yang ditemuinya, dari pembuat kejahatan, cenderung kepada kerusakan dan dari musuh yang sungguh mematikan, Angra-Mainyu (Abu Lahab). Ini seolah ada seribu orang yang memusatkan perhatian kepada seorang, namun demikian tak ada pedang yang terhunjam, atau penggada yang memukulnya, atau panah yang mengenainya, atau busur yang ditusukkan, atau batu yang terlempar dari tangan yang bisa menghancurkannya”(Farvardin Yasht 63:70-72).

Saoshyant yang jaya, semoga Fravarshis dari kaum beriman datang secepatnya kepada kita. “Semoga dia datang membantu kita” (Farvardin yasht 29:145).

“Ini akan memisahkan antara Saoshyant yang jaya dan para penolong (sahabatnya) di saat dia membaharui dunia ini, yang (sejak itu) tak pernah bertambah tua dan tak pernah mati, tak pernah merosot atau melapuk, senantiasa hidup dan senantiasa meningkat dan menjadi tuan dari kehendaknya. Di saat orang yang mati ruhaninya akan bangkit, di saat kehidupan dan keabadian akan datang dan dunia akan memperbarui keinginannya. Di waktu ciptaan menjadi lestari ciptaan yang makmur dari jiwa yang baik….dan obat akan lenyap, meskipun dia boleh menyerbu dari segala arah untuk membunuh beliau yang suci, dia dan ratusan barisan keturunannya (Quraisy) akan binasa, seperti itulah kehendak Tuhan. Ketika Astvat-ereta (Ahmad) akan bangkit dari danau Kashva (Ini berarti suci dari dosa) seorang sahabat dari Ahur-Mazda, putera dari (Vispataura vairi) Yang Meengetahui ilmu kejayaan”.(Zamyad yasht 89-90). “Kami menyembah Farvashi dari perawan suci yang disebut Vispataur-Vairi (yang menghancurkan semuanya) karena dia akan melahirkan beliau yang akan menghancurkan kejahatan dari daivas dan manusia, menghadapi keburukan yang dilakukan oleh gahi (setan)” (Sacred Books of the East jilid 23 Farvardin yasht I, 42 halaman 226). “Shaoshyant, akhir dari utusan di masa depan, di saat mana diperkirakan alam semesta ini akan direnovasi dan kebangkitan akan terjadi”.(Bundahish 30:4-27; 32:8. Brahman yasht 3:62. Lihat catatan kaki pada Dadistan-i-Dinik, halaman 14). “Shaoshyant yang akan menurunkan,dengan sepenuh perintah dari dunia, dengan pengagungan dari makhluk-makhluk gaib, dan dengan kepuasan dari malaikat dalam kemurtadan dan kekolotan dari segala macam yang tidak terampuni; dan penggenap dari perbaikan melalui kesinambungan agama yang murni. Dan melalui karya persaudaraan yang mulia tanpa cela, penguasa semacam itu bisa dilihat di atas matahari dengan kudanya yang sangat cepat, cahaya dari zaman dahulu, dan yang menyingkirkan semua kegelapan, kemajuan pencahayaan yang memperagakan siang dan malam dari dunia, berkaitan dengan kelengkapan yang sama dari renovasi alam semesta, dikatakan bahwa dalam wahyu Mazda (Tuhan) memuji, bahwa cahaya yang besar ini pakaian ketulusan yang disukai” (Dadistan-I-Dinik Bab 2:13-15). “Shaoshyant dilahirkan di Khavniras, yang membuat jiwa yang jahat tak berdaya dan menyebabkan kebangkitan (eksistensi spiritual dan masa depan)” (Bundahish 11:5). “Dalam tahun ke-57 dari Shaoshyant mereka mempersiapkan semua yang mati dan semua manusia berdiri; siapapun yang tulus maupun siapapun yang jahat, setiap makhluk manusia, mereka bangkit dari titik dimana hidup berpisah. Setelah itu ketika semua makhluk hidup memakai lagi jasad dan bentuk mereka. Kemudian mereka mengelompok (Bara yeha bund) menjadi satu kelas tunggal” (Bundahish Bab 30:6-27) “Kita memuja semua farvashis yang baik, heroik, dermawan dari para wali dari Gaya Maretan (yang diciptakan pertama) sampai Saoshyant yang jaya”. Tanya : “Mazda (Tuhan) membuat proklamasi; kepada siapa itu diumumkan? Jawab : Seseorang yang suci, dan orang bumi yang berhubungan dengan langit. Tanya: Bagaimana sifatnya, Dia yang membuat emansipasi suci ini? Jawab : Dia yang terbaik dari seluruh Penguasa. Tanya : Karakter yang bagaimana? (Apakah dia memproklamasikan dirinya sebagai dia yang akan datang?) Jawab : Sebagai yang suci dan terbaik, seprang penguasa, yang menjalankan kekuasaannya tanpa kekerasan dan tanpa kediktatoran” (Yashna 19:20). “Yang paling berkuasa di antara Farvarshis dari kaum beriman, wahai Spitma! adalah orang dari hukum yang primitif, atau mereka yang pada saat Saoshyant belum dilahirkan, siapakah yang memperbaiki dunia?” (Fravardin yasht 13:17). Dalam Sarosh yasht mereka disebut kawan dari Saoshyant (Sarosh yasht 4:17). “Jalan ini yang telah diwahyukan oleh Ahura (Tuhan) sebagai fikiran tuhan sendiri, dibuat dari perintah yang diwahyukan dari Shaoshyant, kebijakan yang tertinggi. Seperti juga kata-kata dan perbuatan tulus dari Shaoshyant tidak hanya diumumkan dan dibuat, melainkan juga jalan itu dijadikan hukum” (Gatha yashna 34:13). “Kita memuja Saoshyant, dengan pedang, dengan kejayaan” (gatha yashna 59:28). “Saya berhasrat mendekati orang yang membaca doa; doaku, yang karenanya memelihara fikiran, fikiran yang baik, dan kata-kata yang diucapkan dengan baik, dan perbuatan yang dilakukan dengan baik, dan kesalehan yang dermawan, bahkan dia yang menjaga Mathra dari Saoshyant dengan amalnya maka kedudukannya akan selalu maju dalam tatanan yang benar” (Visparad 2:5). “Anda yang beriman keagamaan yang setiap Saoshyant (Saoshyant dan para sahabatnya) yang akan (belum datang) menyelamatkan (kita), seorang suci yang beramal dengan penuh makna yang nyata” (Yashna 12:7). “Dengan lagu ini (yang sepenuhnya) dinyanyikan dan demi Saoshyant yang suci, dermawan dan abadi” (Yashna 46:3). “Kapan datang pemberi yang agung! Mereka yang pada terangnya hari memegang teguh tatanan dunia yang benar, dan maju terus menekan? Kapankah skema Saoshyant penyelamat dengan wahyunya yang luhur (muncul)? Kepada siapa pertolongan dia (yakni pemimpin mereka) mendekat, dia yang mempunyai fikiran yang baik?”(Yashna 46:3). “Ini kutanyakan pada-Mu wahai Ahura (Tuhan) katakan sebenarnya, kapan pujian diberikan, bagaimana (saya harus melengkapi) doa dari dia yang sepertimu wahai Mazda?”. “Biarlah seorang seperti-Mu mendeklarasikannya dengan sungguh-sungguh kepada kawan yang seperti aku, jadi melalui ketulusan-Mu memberikan pertolongan yang bersahabat kepada kita, sehingga dengan demikian seorang seperti-Mu bisa menarik kita kedekat-Mu melalui fikiran baik-Mu” (Yashna 44:1). “Kemudian lelaki yang Ideal akan muncul yang rencana-rencana cerdasnya akan bergerak, sehingga mengusir skema yang tercemar dari para pendeta palsu dan para tiran”(Yashna 48:10). “Engkau (wahai Tuhan) di dalam (kekuasaan)-Mu kuserahkan kesusahan dan keraguanku? Biarkanlah kemudian nabi yang Engkau simpan menemukan dan memperoleh haknya (demi) kebahagiaanku. Fikiran baik-Mu dengan anugerah yang bekerja dengan ajaib, wahai biarlah Saoshyant-Mu melihat betapa karunia dari ganjaran itu akan menjadi miliknya. Kapankah wahai mazda orang dengan fikiran sempurna ini akan datang? Dan kapan mereka akan mengusir dari sini, dari tanah ini (yang tercemar) oleh kesenangan para pemabuk”(Yashna 48:9). “Kami mengundang Saoshyant yang dermawan abadi serta salih. Dia yang terpuji (Muhammad) dan para sahabatnya untuk menolong kami, yang paling tepat serta benar dalam bicaranya; yang paling berakhlak, yang paling mulia dalam pemikirannya, yang paling agung dan perkasa” (Visparad, 4:5). “Saya datang kepadamu, wahai yang abadi dan dermawan, sebagai seorang pendeta yang terpuji, dan pelindung, sebagai pengingat, mengalunkan (doamu) dan sebagai pendendang atas pengorbanan dan kehormatanmu,kemauan baikmu. Wahai engkau Saoshyant yang suci, dan demi doamu yang tepat waktu untuk rahmat, dan demi penyucianmu, dan demi kejayaan kita dalam menghantam musuh-musuh kita yang manfaat bagi jiwa kita (Shaosyant bersamamu) dan kesucian.. Wahai yang abadi penuh kedermawanan, yang memerintah dengan benar dan yang membukakan (bagi semuanya) yang benar: (Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dari jasadku ini dan semua rahmat kehidupanku juga” (Visparad 5:21, 11:1, 11-20). “Dan kawan-kawannya akan maju ke depan, sahabat dari Avstvat-ereta, yang menebas iblis, berfikir baik, berbicara baik, berbuat baik, mengikuti syariat yang baik dan yang lidahnya tak pernah mengucapkan kata palsu sepatah pun” (Zamyad yasht).

Apakah arti Saoshyant dan Astvat-ereta itu?

Sebagaimana Kristus dan para nabi lainnya memberi berita atas kedatangan dia yang Dijanjikan, dengan sikap yang sama, Zarathustra juga meramalkan datangnya seseorang yang mirip dia. Diramalakan oleh Zarathustra bahwa Saoshyant akan menjadi nabi terakhir (Bundahish, bab 30:6-27). Pada saat dunia direnovasi, namanya kelak adalah Saoshyant, yakni “dia yang terpuji” terjemahan harfiah dari kata Muhammad. Terjemah ini bukan atas saran saya, melainkan dari orientalis non-muslim yang besar. Dikatakannya, bahwa Saoshyant adalah future participle dari kata-kerja ‘su’ atau ‘sav’; berarti terpuji, tetapi ini digunakan sebagai nama yang pantas (yang akan dipuji) dalam Avesta yang belakangan, dan di dalam kepustakaan Pahlevi.(8)

Menurut Fargard: Namanya kelak adalah, Saoshyant yang jaya, dan namanya kelak, Astvat-ereta dan seterusnya, dua nama ini sama saja. Terjemahan biasa dari Astvat-ereta yakni bahwa ini dalam bentuk verbal, suatu aksi, suatu participle dari ‘stu’ ‘memuji’ dengan kata depan a. Jika sesungguhnya initial a itu panjang, maka nama itu harus diterjemahakan ‘dia yang memujikan ketulusan’ atau Tuhan(yakni Ahmad); yakni nama kedua dan nama samawi dari Muhammad s.a.w. Nubuatan ini juga disebut oleh pakar dari agama lain dalam karya penelitian mereka, misalnya, H.P.Blavatsky telah merujuknya dalam bukunya Isis Unveiled jilid 2 halaman 236. Astvat-ereta kepada siapa kaum Majusi masih melihatnya ke depan sebagaimana di katakan:

“Terpujilah dia pangeran yang pengasih, yang mengadakan restorasi terakhir dan yang akhirnya akan mengangkat bahkan orang jahat dari neraka, dan memperbaiki seluruh ciptaan dalam kesucian”.(9)

MUHAMMAD DALAM KITAB SUCI AGAMA MAJUSI
(ZEND AVESTA DAN DASATIR) (4/5)

WAHYU KHUSUS DALAM BAGIAN KEDUA KITAB SUCI ZOROASTRIAN KABAR BAIK KEDATANGAN NABI DALAM DASATIR

Ada dua bagian kitab suci agama Majusi, sebagaimana dinyatakan dalam awal bab ini. Pandangan berbeda-beda menyangkut keaslian kitab-kitab ini.

Beberapa pakar berpegang bahwa Zend Avesta lebih otentik, sedangkan yang lain menyatakan bahwa Dasatir itu lebih bisa dipercaya. Kita telah mendiskusikan nubuatan dalam Zend Avesta, dan kini berkaitan dengan hal tersebut yang terdapat dalam Dasatir. Kita telah mengambil dua bagian secara terpisah, supaya tak satupun dari sekte Zoroastrian bisa maju untuk mengatakan bahwa dia hanya mempercayai satu bagian dan tidak yang lainnya. ‘Dasatir’ dibagi dalam dua bagian, ‘Khurdah Dasatir’ dan ‘Kalan Dasatir’. Bermacam tafsir telah diberikan kepada istilah Dasatir. Menurut beberapa orang, ini berarti ‘sebuah kitab dengan sepuluh bagian’ – ‘das’ berarti sepuluh dan ‘tir’ berarti satu bagian atau porsi. Beberapa orientalis telah mengambil kata ‘tir’ berasal dari bahasa Sanskerta berarti tepi atau lengkungan, sedangkan yang lain berpegang bahwa Dasatir itu jamak dari ‘dastur’ yang berarti hukum atau syariat agama.

Dalam edisi terbaru dari Dasatir terdapat limabelas Surat dimulai dengan surat Mahabad dan diakhiri dengan Sasan V. Di antara surat-surat ini maka surat Sasan I yang pantas saya catat dengan menonjol, dan rekaman tentang nubuatan dari Nabi Suci benar-benar sangat jelas kata-katanya. Kita telah memberikan suatu kolom fotografis dari kata-kata yang sebenarnya nubuat tersebut. Edisi Dasatir darimana bagian ini saya copy diterbitkan oleh Mulla Pheroze dengan bantuan beberapa pakar pendeta Majusi, pada masa pemerintahan Nasir-ud-Din Kachar, Shah dari Persia. Mulla Pheroze, yang juga adalah pengarang kitab Dabistan-I-Madhahib, adalah seorang ulama terkemuka dari Bombay yang disamping seorang master dalam Pahlvi, Zend dan Persia, juga seorang sarjana dalam bahasa Arab, dan adalah terutama melalui usahanya maka Dasatir yang sekarang ini bisa diterbitkan.

Pengarang yang sebenarnya dari nubuatan ini, sesungguhnya, adalah Zoroaster dan bukan Sasan I, karena Sasan itu hanya seorang pembaharu dari keimanan Majusi. Sebelum ramalan yang sebenarnya dimulai, perlu disebut keliaran dan kelonggaran moral dari bangsa Iran.

99. Kolom foto dari nubuat dalam Dasatir yang diambil copynya dari Perpustakaan Hyderabad Deccan State, 1935 .Telah dibandingkan dengan copy dalam Perpustakaan British Museum London, 1962.

Teks aslinya adalah dalam bahasa Pahlawi tetapi terjemahan dalam bahasa Persia juga diberikan. Sedikit catatan penjelasan juga telah ditambahkan, di sini dan di sana, oleh Sasan. Kita berikan dibawah ini, terjemahannya oleh Mulla Pheroze.

(Ketika) (semacam)(perbuatan)(kaum Persia akan mengerjakan)(dari antara orang-orang Arab) (seorang laki-laki) (akan dilahirkan) (dari antara para pengikut) (dari siapa) (mahkota dan singgasana) (dan kerajaan serta agama orang Persia) (semuanya akan dimakzulkan dan tercerai-berai) (Dan akan) (kaum yang sombong itu) (dibawah perintah). (Mereka akan melihat) (sebagai ganti rumah berhala) (dan kuil api) (rumah ibadah) (dari Ibrahim) (tanpa suatupun berhala di dalamnya) (yakni Qiblah).

“Ketika mereka sedang begitu terpana, akan bangkit seorang laki-laki di antara Tewarjis (Taziz – mereka adalah bangsa Arab). Oleh siapa, pengikut, kerajaan, dan singgasana, dan pemerintahan, dan agama, akan dimakzulkan semuanya, dan sebagai ganti kuil berhala atau kuil api dari rumah Abad akan terlihat suatu tempat ke arah mana salat ditujukan, tetapi dihilangkan dari semua berhalanya. Dan disekitarnya adalah air asin. Dan sesudah itu mereka akan menaklukkan Kuil Api dari Madain serta apapun di dalamnya dan Yenfud serta Newak(Tus dan Balkh) serta tempat-tempat besar lainnya. Dan pemberi-hukum mereka adalah seorang yang elok dan kata-katanya ikut berperan”.

Dasatir atau tulisan Suci dari Nabi-nabi Persia kuno diterjemahkan oleh Mullah Pheroze Courtier press Bombay 1818. Di-copy dari British Museum Library London.

Sasan selanjutnya menambahkan bahwa berhala bintang serta planet yang lain akan ditempatkan di rumah ibadah yang dibangun oleh Ibrahim di gurun pasir Arabia; tetapi setelah munculnya nabi itu, kaum Zoroastrian akan membersihkan tempat ibadah itu dari semua berhala dan akan menghadapkan wajahnya ke sana dalam sembahyang mereka.

“(Dan mereka akan menjadi) (suatu rahmat bagi seluruh alam) (dan kemudian) (mereka akan menguasai) (tempat-tempat) (dari kuil api) (Madain atau Cresiphon) (dan wilayah sekitarnya) (dari itu) (dan Tus) (dan Balkh) (dan tempat-tempat lainnya) (yang mulia dan suci) (dan) (pemimpin agama) (mereka) (kelak adalah seorang lelaki) (elok) (dan risalahnya atau apa yang akan dikatakannya) (akan berkaitan dengan baik).

Kesimpulan dan intisari ramalan ini adalah, bahwa ketika kaum Majusi meninggalkan agamanya dan menjadi umat yang bercerai-berai maka seorang laki-laki akan bangkit di Arabia yang para pengikutnya akan menaklukkan Persia dan mengalahkan bangsa Persia yang sombong. Sebagai ganti menyembah api di kuilnya sendiri, mereka akan menghadapkan wajahnya dalam salat ke Kakbah Ibrahim yang akan dibersihkan dari semua berhala. Mereka (para pengikut nabi Arab itu)m akan menjadi rahmat bagi dunia.(10) Mereka akan menjadi tuan dari Persia, Madain, Tus, Balkh, tempat-tempat suci kaum Zoroastrian serta wilayah sekitarnya. Nabi mereka adalah lelaki yang elok dan mengungkapkan hal-hal yang ajaib.

Kita telah menyatakan sebelumnya bahwa Zend Avesta dan dasatir adalah dua kitab suci yang terpisah dan sekte yang berbeda meyakini kitab sucinya masing-masing sebagai yang otentik. Dengan mengabaikan perbedaan pandangan mereka, kedua kitab itu bersetuju mengenai ramalan tentang Nabi Suci. Kedua kitab suci dengan jelas mendeklarasikan bahwa seorang laki-laki akan dibangkitkan di Arabia yang namanya adalah Muhammad (dia yang terpuji), yang akan menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang akan mengukuhkan kebenaran dan agama dari Zarathustra dan yang para sahabatnya adalah orang-orang yang saleh serta suci. Api di kuil akan mendingin dengan kedatangannya, berhala kan disingkirkan dari Kakbah Ibrahim, para pemimpin Persia akan menghadapkan wajahnya ke Kakbah, dan bahwa beliau akan mengkoreksi kesalahan baik para penyembah berhala maupun kaum Majusi. Adalah sangat sulit kemungkinannya seorang Zoroastrian mengingkari nubuatan yang sangat jelas, tajam, dan bergambar seperti itu. Betapapun, mungkin saja seorang yang berpandangan sempit, mau merendahkan kitab mereka untuk menghindari berita tersebut, atau bisa jadi dia menyarankan bahwa pembaharu yang dijanjikan itu perlu mesti dari kalangan agama Majusi, atau bahwa nubuatan ini hanyalah siasat agar kaum Zoroastrian secara formal memeluk Islam dan kemudian mencabut agamanya demi berpakaian muslimin; tetapi tak seorangpun yang berakal sehat bisa percaya bahwa siasat dan tipuan semacam itu berharga bagi seorang nabi atau orang suci. Kebenaran yang nyata adalah bahwa setiap kata dalam ramalan ini telah digenapi dalam pribadi Nabi Muhammad. Tidak ada pilihan lain bagi bangsa Persia; apakah mereka harus beriman kepada Nabi dan mengambilnya sebagai ‘Astvat-ereta’ (seorang yang terpuji atau Muhammad), atau harus menunjuk orang lain dimana gambaran ini bisa diterapkan; dia yang memusnahkan penyembahan berhala, menghasilkan para pengikut yang sidik dan suci, dan menurut Avesta, membetulkan kaum Majusi begitu pula penyembah berhala, dan yang akan menjadi tuan dari agama, mahkota dan kerajaan Persia. Suatu kecurigaan yang sangat kuat umumnya merata di setiap kredo dan komunitas mengenai perkara agama. Tidak seorangpun dengan mudah akan menerima bahkan suatu fakta yang terang dan jelas bila hal itu disajikan oleh seorang pembujuk yang berbeda, meskipun beberapa alasan yang kurang menguntungkan telah disajikan. Kami telah menghitung ulang beberapa nubuatan yang sangat jelas dari Zoroaster, tetapi meski demikian, untuk menangkis kemungkinan keberatan yakni bahwa pembaharu yang dijanjikan itu wajib dari kaum Majusi, kami akan menyediakan bukti sejarah yang lain. Ketika ada pertikaian di antara dua komunitas menyangkut satu hal, maka suatu jalan yang mudah untuk mendapatkan pemecahan adalah menunjuk seorang wasit, yang keputusannya harus mengikat kedua golongan sepanjang itu tidak diwarnai oleh bias pribadi atau prasangka di fihak penengah itu. Sebelum kedatangan Nabi Suci, kaum Majusi telah kehilangan sebagian besar dari kitab sucinya. Mereka telah merosot baik dalam moral maupun agama, dan semua kenyataan ini telah jelas dicatat dalam surat dari Sasan. Ini adalah tanda pertama munculnya pembaharu. Nubuatan dari kedatangannya begitu dikenal di kalangan bangsa Parsi dan Magian dan mereka begitu berharap atas kemunculan pembebas mereka, sehingga mereka berduyun ke tempat kehadiran dimana reformer itu telah muncul. Pengarang Injil Matius juga mendengar kabar ini dan untuk menerapkan nubuat yang tenar ini kepada Yesus Kristus dia men-stempel suatu dongeng khayalan dan mencatatnya dalam Alkitab. Pengarang dari Alkitab ini sungguh terkenal akan tipuannya yang aneh. Apapun kabar baik yang didengarnya, dia seketika menterapkannya kepada Yesus, dan dia tak pernah peduli bagaimana penafsirannya kepada teks dari kitab kuno itu, tetapi dia berbuat sebaik-baiknya untuk membuktikan kalau-kalau atau yang lainnya lagi bahwa teks itu mengacu kepada Yesus Kristus. Suatu ramalan akan munculnya ‘dia yang terpuji’ itu biasa di Persia, dan penulis Alkitab tahu akan hal itu dan seketika mengarang suatu ceritera, tanpa merenungkan bahwa dia telah mencatat banyak perkara yang tak bisa dipercaya dan peristiwa yang berlawanan dengan fakta yang sesungguhnya. Dan kenyataan utama bahwa tak ada penulis Alkitab yang lain yang membenarkan ceritera ini cukup sebagai penolakan atasnya. Pengarang Injil Matius menulis bahwa ketika Yesus dilahirkan, beberapa orang Majusi dan orang-orang bijak dari Timur telah mencari dia dengan petunjuk sebuah bintang; bintang ini berjalan di depan mereka hingga sampai dan tegak di atas Kristus dilahirkan, dan karena itu mereka datang menyembahnya dan memberikan persembahan mereka (Matius 2:1-11). Sebaliknya, Lukas yang mengaku ‘mendapatkan pemahaman sempurna dari tangan pertama’ (Lukas 1:2-3), tetapi dia tidak menyebut sama­sekali orang-orang Majusi yang datang mengunjungi Kristus atau bintang yang menuntun mereka ke arahnya, meskipun dia membuat suatu ceritera lucu bahwa para gembala datang mengunjungi Kristus. Tak ada bintang yang memberi petunjuk mereka, satu-satunya tanda yang diberikan oleh malaikat adalah:

“Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:12). Tidak ada di tempat lain kecuali dalam Injil Matius ada disebutkan orang Majusi yang datang jauh-jauh dari Persia untuk menyampaikan persembahannya kepada Kristus atau tentang bintang yang berjalan di depannya.

Dr. Ferrar, dalam bukunya ‘Life of Jesus Christ’, menulis tentang kontradiksi ini dalam istilah berikut:

“Tiada lain kecuali sekumpulan tradisi yang kacau dan kontradiktif yang tidak dapat memberikan penerangan baik dalam peringkat mereka, negeri mereka, jumlah mereka ataupun nama-nama mereka” (Dr. Ferrar ‘Life of Jesus Christ’ halaman 30).

Tradisi dalam kitab suci Kristen ini, betapapun, membuktikan bahwa suatu nubuat tentang kedatangan Nabi Suci itu umum di kalangan kaum Majusi dan mereka benar-benar sangat berharap dalam menatikan Nabi Yang Dijanjikan yang bahkan keinginan mereka yang besar itu dikenal di wilayah dekat maupun jauh.

Pengarang Injil Matius mereka-yasa publisitas yang tersebar luas ini dan seketika dinisbahkan kepada Yesus Kristus.

MUHAMMAD DALAM KITAB SUCI AGAMA MAJUSI
(ZEND AVESTA DAN DASATIR) (5/5)

SUATU KETEPATAN DARI SEMUA NUBUATAN ZARATHUSTRA.

Ibu yang mandi di sumber Kashva adalah Siti Hajar yang agung, yang adalah nenek-moyang Nabi kita. Mata air yang secara ajaib muncul di gurun pasir adalah lambang dari al-Quran. Air dari sumber ini mendinginkan api yang menyala di kuil bangsa Iran dan di hati segenap bangsa di dunia. Kitab suci Zoroastrian menyatakan bahwa Zarathustra menyatakan diri sebagai nabi dari Tuhan. Mazda (cahaya). Dia menyalakan api untuk menerangi kaumnya. Dia meramalkan kedatangan seorang Nabi yang Jaya. Nubuatannya bukanlah suatu kebetulan yang meragukan. Dalam penggenapan ramalan ini maka Tangan Tuhan mengejawantahkan dirinya. Sungguh mustahil untuk memecahkannya dengan kehendak manusia. Seorang lelaki yang sendirian, lahir di suatu negeri yang paling tercerai-berai, berhasil mempersatukan mereka meskipun dilawan dengan keras. Kemudian dia membangun suatu negara kecil, tetapi adalah masih diluar jangkauan angan-angan yang paling liar sekalipun; untuk membayangkan bahwa dia dan para pengikutnya akan, dalam beberapa tahun ke depan, menjalankan kerajaan yang kuat dan mapan seperti Persia. Tetapi dia melihat dalam rukyah ketika menggali parit untuk menyelamatkan komunitasnya yang kecil dari musuhnya yang penuh kebanggaan. Dia melihat rukyah itu tanpa kita ragukan lagi; tetapi ini sudah diramalkan seribu tahun sebelumnya oleh Tuhan Yang Maha-tahu kepada nabi bangsa Iran dengan kata-kata yang penuh empati “Bahwa Saoshyant akan jaya”. Lebih dari itu, adalah aneh menyaksikan, bahwa kemenangannya atas kerajaan yang paling berkuasa yakni Iran tidak dengan senjata melainkan dengan ‘salatnya yang tepat waktu dan doanya kepada Tuhan’. Dan kemenangannya ini tidak hanya untuk memerintah suatu bangsa yang sangat kuat, karena dia tidak pernah mendambakan penaklukan wilayah; dia bahkan dengan kehangatannya memenangkan hati manusia dan kemenangan agamanya. Maka ini adalah kemenangan nyata baginya bahwa dia menyaksikan manusia memasuki agama Allah dengan berduyun-duyun dan semua orang bijak dari Iran sebagaimana diramalkan oleh peramal besar dari Iran juga telah masuk Islam. Nubuat dari Zoraster dalam suatu rangkuman ada dua bagian (i) Nabi Arab itu akan membuktikan kebenaran agama Majusi yang asli dan sebaliknya kaum Majusi akan menyokong kebenaran agamanya. (ii) dia akan memperbaiki kemerosotan bangsa Iran. Dan surat, tanda-bukti, serta sifat dari dia yang akan datang. Mengenai yang sebelumnya saya telah memberikan perbandingan secara rinci dari ajaran kedua agama. Kini saya teruskan dengan memberikan ketepatan dari yang belakangan. Dalam catatan yang dikutip di atas, pertama sekali dikatakan: “Kita memuji dia dan para sahabatnya dan seterusnya”. Nubuatan ini memberikan gambaran yang kuat atas kesetiaan, tanpa pamrih pribadi dan pengorbanan dari para sahabat Nabi. Betapa mereka membangun tembok manusia di sekeliling Nabi demi melindunginya dari serangan musuh, adalah suatu fakta yang sangat dikenal dalam sejarah. Namanya kelak adalah Saoshyant yakni ‘dia yang terpuji’ terjemahan harfiah dari nama Muhammad dan terjemah ini bukan atas saran saya melainkan oleh orientalis, sebagaimana saya kutip di atas. Dalam Zend Avesta ada dua nama dari dia yang akan datang, Saoshyant dan Astvat-ereta, kedua nama itu sama saja, meski dengan sedikit sekali perbedaan., Astvat-ereta berarti ‘Dia yang suka memuji’, sebagaimana ditulis dalam Fargard:

“Namanya kelak adalah Saoshyant yang jaya dan namanya kelak Astvat-ereta. Dia adalah Saoshyant (Dia yang terpuji) karena dia bermanfaat bagi seluruh dunia fisik. Dia kelak adalah Astvat-ereta (Dia yang suka memuji) karena sebagai ciptaan fisik dan sebagai makhluk hidup dia akan tegak menjalankan penghancuran terhadap makhluk fisik yang mempertahankan berhala dan sejenisnya serta memperbaiki kesalahan dari kaum Majusi”.

Dia adalah Astvat-ereta, karena kejahatan yang dilakukan oleh penyembah berhala maupun kaum Majusi terhadapnya tak bisa melukainya, karena doa-doanya. (Yasht 28:29).
Para sahabat dari Saoshyant yang suci diajak untuk datang.
Fikiran, semanagat dan iman para sahabat tidak pernah bertambah tua atau mati.
Pada kedatangannya secara spiritual bangsa-bangsa yang mati akan bangkit kembali.
Para musuhnya akan jatuh.
Usaha dan perangnya adalah untuk segala kejahatan.
Dia akan menjadi sumber mata air evolusi serta perkembangan dari bangsa-bangsa.
Dia akan menjadi akhir dari para nabi.
Di masanya dunia akan di renovasi.
Dia akan menaklukkan dan memerintah setan.
Dia akan menegakkan agama yang murni.
Akan menyingkirkan kegelapan dari dunia.
Cahayanya yang besar adalah busana ketulusan.
Para sahabat Saoshyant tidak akan disebut pelayan melainkan kawan-kawannya.
Agamanya adalah jalan tertinggi kepada kebijaksanaan.
Mereka akan mengalunkan doa dengan pujian kepada Tuhan Yang-esa semata.
Fikiran mereka adalah fikiran yang baik, kata-katanya baik, dan amal perbuatannya juga baik.
Kedudukan mereka akan maju menurut tatanan yang tulus.
Dia yang suci akan segera tiba.
Saoshyant adalah pemberi atau dermawan yang besar.
Dan penyelamat dengan wahyu yang luhur.
Saoshyant itu seperti Engkau wahai Tuhan Mazda (dicelup dalam warna Tuhan).
Dia kelak adalah lelaki ideal yang akan mengusir rancangan para pendeta palsu.
Bagaimana saya akan melengkapi pujian kepadanya?
Dia akan mengusir dari tanah ini para pemburu kesenangan yang bermabuk-mabukan.
Kami (bangsa Iran) mengundang Saoshyant yang dermawan, abadi, dan salih untuk menolong kami.
Mereka yang paling tepat dan benar dalam pembicaraan mereka.
Dia yang paling tekun, yang paling mulia dalam pemikirannya, yang paling agung dan perkasa.
Engkau (wahai Tuhan) yang dalam kekuasaan-Mu kuletakkan kesusahan dan keraguanku. Semoga kelak nabi yang Engkau simpan menemukan dan memperoleh haknya demi kebahagiaanku. Pemikirmu yang baik dan yang Kau anugerahi rahmat mukjizat, semoga Saoshyant-Mu (Muhammad) menyaksikan betapa hadiah ganjaran-Mu kelak bagi dirinya.
Kapan, wahai Mazda! Datang lelaki dengan pemikiran sempurna?…
Saya datang kepadamu, wahai engkau dermawan abadi, sebagai seorang pendeta yang memuji, dan mohon pertolongan, sebagai seorang pengingat, membacakan doamu, dan sebagai yang bersenandung demi pengorbanan dan kehormatanmu.
Kehendak baikmu, dan doamu.
Wahai, engkau Saoshyant yang suci (Muhammad dan para sahabatnya) dan demi salatmu yang tepat waktu demi rahmat dan pembebasan dosa darimu.
Wahai engkau dermawan abadi, yang memerintah dengan benar dan yang mengungkap (semuanya) dengan benar!
Saya serahkan kepadamu daging jasadku ini sendiri, dan begitu pula semua rahmat kehidupanku.
Dalam Dasatir dikatakan: Ketika kaum Zoroastrian meninggalkan agama mereka, seorang laki-laki akan muncul di Arabia, yang para pengikutnya akan menaklukkan Persia.
Sebagai ganti menyembah api mereka akan menghadapkan wajahnya ke rumah Tuhan yang dibangun oleh Mahabad (Ibrahim) dalam doanya, yang akan dibersihkan dari semua berhala.
Mereka (para pengikut Nabi itu) akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Mereka akan menjadi tuan dari Persia, Madain, Tus dan Balkh, tempat-tempat suci dari kaum Majusi.
Nabi mereka kelak adalah seorang lelaki elok yang mengungkapkan perkara-perkara yang ajaib.
Orang-orang bijak dari Iran dan lain-lain akan bergabung dengan mereka.

Silahkan teman-teman Persia kita serta orang-orang lain yang bijak di dunia merenungkan perkara ini:

Bagaimana nubuatan ini yang telah diramalkan ribuan tahun sebelumnya, kata demi kata, telah digenapi dalam pribadi Muhammad dan agamanya? Jadi, bijaksanalah mereka, hanya mereka yang percaya kepada nubuatan ini, dan memeluk Islam serta bergabung dengan Persaudaraan dari segenap Nabi di dunia.


10. Beberapa mufasir mengira bahwa Sasan I tidak dapat memahami apa arti kata Hoshshe nshor. Tetapi suatu kajian terhadap Zend-Avesta menunjukkan bahwa kata ini sama dengan ‘Soeshyant’ yang menurut Avesta berarti dia yang terpuji (atau Muhammad). Hastings Encyclopaedia, Art.”Soashyant” atau ‘Rahmat bagi segala bangsa’.



8. Hastings Encyclopaedia, Art. Saoshyant.
9. Dinkart,ed. Peshotan Bombay (1814-1917) bab II:82.

Tidak ada komentar: